Momen Warga Klaten Sadranan di Makam Leluhur yang Tergusur Proyek Tol Jogja-Solo

Momen Warga Klaten Sadranan di Makam Leluhur yang Tergusur Proyek Tol Jogja-Solo

Achmad Hussein Syauqi - detikJateng
Sabtu, 02 Mar 2024 20:13 WIB
Warga berziarah kubur yang baru saat tradisi Sadranan Desa Brangkal, Kecamatan Karanganom Klaten.
Warga berziarah kubur yang baru saat tradisi Sadranan Desa Brangkal, Kecamatan Karanganom Klaten. Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng
Klaten -

Memasuki bulan Ruwah atau Syaban, tradisi Sadranan digelar warga Kabupaten Klaten di berbagai daerah. Warga Klaten yang terdampak proyek tol Jogja-Solo juga nyadran dengan bersilaturahmi, doa dzikir tahlil dan ziarah kubur.

"Ya tetap Sadranan, ziarah kubur untuk nyekar meskipun tadi harus nyari-nyari kuburannya. Baru pertama kali ini ziarah setelah makam dipindahkan," ungkap Pramono (57) saat ditemui detikJateng usai ziarah di makam Desa Brangkal, Kecamatan Karanganom, Sabtu (2/3/2024) siang.

Pramono datang bersama dua anggota keluarganya. Mereka tampak khusyuk berdoa di pusaran meskipun di timur makam suara mesin alat berat proyek tol Jogja-Solo terus menderu mengejar waktu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tidak hanya keluarga Pramono, beberapa rombongan keluarga lain juga tampak khusyuk berdoa. Setelah itu mereka menaburkan bunga di atas makam yang terlihat baru.

Di kampung yang berada di timur jalan tol, tampak warga saling bertemu dan bertamu ke rumah saudara. Berombongan warga saling mengunjungi.

ADVERTISEMENT

Pramono menceritakan dirinya dan keluarganya menziarahi makam kakek dan neneknya. Sebab dirinya sudah pindah domisili di lain desa, tidak sempat melihat relokasi kuburan.

"Yang menyaksikan ya ahli waris di sini karena saya tinggal di Desa Pondok. Ya tadi sempat bingung cari, tanya-tanya telpon ahli waris disini," ungkap Pramono.

Menurut Pramono, meskipun makam leluhurnya dipindahkan baginya tidak masalah. Justru di lokasi baru lebih tertata dan tempatnya lebih mudah.

''Disini lebih baik, lebih rapi, kalau yang lama kan makam tua sehingga tidak tertata. Aksesnya juga lebih mudah, urut dan tertata," imbuh Pramono.

Warga lain, Wartini (42) mengaku berziarah ke kakek nenek buyut dan kakak perempuan neneknya. Sebenarnya tidak hanya Sadranan dirinya ziarah kubur.

"Tidak hanya Nyadran, hari Jumat juga sering ziarah. Tapi ini yang pertama setelah makam dipindahkan proyek tol," ungkap Wartini kepada detikJateng usai ziarah.

Menurut Wartini, di makam baru awalnya sempat bingung dan bertanya-tanya. Tapi setelah diperiksa ternyata ada namanya.

"Di sini malah ada namanya jadi lebih mudah, dulu di sana (makam lama yang sudah jadi jembatan tol) tidak ada, ya cuma nawaitu saja. Di sini malah satu ahli waris jadi satu deret," kata Wartini.

Saat relokasi makam, sebut Wartini, juga tidak tahu. Sebab sebagian saudaranya pindah tempat tinggal karena terkena proyek tol.

"Sebagian warga kan pindah, saya di Getasan sana. Tapi ya tetap ke sini, ziarah dan ketemuan saudara," imbuhnya.

Warga Dusun Pasekan, Desa Ngabeyan, Kecamatan Karanganom, Aris Wibowo (40) mengatakan Sadranan tetap digelar meski lokasi masjid dan makam di lokasi baru. Dzikir tahlil dan silaturahmi digelar di teras masjid.

"Dzikir tahlil dan silaturahmi digelar di teras masjid lalu ziarah. Yang datang dari luar desa banyak, bahkan luar kota, di makam baru malah lebih bagus karena tempatnya mudah karena yang dulu di pinggir sungai," katanya kepada detikJateng.




(cln/cln)


Hide Ads