Pakar komunikasi politik Universitas Sebelas Maret (UNS), Dr Andre N Rahmanto, S Sos, M Si menilai debat calon wakil presiden (cawapres) kedua kemarin malam masih terlalu banyak gimik. Walhasil, isu-isu yang semestinya dibahas jadi kurang disorot.
Menurut dosen komunikasi UNS ini, debat cawapres kedua tak berbeda jauh dari debat yang pertama.
![]() |
"Debat seharusnya menyorot hal-hal yang memang menjadi isu utama di saat ini. Memang menyerang dalam debat itu biasa, tetapi kalau kemudian meninggalkan substansinya, lebih banyak menekan supaya lawan ini emosi atau nggak fokus lah itu kan tentu kurang baik," kata Andre saat ditemui detikJateng di kantornya, Senin (22/1/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadinya malah kurang membahas isunya tadi, kayak berusaha untuk supaya terlihat menang, menang dari lawan, tapi dengan cara yang kurang kalau menurut saya. Karena itu di level cawapres," sambung dia.
Andre mengatakan, ada isu-isu di luar konteks debat yang semestinya tak penting untuk dibahas dan malah jadi sorotan. Andre lalu menyinggung soal Gibran yang menyindir Muhaimin Iskandar alias Cak Imin yang membaca teks dan membawa botol plastik. Menurut Andre, hal itu semestinya tidak perlu dilakukan dalam debat.
"Itu kan kemarin jadinya ada terlihat begitu, tapi justru dengan cara-cara untuk menyerang lawan pakai cara yang di luar konteks debatnya. Misalnya kayak melihat catatan, kemudian botol dipermasalahkan, padahal semua yang ada di situ kan disediakan panitia," ujar Andre.
"Kalau dari sisi objektif saya menilai dari bagaimana selayaknya debat, seharusnya tidak terlalu banyak gimik seperti itu dan kemudian berusaha yang diserang pemikirannya, bukan individu dengan kalimat-kalimat yang memojokkan atau sengaja mengejek," imbuh dia.
Dari pandangan Andre, debat cawapres kedua itu menjadi cenderung jadi ajang saling serang antar cawapres. Masalah-masalah yang dekat dengan rakyat dan dirasa memerlukan solusi konkret jadi tidak dikupas mendalam.
"Gimik-gimik itu tadi membuat suasana debatnya jadi bukan menyelesaikan satu permasalahan yang real, yang sekarang sebenarnya urgent. Kedalaman mengupas satu isu itu kurang. Diulang-ulang terus jawabannya, hilirisasi terus, mestinya kan beda jawabannya," ucap Andre.
Mengingat masih ada debat capres terakhir sebagai penutup debat Pilpres 2024, Andre berharap agar para calon agar lebih fokus pada substansi materi yang dibahas. Dengan begitu penonton bisa lebih mengetahui visi misi yang mereka usung serta solusi-solusi dari permasalahan yang ada di Indonesia.
"Mungkin agak diminimalkan isu-isu yang saling menyerang dalam konteks pribadi atau berusaha menjatuhkan lawan dari pasangan manapun. Lebih baik berkonsentrasi pada isu debatnya. Kalau banyak gimik penonton ya akan merasa kurang," kata Andre.
Andre juga berharap agar jawaban dalam debat terakhir tidak terlalu normatif. Menurut dia, penonton membutuhkan jawaban konkret dari permasalahan yang diangkat. Bagi dia, lebih baik lagi jika capres cawapres bisa menyebut janji konkret yang akan dia lakukan jika terpilih.
"Jangan hanya normatif misalnya kayak ya 'harus menyeimbangkan antara pembangunan dengan masalah lingkungan', semua orang sudah tahu itu. Tapi caranya gimana, sekarang posisinya di mana, ke depan targetnya apa, kayak gitu loh, itu ndak ada," pungkas Andre.
(dil/apl)