Pilkada Solo 2024 sudah mulai memanas dengan kemunculan dua pasangan bakal calon Wali Kota dan calon Wakil Wali Kota. Dua paslon itu yakni Teguh Prakoso-Bambang Gage jagoan PDIP dan Respati Ardi-Astrid Widayani jagoan partai Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus.
Pakar politik Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Rezza Dian Akbar menilai Pilkada atau Pilwalkot Solo kali ini menarik karena menjadi pertarungan antara KIM Plus sebagai pihak yang disokong rezim penguasa saat ini, melawan PDIP.
"PDIP tidak sedang sekadar berhadapan dengan partai-partai politik lain. Dalam konteks Pilwalkot Surakarta ini, PDIP sebenarnya sedang menghadapi penguasa. Hal yang relatif sama dengan fenomena ketika Pilpres 2024 lalu," kata Rezza saat dihubungi detikJateng, Jumat (30/8/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rezza menerangkan, peluang kemenangan dalam Pilwalkot Solo didapatkan pada paslon yang didukung KIM Plus. Keenam partai politik yang tergabung dalam KIM Plus yakni Gerindra, PKS, PSI, Golkar, PKB, dan PAN.
Terlebih, diketahui saat ini Gerindra memiliki 5 kursi di DPRD Solo, PKS 7 kursi, PSI 5 kursi, Golkar 3 kursi, PKB 2 kursi, PAN 3 kursi, total 25 kursi. Sementara PDIP tertinggal 2 kursi, karena kini hanya memiliki 20 kursi di DPRD Solo.
"Partai politik yang tergabung dalam KIM Plus sebenarnya kerjanya sangat lebih ringan dibanding yang harus dilakukan oleh PDIP. Karena mereka mereka merupakan koalisi besar yang didukung dan ditopang oleh penguasa," jelas Rezza.
![]() |
"Penguasa selalu memiliki privilege untuk melakukan penetrasi dengan memanfaatkan instrumen struktur serta infrastruktur kekuasaan yang ada di negara," sambungnya.
Selain itu, Respati-Astrid sebagai sosok yang dianggap masih muda juga memiliki potensi untuk menggaet suara dari para generasi muda dan swing voters, atau pemilih yang masih belum menentukan pilihannya.
Meski begitu, lanjutnya, Teguh-Bambang yang sama-sama kader PDIP masih bisa mendulang suara jika mengerahkan mesin partai dengan optimal. Sebab menurut dosen yang fokus pada Sosiologi Politik ini, PDIP menjadi satu partai yang memiliki massa cukup besar di Jawa Tengah yang selama ini dikenal sebagai 'Kandang Banteng', termasuk Solo.
Namun, lagi-lagi hal itu bisa terpatahkan karena jika berkaca pada Pilpres 2024 lalu, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka usungan KIM meraup suara lebih besar di Kota Solo dibandingkan Ganjar Pranowo-Mahfud Md yang disokong PDIP. Prabowo-Gibran unggul dengan 145.528 suara, sementara Ganjar-Mahfud 97.910 suara.
"Tantangan yang dihadapi tidak mudah, karena mereka harus melawan sesuatu yang di-back up oleh penguasa. Jadi ini adalah ajang tanding rezim penguasa melawan PDIP di Surakarta," lanjutnya.
Rezza pun melihat Pilkada Solo 2024 mendatang menjadi ajang perang antara KIM Plus yang diusung penguasa, melawan PDIP. Demi memastikan tak ada kecurangan ataupun pelanggaran kode etik, para penyelenggara Pemilu pun diwanti-wanti untuk bekerja sesuai fungsi dan tugasnya.
"Karena inilah momen kita bisa melihat bagaimana eksistensi dari oligarki dan dinasti politik yang selama ini menjadi hal yang bersifat patologis pada demokrasi kita sedang mengalami tantangan yang signifikan," tuturnya.
Masyarakat Solo juga diimbau agar tak memilih calon pasangan sesuai kesenangan personal. Mereka harus memahami visi-misi yang dibawa calon pasangan, mana yang dirasa mengedepankan kepentingan masyarakat.
"Memilih secara bertanggung jawab menjadi kata kuncinya, agar harapan kita terkait kehidupan yang lebih baik, yang kita impikan bersama itu dapat terwujud ke depannya," tandasnya.
(apu/rih)