Bulan Ramadan akan segera tiba. Beberapa organisasi Islam seperti Muhammadiyah telah menetapkan 1 Ramadan pada 1 Maret 2025 berdasarkan hitungan hisab.
Sementara itu, Kementerian Agama (Kemenag) sendiri belum menetapkan kapan waktu 1 Ramadan. Pasalnya, Kemenag harus meninjau hilal dan melakukan penetapan lewat sidang isbat terlebih dahulu.
"Dalam menentukan hilal, ilmu astronomi digunakan untuk menghitung posisi bulan, tinggi hilal, serta jarak bulan dari matahari untuk memprediksi apakah hilal dapat teramati atau tidak," ujar Profesor Riset Astronomi-Astrofisika, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaludin dikutip dari laman BRIN, Selasa (25/2/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1 Ramadan Bisa Jatuh pada 2 Maret 2025
Thomas mengatakan berdasarkan analisis garis tanggal 28 Februari 2025 pada Maghrib, posisi bulan sudah masuk kriteria Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS). Untuk diketahui, berdasarkan pada hasil kesepakatan Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) pada tahun 2021 kriteria hilal berubah menjadi ketinggian hilal 3 derajat dan elongasi ( (jarak Bulan-Matahari dengan Bumi sebagai titik acuan) ) 6,4 derajat. Kesepakatan ini ditandai dengan penandatanganan surat bersama ad referendum pada 2021 terkait penggunaan kriteria baru MABIMS di Indonesia mulai tahun 2022.
Posisi tersebut terlihat di wilayah Aceh dengan posisi bulan tinggi toposentrik 4,5 derajat, elongasi geosentrik6,4 derajat. Kondisi tersebut sedikit melebihi kriteria MABIMS yakni tinggi >3 derajat dan, elongasi >6,4 derajat. Dengan begitu, 1 Ramadan jika didasarkan posisi bulan di Aceh jatuh pada 1 Maret 2025.
Sedangkan di Jawa, imbuh Thomas, kemungkinan posisi Bulan dilihat dari Jawa di bawah kriteria MABIMS.
"Wilayah lain kalaupun ada yang mengaku melihat hilal itu biasanya ditolak (dalam sidang isbat), karena belum memenuhi kriteria. Sebut saja, wilayah Jawa, sering orang mengaku melihat hilal, banyak perukyat-perukyat di Jawa, tapi posisinya di Jawa kemungkinan masih di bawah kriteria (MABIMS)," jelas Thomas.
Namun, karena posisi tersebut hanya terlihat di Aceh dan cuaca kemungkinan mendung, maka 1 Ramadan bisa jatuh pada 2 Maret 2025. Meski prediksi BRIN demikian, Thomas meminta masyarakat untuk tetap menunggu hasil sidang isbat oleh Kemenag yang akan dilakukan pada Jumat, 28 Februari 2025.
Cara Penentuan 1 Ramadan di RI
Thomas mengatakan, dalam menentukan 1 Ramadan bisa dilakukan lewat ilmu astronomi dan metode rukyat. Ilmu astronomi mempelajari benda-benda langit termasuk pergerakan matahari dan bulan.
Sementara dalam Islam, metode yang umum digunakan adalah rukyat. Metode rukyat adalah dengan cara mengamati hilal secara langsung.
Perkembangan zaman kemudian membuat metode hisab atau perhitungan astronomi digunakan untuk menentukan 1 Ramadan. Thomas menyebut, metode astronomi juga punya akurasi tinggi.
"Saat ini, perhitungan astronomi sudah sangat akurat, bahkan untuk gerhana matahari atau bulan dapat dihitung hingga hitungan detik," jelasnya.
Perbedaan Rukyat dan Hisab
Kemudian Thomas menjelaskan bahwa sebagian besar umat Islam menginginkan penetapan 1 Ramadan berdasarkan rukyat. Biasanya, perbedaan kedua metode ini disebabkan oleh banyak faktor.
Kondisi geografis dan cuaca ikut berpengaruh dalam metode rukyat. Cahaya senja tipis atau cuaca mendung dapat menghalangi hilal.
"Salah satu tantangan terbesar dalam rukyat adalah kontras cahaya. Hilal sangat tipis dan sering kali kalah terang dibandingkan cahaya senja," kata Thomas.
Untuk mengatasi masalah itu, telah ada teknologi seperti teleskop dengan kamera digital dan pemroses citra image stacking. Sehingga hilal dapat terlihat karena kontras citra hilal ditingkatkan.
"Teknologi ini memungkinkan hilal yang sangat redup dapat terlihat lebih jelas," tambah Thomas.
(cyu/nwk)