Ke Demak, Atikoh Cerita Tak Selalu Berdua dengan Ganjar

Ke Demak, Atikoh Cerita Tak Selalu Berdua dengan Ganjar

Mochamad Saifudin - detikJateng
Sabtu, 30 Des 2023 17:52 WIB
Istri capres nomor 3 Ganjar Pranowo, Atikoh hadiri Majelis Zikir di Ponpes Al Maghfur Mranggen, Demak, Sabtu (30/12/2023).
Foto: Istri capres nomor 3 Ganjar Pranowo, Atikoh hadiri Majelis Zikir di Ponpes Al Maghfur Mranggen, Demak, Sabtu (30/12/2023). (Mochamad Saifudin/detikJateng)
Demak -

Istri calon presiden (capres) nomor urut 3 Ganjar Pranowo, Siti Atikoh Suprianti mengungkapkan dirinya tak selalu tampil berdua dengan suami. Kondisi itu sudah terjadi sejak Ganjar dua periode menjabat Gubernur Jawa Tengah.

"Ya karena, ngapain juga selalu berdua ya. Intinya adalah ketika dulu saya masih di Jawa Tengah juga kita masing-masing memiliki tugas dan fungsi juga. Jadi biasanya juga kita, ada kalanya kita bersama, ada kalanya kita sendiri-sendiri," kata Atikoh usai menghadiri Majelis Dzikir di Pondok Pesantren Al Maghfur Mranggen, Demak, Sabtu (30/12/2023).

"Seperti ini saya kembali ke Jakarta juga bareng Mas Ganjar, besok kegiatannya juga bareng Mas Ganjar. Tapi ada saatnya kita masing-masing. Itu sudah kebiasaan sehari-hari," imbuhnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menjelaskan bahwa dalam momen kampanye Pemilu 2024 saat ini justru lebih efektif. Yakni semakin banyak aspirasi yang didapatkan dari masyarakat.

"Sekalian kalau semakin banyak yang silaturahmi dengan masyarakat, semakin banyak aspirasi yang kami tampung," terangnya.

ADVERTISEMENT

Ia menuturkan bahwa dalam acara tersebut dirinya turut menghadiri majelis dzikir. Ia turut mengajak ratusan jemaah untuk berdoa dan berselawat bersama.

Ajak Doa Bersama Jelang Pergantian Tahun

Atikoh Ganjar diketahui hadir majelis zikir Pondok Pesantren Al Maghfur Mranggen, Demak. Atikoh mengajak doa dan salawat bersama ratusan jamaah ibu-ibu yang hadir.

Dalam sambutannya, Atikoh mengajak berdoa bersama jelang pergantian tahun. Dia berharap semoga pergantian tahun ini bisa jadi ajang introspeksi diri.

"Jelang tahun baru 2024 semoga bisa menjadikan bagi diri saya sendiri dan kita semua sebagai ajang introspeksi, agar masa kini itu semakin lebih baik dan untuk masa depan harapannya akan lebih baik lagi," kata Atikoh di hadapan para jamaah, Sabtu (30/12).

"Khususnya dalam keimanan dan keislaman kita semua, nggih, karena tentu yang paling utama kita di dunia ini adalah untuk ibadah sebagai bekal kita nanti di akhirat," sambungnya.

Ia juga mencurahkan rasa rindunya kepada pengasuh Ponpes Al Maghfur lantaran sudah tidak bertemu sekitar 3 tahun sejak pandemi COVID-19. Ia menghadiri majelis zikir tersebut juga sebagai ajang temu kangen.

"Sejak pandemi sekitar 3 tahun tidak bertemu dengan Bu Nyai Azizah, karena biasanya bu nyai mengisi pengajian di rumah dinas atau di Wisma Perdamaian," terangnya.

Ia menambahkan bahwa kebetulan dirinya bisa menghadiri istigasah di Ponpes Al-Maghfur.

"Saya kebetulan kenal sama Bu Nyai Azizah sudah kenal lama sekali ya. Saya seringkali mengikuti pengajian beliau ketika di Jawa Tengah. Beliau menginformasikan bahwa majelis dzikirnya beliau itu mau istighosah. Kebetulan waktu saya bisa, jadi saya ke sini, silaturahmi, minta doa restu, ya minta didoakanlah, sekalian temu kangen sebenarnya," ujarnya usai acara.

Nampak jamaah ibu-ibu yang hadir antusias dengan kehadiran Atikoh. Ia mengenakan gamis putih dan kerudung warna hijau gelap.

Atikoh memimpin jamaah untuk berselawat kemudian diteruskan rekannya lantaran suaranya habis. Ia juga menggerakkan tiga jarinya saat salawat berlangsung dan ditirukan ratusan jamaah yang berselawat bersama itu.

Cerita Terima Banyak Keluhan Masyarakat

Atikoh juga menceritakan banyak keluhan ia terima selama safari politik. Yakni ketidakstabilan harga bahan pokok hingga akses pekerjaan bagi difabel.

"Kalau kita kluster misalnya pas kita ke pasar, banyak keluhan dari pedagang maupun masyarakat," kata Atikoh.

Ia menuturkan bahwa harga bawang merah tak stabil pada akhir tahun ini. Ia menuturkan bahwa pada bulan September harganya Rp 11 ribu per kilogram namun saat ini sudah Rp 32 ribu.

"Harga sembako kan tidak stabil, naik turun naik turun. Sebagai contoh bawang merah, harga bawang merah itu September cuma Rp 11 ribu, itu sangat merugikan petani, tapi sekarang harga bawang merah itu Rp 32 ribu ini konsumennya yang teriak-teriak. Petani juga belum tentu menikmati harga itu," terangnya.

"Jadi mungkin rantai pasoknya ini yang terlalu panjang di sisi harga," sambungnya.

Ia menerangkan bahwa juga perlunya kesempatan kerja yang sama bagi kalangan difabel. Yakni baik dari sisi pendidikan dan kerja.

"Kemudian difabel itu akses pendidikan yang berkualitas. Yang sudah bekerja juga itu harapannya ada perlakuan yang setara dengan orang-orang lain," ujarnya.

"Jadi persentase yang 2 persen itu harapannya juga bisa ditingkatkan. Sekarang kan sudah ada undang-undang bahwa suatu tenaga perusahaan itu 2 persen harus merekrut difabel," imbuhnya.

Ia menambahkan bahwa untuk kalangan pesantren juga perlunya kesempatan santri bekerja di lembaga negara. Lantaran sudah mempelajari ilmu agama dan profesi.

"Kemudian kalau untuk dari pesantren itu banyak juga misalnya terkait pemberdayaan anak pesantren. Selain ilmu agama, untuk ilmu profesional juga bisa dilink-kan ke BUMN," pungkasnya.




(apu/rih)


Hide Ads