Para peserta Pabbajja Samanera Sementara atau calon biksu mengikuti prosesi thudong dari Candi Ngawen, Muntilan, menuju Candi Borobudur, Kabupaten Magelang. Setiba di Marga Utama Candi Borobudur, kaki para calon biksu itu ditaburi bunga oleh umat Buddha.
Prosesi thudong atau berjalan kaki sambil bermeditasi dari Candi Ngawen ke Candi Borobudur yang menempuh jarak sekitar 13 kilometer itu diikuti 55 Pabbajja Samanera Sementara yang terpilih.
Ketua Umum Majelis Agama Buddha Mahanikaya Indonesia (MBMI) Agus Jaya mengatakan, mereka berangkat dari Candi Ngawen pukul 05.00 WIB dan tiba di Candi Mendut Borobudur sekitar pukul 07.00 WIB.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Candi Mendut ini, 55 Pabbajja Samanera Sementara itu bergabung dengan peserta lain yang menunggu di Candi Mendut. Selanjutnya, rombongan calon biksu itu melanjutkan perjalanan kaki melewati Candi Pawon dan finis di Candi Borobudur pada pukul 09.00 WIB.
"Total yang ditempuh dari Candi Ngawen sampai Candi Borobudur sekitar 13 km," kata Agus kepada detikJateng, Rabu (27/12/2023).
Ketua Panitia Pabbajja Samanera Sementara 2023, Fatmawati mengatakan prosesi thudong ini merupakan kegiatan hari terakhir dari puncak acara Pabbajja Samanera Sementara tahun 2023.
"Tudhong adalah berjalan sambil bermeditasi. Jadi semua para anggota sangha, bhikkhu dan samanera berjalan mulai dari pagi-pagi berangkat dari Candi Borobudur menuju Candi Ngawen. Setelah itu, dari Candi Ngawen menuju Candi Mendut, Pawon, dan sampai di Candi Borobudur," kata Fatmawati kepada wartawan di Candi Borobudur, Rabu (27/12/2023).
"Ribuan umat menyambut dengan antusias. Masing-masing membawa bunga untuk mempersembahkan kepada murid-murid Sang Buddha yang telah berhasil berjalan, menjalani proses thudong ini," sambungnya.
Mengenai prosesi thudong diawali dari Candi Ngawen, Fatmawati menjelaskan, panitia ingin membantu pemerintah untuk turut serta dalam melestarikan, merawat, dan mempromosikan candi-candi agung warisan budaya nusantara.
![]() |
"Candi Ngawen tahun ini kita angkat kembali sebagai salah satu tujuan dari destinasi pariwisata super prioritas yang ada di Magelang ini. Seperti kita ketahui, Candi Ngawen, Mendut, Pawon sampai Borobudur adalah satu garis spiritual yang itu unbelievable (sulit dipercaya). Jadi kita harus angkat candi-candi ini ke dunia internasional," ujar Fatmawati.
"(Thudong) Dari Candi Ngawen hanya 55 orang. Kita pilih yang muda dan kuat karena selama pelatihan mereka sudah menjalani selama 13 hari ya, jadi kita hanya memberi kesempatan pada yang sehat dan kuat," imbuhnya.
Menurut Fatmawati, sebenarnya ada ratusan orang yang mendaftar ikut thudong dari Candi Ngawen ke Candi Borobudur. "Tapi melihat situasi dan kondisi, ini kan kali pertama kali, jalanan juga kecil di sana, takutnya menghambat. Jadi kita tes dulu dengan 55 orang, lainnya dari Mendut," ujarnya.
Direktur Urusan dan Pendidikan Agama Buddha, Dirjen Bimas Buddha, Kemenag, Nyoman Suriadarma mengatakan thudong merupakan suatu tradisi yang sudah dilestarikan sejak dari zaman Sang Buddha.
"Kementerian Agama dalam hal ini Direktorat Jenderal Bimas Buddha memberikan support bahkan mengajak MBMI (Majelis Agama Buddha Mahanikaya Indonesia) ke depan agar selalu melakukan start dari Ngawen. Jika ada pilihan lain, mungkin mencari alternatif candi-candi yang lain mungkin bisa saja menjadi satu basis rangkaian perjalanan spiritual dalam suci yang harus dilalui para samanera," kata Nyoman.
"Saya pikir satu yang sangat bagus tak lepas dari dampak ekonomi, sosial budaya tentu. Kami dari aspek spiritual sangat mendukung itu," sambungnya.
(dil/apl)