Sebanyak 32 biksu atau bhante Thudong melakukan ritual berjalan kaki dari Thailand sampai ke Candi Borobudur, Magelang. Dalam perjalanan selama 71 hari itu, sebagian biksu mengaku sempat merasa ingin menyerah. Berikut kisah suka duka mereka.
"Mau menyerah itu biasanya awal. Hari pertama itu otot mulai kaku dan lainnya. Hari kedua (muncul) pikiran ngapain jalan, enak naik mobil atau apalah. Godaan pasti datang," ungkap bhante Kanta Dhammo kepada wartawan di taman Candi Prambanan, Klaten, Jumat (2/6/2023).
Kanta Dhammo yang fasih berbahasa Indonesia itu mengatakan, pada hari ketiga dia merasakan capek fisik dan pikiran. Setelah masuk hari ke empat, dirinya mulai terbiasa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hari keempat, hari kelima, kita sudah biasa. Tidak lagi berpikir otot sakit, semua sudah konsentrasi di jalan," tutur Kanta Dhammo.
Perjalanan dari Thailand ke Malaysia, Kanta Dhammo berujar, dilakukan dengan meditasi. Tetapi setelah masuk Indonesia, meditasi sudah tidak dilakukan lagi.
![]() |
"Di Indonesia tidak ada meditasi lagi. Sempat bertemu dengan para sufi, mereka ngobrol juga, sempat tawaran makanan minuman. Mereka (sufi) melanjutkan perjalanan ke yang lain, kita juga ke daerah lain,'" kata Kanta Dhammo.
Menurutnya, perjalanan paling ekstrem dirasakan saat di Malaysia. Saat itu cuacanya sangat panas.
"Cuaca bener-bener panas, jam 11.00 kita tidak boleh jalan. Kita masuk vihara semua, baru jam 13.00 ke atas baru jalan," ujar Kanta Dhammo.
Dari 33 biksu, imbuhnya, ada yang sempat mimisan. Ada pula satu biksu yang sempat kecelakaan di jalan, tetapi akhirnya dapat menyusul.
"Ada satu yang kecelakaan, tapi kemarin sudah dijemput bergabung. Kata dokter sembuhnya 2-3 bulan, tapi karena tekadnya (bergabung lagi). Sempat terharu," imbuh Kanta Dhammo.
Bhante lainnya, Abhinan Kanavhiro menyatakan perjalanan memang membuat capek. "Capek di kaki, di badan, semua. Terima kasih Indonesia," kata Abhinan yang kurang lancar berbahasa Indonesia.
Untuk diketahui, setelah dari Candi Borobudur, para biksu Thudong mengunjungi Candi Prambanan hingga Candi Sewu di Klaten. Namun, kunjungan ke candi-candi di perbatasan Jawa Tengah-DIY ini bukan dalam rangkaian Thudong.
"Kita mengambil satu hari untuk para biksu Thudong bersama para guru dan kepala vihara untuk memperkenalkan budaya Indonesia. Banyak peninggalan-peninggalan Hindu dan Budha," kata Kanta Dhammo di taman Candi Prambanan, Klaten, siang tadi.
Menurut Kanta Dhammo, dalam sehari biksu Thudong memiliki waktu bebas alias tidak dalam misi perjalanan Thudong. Ada sekitar 40 orang dalam rombongan tur ke candi di Klaten.
(dil/dil)