Masjid Saka Tunggal Banyumas: Sejarah, Lokasi dan Daya Tariknya

Masjid Saka Tunggal Banyumas: Sejarah, Lokasi dan Daya Tariknya

Marcella Rika Nathasya - detikJateng
Minggu, 03 Des 2023 15:25 WIB
Masjid Baitussalam atau Masjid Saka Tunggal di Banyumas, Senin (19/4/2021).
Ilustrasi Masjid Saka Tunggal Banyumas: sejarah, lokasi dan daya tariknya. Foto Masjid Baitussalam atau Masjid Saka Tunggal di Banyumas, Senin (19/4/2021): : detikcom
Solo - Masjid Saka Tunggal merupakan masjid bersejarah yang kini menjadi cagar budaya karena merupakan salah satu masjid tertua di jawa. Masjid yang terletak di Banyumas ini konon sudah berdiri sebelum era Wali Songo menyebarkan agama Islam di Nusantara.

Nama saka tunggal berasal dari bangunan masjid yang berdiri hanya ditopang oleh satu tiang. Saka dalam Bahasa Jawa merupakan tiang, sedangkan tunggal yang berarti satu. Kata saka tunggal dimaknai sebagai manusia harus hidup dengan lurus menjadi orang baik dan benar.

Masjid ini juga dikenal kaya akan cerita sejarah dan keunikan keagamaan umat beribadah di dalamnya. Nah, bagi detikers yang ingin mengetahui informasi lebih lanjut terkait Masjid Saka Tunggal, simak penjelasan berikut.

Sejarah Berdirinya Masjid Saka Tunggal Banyumas

Dijelaskan dalam buku 'Masjid' (2023) karya Teguh Purwantari, Masjid Saka Tunggal didirikan oleh seorang kyai bernama Kyai Mustolih yang gemar mengembara. Suatu ketika ia melakukan perjalanan menuju barat lewat jalur selatan, sampailah Kyai Mustolih di Ngayah, lalu dilanjut ke Nusa Brambang.

Di situ Kyai Mustolih tinggal cukup lama kemudian ia menyeberangi kali Rukmi menuju utara hingga sampailah di Cikakak. Setelah sampai Cikakak Kyai Mustolih mulai berdakwah, beliau berminat membetulkan ajaran di Cikakak yang dianggapnya keliru karena yang diajarkan di desa tersebut bukanlah syariat Islam. Masyarakat di sekitar Cikakak kala itu hidup dengan sifat angkara murka dan selalu mengikuti hawa nafsu.

Hingga suatu ketika Kyai Mustolih mendirikan sebuah masjid yang diberi nama Masjid Saka Tunggal Baitussalam, sebagai pusat dalam menyebarkan dakwah di Desa Cikakak. Tahun berdirinya Masjid Saka Tunggal Baitussalam diyakini ada beberapa versi, yang pertama diyakini berdiri pada tahun 1288.

Tahun pembangunan Masjid Saka Tunggal Baitussalam terukir di Saka Guru yang sebagai penopang bangunan Masjid Saka Tunggal Baitussalam dengan huruf Arab 8821 apabila diterjemahkan menjadi 1288. Masjid Saka Tunggal didirikan 6 tahun sebelum berdirinya Kerajaan Majapahit pada tahun 1294, yang artinya Masjid Saka Tunggal Baitussalam berdiri pada jaman Kerajaan Singasari.

Versi yang lain menyebutkan bahwa 1288 M sudah didirikan sebuah bangunan untuk peribadatan namun digunakan untuk beribadah umat agama Hindu-Budha sebelum Islam masuk ke Desa Cikakak,. Baru pada 1522 Masehi ketika Islam masuk ke Desa Cikakak oleh Kyai Mustholih, sebuah tempat peribadatan tadi diubah menjadi sebuah tajug atau masjid untuk beribadah orang Islam.

Lokasi Masjid Saka Tunggal

Masjid Masjid Saka Tunggal Banyumas berlokasi di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, atau sekitar 30 km arah barat daya Kota Purwokerto. Berada di tengah pedesaan Jawa yang masih kental akan suasana pedesaannya.

Di kawasan masjid yang dipenuhi dengan kera-kera yang berkeliaran bebas, meskipun tergolong hewan liar, kera-kera tersebut jinak dan bersahabat selama tidak diganggu

Daya Tarik Masjid Saka Tunggal

Selain mendapuk titel sebagai salah satu masjid tertua di Jawa, Masjid Saka Tunggal juga memiliki daya tarik tersendiri, sebagaimana disebutkan dalam buku Terpesona di 7 Menara Keberkahan oleh Suharyo Widagdo berikut ini.

1. Hanya memiliki satu tiang penyangga

Jika masjid di Jawa umumnya memiliki setidaknya empat tiang penyangga, Masjid Saka Tunggal Banyumas hanya memiliki satu tiang penyangga yang pada bagian ujung atasnya bercabang empat.

Tiang penyangga tersebut menjadi simbol "papat kiblat lima pacer" yang berarti manusia sebagai pancer atau pusat dikelilingi oleh empat unsur mata angin yang melambangkan unsur-unsur dari kehidupan, yakni air, api, angin, dan bumi.

2. Kera di kawasan sekitar masjid

Di kawasan masjid terdapat beberapa kera yang berkeliaran bebas. Meskipun tergolong hewan liar, namun kera-kera tersebut sudah jinak dan tidak mengganggu. Pengunjung juga dapat merasakan sensasi memberi makan kera ketika sedang berkunjung ke masjid ini.

3. Pakaian imam dan muadzin

Imam masjid tidak menggunakan penutup kepala yang lazimnya digunakan di Indonesia yang biasanya menggunakan peci, kopiyah, tapi menggunakan udeng atau pengikat kepala. Khutbah Jumat disampaikan seperti melantunkan sebuah kidung. Empat muadzin yang berpakaian sama dengan imam, mengenakan baju lengan Panjang berwarna putih, bermotif batik.

4. Puji-pujian seperti melantunkan kidung Jawa

Keunikan masjid ini juga terasa pada tradisionalisme keagamaan umat beribadah di dalamnya, setiap akan shalat berjamaah selalu didahului dengan puji-pujian atau uro-uro (bersenandung) yang dilagukan, seperti kidung jawa.

5. Ritual Ganti Jaro, Masjid Saka Tunggal

Yakni ritual mengganti pagar bambu keliling Masjid Saka Tunggal. Ritual ini diikuti oleh seluruh warga desa Cikakak. Dalam ritual yang mereka sebut ganti Jaro Rajapine. Saat membuat pagar ada beberapa pantangan yang harus ditaati.

Mereka dilarang berbicara dengan suara keras serta tidak boleh menggunakan alas kaki. Sehingga yang terdengar hanya pagar bambu yang dipukul. Ritual ini diyakini memiliki makna sebagai bentuk kebersamaan dan gotong royong, serta dipercaya bisa menghilangkan sifat jahat dari diri manusia.

Itulah penjelasan mengenai Masjid Saka Tunggal Banyumas lengkap dari sejarah hingga daya tariknya. Semoga bermanfaat, Lur!

Artikel ini ditulis oleh Marcella Rika Nathasya peserta program magang bersertifikat di detikcom.


(dil/ahr)


Hide Ads