Indeks Pembangunan Manusia Brebes Nomor Buncit Lagi, Pj Bupati Ungkap Biangnya

Indeks Pembangunan Manusia Brebes Nomor Buncit Lagi, Pj Bupati Ungkap Biangnya

Imam Suripto - detikJateng
Rabu, 25 Okt 2023 15:41 WIB
Pj Bupati Brebes, Urip Sihabudin, Kamis (17/8/2023).
Pj Bupati Brebes, Urip Sihabudin, Kamis (17/8/2023). (Foto: Imam Suripto/detikJateng)
Brebes -

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Brebes kembali menempati nomor buncit di antara wilayah lain di Jawa Tengah. Pj Bupati Brebes, Urip Sihabudin mengungkap bidang kesehatan dan pendidikan menjadi ganjalan.

Untuk diketahui, laporan akhir kajian tentang peningkatan strategi IPM Kabupaten Brebes yang dirilis Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian Pengembangan Daerah (Baperlitbangda) Kabupaten Brebes menyebutkan IPM Brebes menempati urutan terakhir yakni nomor urut 35 di Jateng. IPM Brebes tercatat 66,23 persen, terpaut jauh dibandingkan dengan IPM Ideal Jateng sebesar 72,16 persen.

Urip menyatakan dua indikator menjadi ganjalan rendahnya IPM di Kabupaten Brebes. Kedua indikator itu yakni bidang pendidikan dan kesehatan. Dalam upaya menaikkan IPM, Urip mengaku telah mengajak Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan untuk membedah satu per satu dimensi atau variabel pembentuk IPM, mulai dari tingkat desa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Contoh untuk dimensi pengetahuan ada dua sub dimensi, yaitu Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS). Kita akan mendalami masing-masing dimensi ini. RLS kita masih rendah, yaitu 6,3 tahun," kata Urip Sihabudin, Rabu (25/10/2023).

Di bidang kesehatan, Urip menjelaskan, jamban sehat juga menjadi salah satu rendahnya IPM Brebes yang sebenarnya bisa diselesaikan. Kemudian di bidang pendidikan, angka putus sekolah di Kabupaten Brebes juga masih tinggi.

ADVERTISEMENT

"Kemarin kita mencoba dalami per desa. Kemarin kita temukan, warga usia 25 tahun sekolah SMP pun tidak. Kita mulai dari desa per desa, kemudian kecamatan baru ditarik ke kabupaten. Itu jauh jauh lebih riil untuk mencari data dasar untuk evaluasi RLS," imbuh Urip.

Indeks Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Brebes juga masih sangat rendah yaitu 69 tahun 7 bulan dibandingkan dengan AHH Nasional yang mencapai 71 tahun 8 bulan. Bahkan apabila dibandingkan dengan wilayah Karesidenan Pekalongan, Kabupaten Brebes cukup jauh tertinggal dimana Kota Tegal dengan nilai AHH 75 tahun.

Sementara HLS Brebes menunjukkan indikasi yang cukup positif pada angka 12 tahun 15 bulan. Angka ini lebih tinggi apabila dibandingkan dengan angka ideal Provinsi Jawa Tengah sebesar 12 tahun 8 bulan.

Selanjutnya, ditinjau dari dimensi kesejahteraan, pengeluaran per kapita Kabupaten Brebes mengalami kenaikan pada tahun 2022 yaitu sebesar Rp 10.514.000 per tahun.

Angka tersebut masih cukup jauh di bawah angka ideal pengeluaran per kapita Nasional pada tahun 2022 yang telah mencapai angka Rp. 11.479.000 per tahun.

"Artinya, rata-rata pengeluaran masyarakat Brebes Rp 28 ribu per hari untuk belanja kebutuhan," terangnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dindikpora) Brebes, Carida membenarkan rendahnya indeks Rata-rata Lama Sekolah (RLS). Menurutnya, indeks ini perlu ditingkatkan lagi di tahun tahun mendatang.

Menurut Carida, membutuhkan kesadaran bersama semua warga Brebes, agar bisa sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Salah satu upaya yang disebut Carida adalah pogram Gerakan Kembali Bersekolah(GKB) untuk menaikkan RLS.

"Upaya lain juga ada SMP Terbuka, Kelas Hybrid, Kelas Virtual, Bidik Misi Mahasiswa," ungkap dia.

Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

Upaya lain untuk meningkatkan RLS, lanjut dia, adalah program Dewasa Tidak Sekolah (DTS) untuk warga usia 22-55 tahun agar bisa kembali bersekolah lewat Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).

"Program Dindikpora dengan Dindukcapil adalah 'Kabar Ibu', KK Baru melalui Ijazah Baru," tandas Carida.

Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Brebes, Ineke Try Sulistyowaty menyebut, banyak kendala di bidang kesehatan dalam upaya menaikkan IPM. Salah satunya SDM tenaga kesehatan (nakes) yang harus selalu diupgrade keilmuannya melalui peningkatan kapasitas.

"Alat-alat kesehatan sekarang banyak yang baru, banyak SDM nakes yang kurang paham mengoperasikan. Kemudian dalam melakukan kegiatan-kegiatan sosialisasi, upaya pencegahan, dan menekan AKI dan AKB juga kurang maksimal," ungkap dia.

Terakhir, perlu biaya yang besar untuk meningkatkan kapasitas nakes yang jumlahnya mancapai ribuan orang.

"Jumlah nakes di Brebes sampai ribuan, kalaupun harus ada peningkatan kapasitas, ini butuh biaya sangat besar," tutup Ineke.

Halaman 2 dari 2
(aku/sip)


Hide Ads