Sebanyak 12 desa di Banjarnegara saat ini dilanda kekeringan. Bantuan air bersih juga tersendat lantaran sumber air milik PDAM sepekan terakhir ini mati.
Kabid Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara Andri Sulistyo mengatakan saat ini pihaknya belum bisa mengirim bantuan air bersih ke semua desa yang kekeringan.
"Saat ini baru 10 desa yang sudah bisa kita dropping," ujar Andri saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (30/8/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, penyaluran bantuan air bersih saat ini sedang terjadi kendala. Fasilitas air bersih milik PDAM saat ini mati sehingga pihaknya harus mencari sumber air lain yang cukup jauh.
"Jadi PDAM ada masalah teknis sudah satu minggu ini air mati. Padahal untuk wilayah kota ini kan tergantung sekali dengan air PDAM," ungkapnya.
Saat ini, ia mengaku sudah melakukan koordinasi dengan PDAM untuk segera melakukan upaya untuk menghidupkan sumber-sumber mata air. Mengingat kekeringan diprediksi masih akan berlangsung hingga bulan Oktober mendatang.
Salah satu warga warga Desa Kaliajir, Kecamatan Purwanegara, Sumiyati mengatakan saat ini desanya sudah mulai dilanda kekeringan. Sumber air sudah mengering sehingga warga harus mengambil air sungai untuk kebutuhan sehari-hari.
"Untuk kebutuhan sehari-hari cari di sungai. Lumayan jauh, berangkat dan pulang ya bisa setengah jam sampai satu jam," terangnya.
Air tersebut digunakan untuk kebutuhan mencuci dan mandi. Sementara untuk kebutuhan konsumsi, sebagian warga memilih untuk membeli air galon.
Sedangkan Kepala Desa Kaliajir, Katim mengatakan tidak semua warganya mampu membeli air bersih.
"Kalau beli kan yang punya uang, kalau tidak mau bagaimana. Harganya untuk satu galon air bersih itu Rp 5 ribu, satu toren sampai Rp 70 ribu. Itu satu toren bisa habis dipakai satu hari," jelasnya.
(ahr/apl)