Sambat Petani Klaten Tak Reguk Untung Meski Harga Gabah dan Beras Terus Naik

Sambat Petani Klaten Tak Reguk Untung Meski Harga Gabah dan Beras Terus Naik

Achmad Hussein Syauqi - detikJateng
Rabu, 30 Agu 2023 12:07 WIB
Sisa lahan yang bisa dipanen di Desa Klepu, Kecamatan Ceper, Rabu (30/8/2023).
Sisa lahan yang bisa dipanen di Desa Klepu, Kecamatan Ceper, Rabu (30/8/2023). (Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng)
Klaten -

Harga gabah dan beras di Kabupaten Klaten terus merangkak naik. Kenaikan harga tersebut tak serta merta membuat petani untung. Kenapa?

"Sebagian besar petani sudah tidak ada yang dipanen jadi tidak merasakan kenaikan harga. Ya ada sebagian kecil petani saja," ungkap anggota kelompok tani maju Desa Bakungan, Kecamatan Karangdowo, Joko Sutarno kepada detikJateng, Rabu (30/8/2023) siang.

Dijelaskan Joko, sudah sekitar dua pekan harga gabah kering panen (GKP) terus naik di luar perkiraan. Biasanya di puncak kemarau hanya Rp 5.000 per kilogram.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Biasanya di puncak kemarau hanya Rp 5.000 per kilogram, ini ada yang Rp 6.000 bahkan Rp 7.000 per kilogram. Sudah sulit tanaman," jelas Joko.

Menurut Joko, kondisi itu disebabkan musim kemarau yang cukup panas sehingga air sulit. Ditambah serangan tikus di beberapa wilayah.

ADVERTISEMENT

"Air sudah sulit, juga muncul tikus, padi yang diharapkan panen habis diserang. Jangankan petani, tengkulak saja ini tidak berani beli tebasan (satu petak) tapi belinya GKP karena takut rugi," papar Joko.

Petani sekaligus penggilingan beras Kecamatan Wonosari, Hery Tri Marjono mengatakan kenaikan harga gabah memicu harga beras naik. Penyebabnya sulit mencari gabah.

"Harga beras naik sehari bisa dua kali. Kesulitan kami dalam mencari gabah karena banyak lahan pertanian tidak digarap, ada yang panen itu pun tidak maksimal karena ada hama tikus, saat ini saya kalau dapat gabah saya tahan dulu," ungkap Hery kepada detikJateng.

Pemilik warung makan di Kota Klaten, Juminten mengaku kerepotan dengan naiknya harga beras. Harga beras naik antara Rp 500-Rp 1.000 per kilogram.

"Harga beras medium C4 biasanya Rp 11.500 ini jadi Rp 12.500 per kilogram. Itu saja di tingkat grosir, bukan di pengecer lho," kata Juminten kepada detikJateng.

Menurut Juminten, kenaikan harga beras membuat pedagang warung sepertinya harus berpikir ulang agar tidak rugi. Apalagi di tengah kenaikan harga bahan lainnya.

"Harga harga juga pada naik padahal. Ya kita tahu ini kemarau, air sulit, tapi naik Rp 1.000 itu sudah besar untuk ukuran harga beras," imbuh Juminten.

Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

Pedagang beras Pasar Delanggu, Setyaningsih mengatakan kenaikan harga beras sudah dua pekan terakhir. Kenaikan sebesar Rp 1.000 per kilogram.

"Beras medium sebelumnya Rp 12.500 menjadi Rp 13.500 per kilogram. Untuk super dari Rp 13.000 menjadi Rp 14.000 per kilogram, penyebabnya karena pasokan memang minim," kata Setyaningsih.

Pantauan detikJateng di Kecamatan Ceper, Delanggu dan Juwiring lahan padi sudah langka yang siap panen. Yang ada lahan pascapanen tidak digarap, ada yang tanam masih hijau atau lahan yang sama sekali tidak digarap.

Menurut analis kebijakan seksi pengawasan dan pengendalian Dinas Koperasi UKM dan Perdagangan Pemkab Klaten, Dewi Wismaningsih, kenaikan sudah terjadi beberapa waktu. Penyebabnya karena suplai tidak seimbang.

"Kalau penyebabnya ya karena suplai dan demand yang belum seimbang saja. Beberapa wilayah belum panen tapi secara umum stok beras aman, naik turun masih sesuatu hal yang dinamika pasar saja," jelas Dewi saat diminta konfirmasi detikJateng.

Halaman 2 dari 2
(aku/apl)


Hide Ads