Cerita Penambang Emas di Banyumas, Lubang Sempit-12 Jam di Perut Bumi

Cerita Penambang Emas di Banyumas, Lubang Sempit-12 Jam di Perut Bumi

Anang Firmansyah - detikJateng
Kamis, 27 Jul 2023 18:50 WIB
Lubang bekas galian tambang emas yang sudah tidak difungsikan lagi di Desa Pancurendang, Kecamatan Ajibarang, Banyumas, Kamis (27/7/2023).
Lubang bekas galian tambang emas yang sudah tidak difungsikan lagi di Desa Pancurendang, Kecamatan Ajibarang, Banyumas, Kamis (27/7/2023). Foto: Anang Firmansyah/detikJateng
Banyumas -

Suasana gelap, pengap, dan tanpa cahaya di dalam tanah menjadi 'makanan' sehari-hari para penambang emas di Desa Pancurendang, Kecamatan Ajibarang, Banyumas. Dalam kondisi tersebut para penambang bisa bertahan minimal 12 jam berdasarkan jam operasional yang sudah disepakati.

Aktivitas tersebut sudah berlangsung sejak tahun 2014, saat awal mula temuan emas di Sungai Tajur yang lokasinya tidak jauh dari lubang galian.

Sejak saat itu banyak lubang yang digali para penambang. Lubang tersebut berbentuk seperti sumur dengan ukuran cukup untuk satu badan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Lubangnya itu hanya cukup untuk satu badan. Tapi bisa duduk, ukurannya pas sekali untuk duduk," kata Nino (40), salah satu penambang warga Desa Paningkaban, Kecamatan Gumelar, Banyumas, Kamis (27/7/2023).

Pada saat di dalam tanah, dirinya menjelaskan hanya mengandalkan pencahayaan dari head lamp. Sedangkan untuk bernapas, sebelumnya sudah dilakukan penyedotan menggunakan blower.

ADVERTISEMENT

"Sekali turun itu bisa sampai 12 jam. Misal masuk jam 9 pagi keluar jam 9 malem. Tapi bahkan saya 24 jam di dalam pernah. Sebelum masuk udara di dalam disedot dulu pakai blower. Jadi tetap bisa bernapas," terangnya.

Dirinya mengatakan sudah 10 tahun bertahan menjadi penambang emas. Namun berpindah lokasi.

"Saya di Paningkaban awalnya, di sana sampai 8 tahun. Tapi kalau total sama sini sudah 10 tahunan. Nyari pengalaman jadi pindah di sini," jelasnya.

Pekerjaan ini dianggapnya sebagai jihad untuk menafkahi keluarga. Sebab nyawa menjadi taruhannya.

"Ketika sudah masuk ya ibaratnya jihad. Bagaimanapun untuk menafkahi keluarga. Bisa untuk menyekolahkan anak," ungkapnya.

Sementara itu penambang lainnya asal desa setempat, Darkin (44) mengatakan penghasilan dari menambang emas tersebut tidak tentu. Namun ia enggan menyebutkan angka nominal pastinya.

"Misal itu kita dapat 1 karung material dengan berat 25 kg. Paling emasnya dapat 10 gram. Tinggal dikalikan saja saat itu harga emasnya berapa. Dibagi per kelompok," katanya.

Ia menyebut dalam satu kelompok jumlah orangnya tidak pasti. Tergantung kedalaman lubang. Sebab antara lubang satu dengan lainnya berbeda.

"Satu tim itu tidak pasti. Kadang ada 3, 5, atau 10. Tergantung kedalamannya. Tapi sendiri juga berani. Tapi paling kalau kedalaman 20 meter," ujarnya.

Untuk asupan konsumsi, menurutnya ada yang mengirim dari atas melalui jalur yang bentuknya trap untuk setiap kedalaman 10 meter.

"Makanan itu dikerek ke bawah. Masing-masing trap ada orangnya. Jadi modelnya seperti estafet," ungkapnya.

Selengkapnya di halaman selanjutnya.

Dengan adanya kejadian delapan orang penambang emas terjebak dalam lubang, otomatis mata pencaharian mereka berhenti karena aktivitas tambang ditutup pihak berwajib. Dirinya berharap agar ada solusi dari pemerintah.

"Harapannya ya pengin agar ini resmi. Yang penting kerja. Tapi kalau mentok ditutup paling ya bertani saja," pungkas Darkin.

Halaman 2 dari 2
(rih/dil)


Hide Ads