Curhatan Driver Ojol di Banyumas: Narik 12 Jam Cuma Dapat Rp 50 Ribu

Curhatan Driver Ojol di Banyumas: Narik 12 Jam Cuma Dapat Rp 50 Ribu

Anang Firmansyah - detikJateng
Selasa, 20 Mei 2025 14:49 WIB
Sejumlah pengemudi ojek online menggelar demo di Alun-alun Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Selasa (20/5/2025)
Sejumlah pengemudi ojek online menggelar demo di Alun-alun Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Selasa (20/5/2025). Foto: Anang Firmansyah/detikJateng
Banyumas -

Komunitas pengemudi ojek online atau driver ojol di wilayah Banyumas Raya menggelar aksi di halaman Pendopo Bupati Banyumas kompleks Alun-alun Purwokerto. Beberapa pengemudi yang ikut aksi itu curhat terkait turunnya pendapatan beberapa tahun terakhir.

Para pengemudi ojek online ini pernah memiliki kisah manis. Awal-awal masuknya aplikasi ini di Banyumas, para pengemudi ojek online masih bisa meraup keuntungan yang relatif lumayan. Namun belakangan pendapatan mereka kian berkurang karena adanya regulasi dan semakin sedikitnya penumpang.

Seperti yang dialami Arifin warga Kabupaten Purbalingga. Dirinya menjadi pengemudi ojol sejak tahun 2017. Awal ia narik mampu menghasilkan Rp 150-200 ribu dalam sehari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Masih sejahtera zaman dahulu. Karena masih ada bonus. Dahulu walaupun murah itu masih ada bonus. Yang standar aja itu minim sehari antara Rp 150-200 ribu sudah termasuk bonus," kata Arifin kepada detikJateng di sela aksi, Selasa (20/5/2025).

Menurut dia, untuk bonusnya saja bisa mendapatkan Rp 80 ribu. Hasil tersebut didapat dari ia narik sejak pukul 08.00-18.00 WIB.

ADVERTISEMENT
Eman Oditomo, berorasi saat menggelar demo di Alun-alun Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Selasa (20/5/2025).Eman Oditomo, berorasi saat menggelar demo di Alun-alun Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Selasa (20/5/2025). Foto: Anang Firmansyah/detikJateng

"Bonus itu sehari bisa Rp 80 ribu. Orderan bike 1 point kalau food 2 point. Dahulu itu tarif Rp 6 ribu per 2 km tarif dasarnya. Tapi dahulu konsumen dapat subsidi konsumen cuma bayar Rp 3 ribu karena dibayar aplikator," terangnya.

Kisah manis tersebut dirasakan Arifin selama 2 tahun. Pada tahun 2019 ia mulai merasakan penghasilan berkurang karena berbagai faktor. Salah satunya sistem bonus yang mulai dihapus.

"Setelah itu bonus dihapus regulasi semakin ketat. Apalagi sekarang ada program Aceng, kita sehari ikut program slot tapi tarif cuma Rp 5 ribu. Sangat merugikan driver," jelasnya.

Untuk narik satu harian, Arifin mengaku hanya mendapat penghasilan sekitar Rp 50 ribu. Hasil tersebut dirasa sangat kurang dari sebelumnya.

"Sekarang satu hari itu cari Rp 50 ribu kotor saja sudah susah banget. Narik 12 jam, sudah 2 tahun ini mulai turun. Kemungkinan karena ekonomi lagi lesu. Terus ada juga banyaknya aplikator juga. Perang tarif juga," ungkapnya.

Hal senada juga dirasakan Eman Oditomo. Ia mengaku menjadi mitra aplikator ojol sejak tahun 2018. Awal-awal narik ia juga merasakan hasil manis.

"Dahulu itu rata-rata sehari 150 ribu sampai 200 ribu. Itu karena bonus. Sejak mulai Covid dihilangkan sistem bonus. Untuk operasional itu kita berkurang," katanya.

Ia menyayangkan pihak aplikator yang membuat program 'slot'. Sebab sangat merugikan driver.

"Sudah hampir 1 tahun dengan adanya slot itu bisa Rp 6.400. Itu kalau Grab kalau Gojek Rp 5.000. Sedangkan SK Gubernur TBB (tarif batas bawah) nya Rp 7.200. Itu melanggar UU tarif batas bawah," terangnya.

Saat ini ia merasakan dampak dari adanya program tersebut. Dalam sehari, Eman mengaku hanya mendapatkan maksimal 10 orderan.

"Rata-rata bisa dapat 10 orderan sekarang. Kurang lebih Rp 100 ribu kotor. Bensin rata-rata sehari Rp 25 ribu. Bersih ya cuma dapat 50 ribu," jelas dia.

"Karena jumlah kustomer dan driver tidak seimbang. Sekarang semakin banyak driver, harusnya itu ada semacam grafik perbandingan driver dengan penduduk. Pahitnya sekarang dapat 5 itu nggak sampai Rp 50 ribu," pungkasnya.

Tetap 'Narik' demi Cicilan

Di tengah aksi offbid atau mogok narik dari pagi sampai pukul 15.00 WIB, masih ada driver ojol yang tetap nekat narik. Salah satunya Endro. Ia sehari-hari beroperasi di wilayah Purwokerto. Khusus hari ini ia pindah sementara ke wilayah Banjarnegara.

"Tetap on tapi posisi lagi Banjarnegara, karena lagi di tempat mertua. Biasanya standby di Purwokerto," kata dia saat dimintai konfirmasi wartawan, Selasa (20/5/2025).

Menurut Endro, jika onbid di Purwokerto, ada kemungkinan bakal dikerjai teman melalui orderan fiktif. Dia mengaku mendapat cerita dari temannya yang tetap narik pada saat aksi demo berlangsung.

"Tadi ada teman dapat orderan air mineral diantar ke Alun-alun Purwokerto (lokasi demo)," ujar dia.

Endro mengaku tetap beroperasi karena kepepet kebutuhan ekonomi.

"Karena waktunya jatuh tempo cicilan. Uangnya belum kekumpul, bulan ini sudah banyak banget off-nya," jelasnya.

Lain halnya dengan Sofyan. Meski tidak ikut demo, dia ikut mematikan aplikasi sementara waktu.

"Saya tetap mengikuti imbauan sebagai bentuk solidaritas," kata dia.

Ia tidak ingin mengambil resiko jika tetap narik bakal dikerjai melalui orderan fiktif. Ada banyak cerita dari rekan-rekannya yang mengalami kejadian ini.

"Kalau on itu (resikonya) ditembaki teman," ucap dia.

Driver lain, Sukento, juga mengaku tetap narik dengan cara menerima orderan offline.

"Aplikasinya off, tapi tetap menerima order. Karena sudah langganan antar jemput anak sekolah," ucap dia.




(afn/rih)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads