Kendaraan yang mogok di tengah perlintasan rel hingga akhirnya tertabrak kereta api sering dikaitkan dengan efek medan magnet. Menurut PT KAI dan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), belum ada rujukan faktual soal itu.
"Memang sempat ada selebaran, pengguna mobil saat melintasi rel ada pengaruh medan magnet. Tapi sampai sekarang belum baca literatur soal itu," kata Manajer Humas PT KAI Daop IV Semarang, Ixfan Hendri Wintoko di Stasiun Tawang, Jumat (22/7/2023).
Ixfan mengatakan, kendaraan yang tertemper kereta biasanya karena pengemudi mengalami kepanikan. Mogoknya mesin kendaraan juga bisa karena pengemudi tidak memasukkan gigi rendah ketika melintasi rel dengan jalan yang tidak rata atau menanjak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Menurut saya pribadi tiap kali melintasi perlintasan yang jalan kurang normal atau penuh kerikil, dia (pengemudi) tidak paham harus gigi berapa, kan ada tanjakan dan lainnya. Ketika pakai gigi empat tapi harus lambat otomatis mati. Saat ada lokomotif datang, ada kepanikan," jelas Ixfan.
"Kalau diindikasikan mobil mati karena medan magnet, ya banyak yang mogok," imbuhnya.
Menurut Investigator Senior KNKT, Ahmad Wildan, selama KNKT menginvestigasi kecelakaan kendaraan dan kereta, belum pernah ada temuan yang berhubungan dengan mogoknya mesin kendaraan akibat medan magnet.
"Kendaraan yang berhenti di rel itu, bukan berarti kita menolak atau mengatakan impedansi nggak benar, tidak, tapi kita nggak punya faktual soal itu. Contoh kecelakaan Elf yang ditabrak kereta di Kroya. Ketika semua orang katakan impedansi atau ada medan magnet, ternyata kita temukan bukan," terang Wildan.
Kecelakaan di Kroya itu menurutnya karena sopir panik sehingga mesin mobilnya mati.
"Pengemudi ter-distract (terganggu) oleh teriakan orang di dalam dan di luar, sehingga dia salah memasukkan persneling gigi. Mesin mati," ungkapnya.
Menurut Wildan, kecelakaan antara kendaraan dengan kereta api biasanya karena dua faktor yaitu pelanggaran dan juga kesalahan error.
"Pertama terkait violation, pelanggaran kendaraan. Sudah ditutup (palang), diterobos. Kedua, error. Dia sudah terlanjur masuk, mesin mati, dia lihat datang kereta. Human factor itu ada dua, apakah error atau violation. Kita secara science belum bisa buktikan ada pengaruh impedansi yang sebabkan mesin mati karena medan magnetis," katanya.
Untuk diketahui, kecelakaan maut terjadi antara truk trailer dan kereta pada Selasa (18/7) malam di Jalan Madukoro Semarang.
Truk itu tiba-tiba berhenti dan kepala truk itu tertabrak KA Brantas. Ada dugaan badan truk itu tersangkut sehingga tidak bisa jalan. Polisi masih menyelidiki kasusnya.