Penyebaran virus Lumpy Skin Disease (LSD) yang menyerang pada sapi jenis PO di Kabupaten Kebumen, meluas. Berdasarkan data terakhir, setidaknya ada 4.282 kasus terjadi di Kebumen.
Bupati Kebumen Arif Sugiyanto menyebut dari 4.282 kasus tersebut, 980 dinyatakan sembuh, 27 mati, 16 potong bersyarat, dan 3.269 merupakan kasus aktif. Dari 26 kecamatan yang ada, Buluspesantren menjadi kecamatan paling banyak dalam penyebaran virus LSD dengan 808 kasus, kemudian puring 620 kasus, Karanggayam 448 kasus.
"LSD ini sudah merata ya di semua kecamatan, memang paling banyak kasusnya di wilayah selatan Kebumen, karena di sana banyak peternak sapi, seperti di Buluspesantren, Puring, Ambal, Petanahan, banyak di sana," kata Bupati Kebumen, Arif Sugiyanto saat dihubungi detikJateng, Jumat (5/5/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemda melalui Dinas Pertanian dan Pangan telah melalukan berbagai upaya untuk mengobati dan mencegah menyebarluaskan virus LSD atau kini dikenal dengan virus lato-lato seperti cacar. Upaya yang dilakukan adalah dengan mengadakan pengobatan massal.
"Ini sudah gencar mengadakan pengobatan massal ke desa-desa dengan melibatkan dokter hewan dari Puskeswan. Bagi desa yang mau melakukan pengobatan massal dapat berkoordinasi dengan Puskeswan terdekat untuk dijadwalkan pengobatan massal," terangnya.
Dalam pengobatan massal itu, setiap ekor sapi dikenakan biaya pengobatan sebesar Rp 5000. Biaya tersebut nantinya dikembalikan lagi ke kas daerah untuk PAD. Mengapa harus bayar? Karena obat yang digunakan menggunakan dana APBD, dan itu sudah tergolong sangat murah dengan dibantu subsidi pemerintah.
"Sapi-sapi ini nantinya dikasih obat-obatan seperti vitamin dan obat nafsu makan. Tujuannya untuk menjaga ketahanan tubuh sapi dari serangan virus," imbuhnya.
Sampai saat ini, pemerintah daerah belum memiliki vaksin. Pemberian vaksin baru sekali diberikan dari pusat pada Februari 2023 lalu dengan jumlah 260 vaksin, dan saat ini sudah habis, belum ada penambahan.
"Kita terus mencoba minta tambahan vaksin dari pusat, karena kasusnya sudah banyak dan vaksin belum ada padahal ini bisa dikatakan Kebumen darurat LSD," lanjutnya.
Pemerintah juga gencar melakukan sosialisasi pencegahan virus LSD dengan melakukan berbagai langkah. Sebagai informasi, penyakit LSD ini disebabkan oleh virus, dan secara khusus belum ada obatnya, namun bisa ditangani dengan pemberian pengobatan suportif yang berfungsi meningkatkan daya tahan tubuh sapi.
Dengan stamina yang baik, maka tubuh sapi berpotensi memiliki daya tahan yang baik untuk melawan infeksi. Penyakit LSD ini juga ditularkan melalui serangga (vektor mekanik) seperti lalat, nyamuk dan caplak.
Simak lebih lengkap di halaman berikutnya....