Curhat Warga Jateng Tiket Online KA Mudik 'Lenyap', tapi 'Ready' di Calo

Nasional

Curhat Warga Jateng Tiket Online KA Mudik 'Lenyap', tapi 'Ready' di Calo

Tim detikX - detikJateng
Kamis, 23 Mar 2023 16:01 WIB
Sejumlah pemudik duduk di dalam gerbong kereta api Serello tujuan Palembang-Lubuklinggau di Stasiun Kertapati Palembang Sumatera Selatan, Sabtu (23/4/2022). PT Kereta Api Indonesia (Persero) Divre III Palembang menyatakan tiket untuk KA ekonomi Rajabasa (Palembang-Lampung) dan KA Serelo (Palembang-Lubuk Linggau) telah habis terjual untuk keberangkatan H-3 hingga H-1 lebaran ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/aww.
Foto ilustrasi. (Foto: Antara Foto/Nova Wahyudi)
Solo -

Seorang warga Jawa Tengah membagikan pengalamannya berburu tiket kereta api untuk mudik lebaran. Dia mengalami beberapa kendala yang membuatnya terpaksa menggunakan jasa calo demi bisa bertemu keluarga di kampung halaman.

Dilansir detikX, Ana-bukan nama sebenarnya-telah bersiap memesan tiket jauh-jauh hari. Sebelumnya, Ana mendapatkan informasi bahwa tiket H-7 Lebaran atau untuk keberangkatan 16 April 2023 dapat dibeli mulai 2 Maret.

Tepat pukul 00.00 WIB, pada Kamis (2/3/2023), Ana sudah siap di depan gawainya untuk berburu tiket mudik Lebaran secara daring. Namun perempuan berusia 29 tahun itu justru mendapati aplikasi KAI Access sempat bermasalah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Layanan reservasi tiket kereta api tersebut eror setidaknya selama 15 menit. Anehnya, usai layanan dapat diakses, tiket telah habis terjual.

"Mau milih kereta saja sudah nggak bisa. Malah teman saya ada yang sudah masuk pembayaran, tahu-tahu tiket sudah habis. Sudah tinggal bayar, mau bayar nggak bisa," ucap pegawai perusahaan swasta itu, seperti dilansir detikX, Kamis (23/3/2023).

ADVERTISEMENT

Setelah itu, Ana terus mencoba berbagai cara untuk memperoleh tiket mudik. Termasuk dengan mengakses sejumlah aplikasi daring penyedia tiket. Namun tiket tak kunjung ia dapatkan.

Bukan hanya Ana, adik kandungnya juga kesulitan memperoleh tiket untuk mudik. Sama seperti Ana, adiknya juga rela begadang agar dapat membeli tiket sejak pertama kali tersedia di aplikasi.

Pada 7 Maret, Ana mengunggah keluhannya tentang sulitnya membeli tiket mudik Lebaran ke media sosial. Postingan-nya lalu mendapat banyak balasan dari sejumlah akun yang mengaku mampu menyediakan tiket.

Akun-akun tersebut memiliki nama pengguna yang beragam, tapi dengan foto profil logo KAI. Mereka membalas dengan mencantumkan tautan yang langsung tersambung ke aplikasi WhatsApp.

Sejumlah orang yang akhirnya menghubungi Ana secara terang-terangan mengaku sebagai calo yang dapat menyediakan tiket karena dibantu oleh 'orang dalam' KAI. Merasa curiga, Ana kemudian menolak semua tawaran tersebut.

Ana terpaksa pakai calo. Simak di halaman selanjutnya.

Tawaran lain datang dari rekan kantor Ana. Temannya itu memberikan nomor ponsel seorang calo yang dapat menyediakan tiket, bahkan yang telah habis di berbagai aplikasi resmi. Ana mencobanya karena hampir mustahil mendapatkan tiket dengan cara biasa.

Untuk prosedur pembeliannya, Ana harus menyerahkan nomor induk kependudukan (NIK) dan nama lengkap. Setelah NIK dan namanya diserahkan, tak berselang lama, tiket dapat diterima dan bisa langsung dicetak di stasiun. Untuk tiap tiketnya, Ana harus menambah sekitar Rp 50 ribu dari harga asli yang tertera di aplikasi resmi.

"Saya mau pulang, tapi yang bikin saya kecewa kok jadi pengeluarannya lebih gede. Sedangkan kita yang mau pulang niatnya kan mau menghemat biaya gitu. Uangnya banyak buat di kampung. Saya kecewanya tuh kalau memang benar orang KAI terlibat percaloan," ujarnya.

Dimintai konfirmasi, Kepala Humas PT KAI Daop 1 Jakarta Eva Chairunisa meragukan adanya calo yang masih beroperasi saat ini. Menurutnya, sangat mustahil melakukan praktik percaloan karena semua pembelian harus melalui aplikasi dengan menyertakan identitas pribadi penumpang.

"Penjualan tiket kami bekerja sama bersama agen-agen perjalanan resmi ya, seperti Traveloka, Indomaret, Alfamart, atau Tiket.com. Nah, kemudian kalau misalnya untuk terkait tiket itu kan sudah sistem online ya, jadi memang tidak bisa diperjualbelikan di luar sistem," kata Eva kepada reporter detikX.

Eva juga menjelaskan tidak ada yang namanya 'tiket jatah pegawai'. Hal itu karena selama ini para pegawai PT KAI juga harus melakukan pemesanan sesuai prosedur dengan mengisi data diri di sistem. Di luar jalur resmi, menurutnya, mustahil tiket dapat diperjualbelikan.



Hide Ads