Serangan hama uret atau gayas di Kecamatan Karangnongko dan Jatinom, Klaten, membuat petani pusing. Petani dibuat ngeri karena banyaknya hama tersebut di lahan mereka.
"Saya kemarin membajak sawah. Baru satu putaran sudah dapat uret setengah ember, saya gilo (ngeri takut) tidak saya teruskan," ungkap Ketua Kelompok Tani Eka Gatra Desa Beteng, Kecamatan Jatinom, Wahana kepada detikJateng, Jumat (3/3/2023).
Wahana menjelaskan serangan uret merajalela kembali tahun ini. Semua tanaman dimakan tanpa pilih jenis tanaman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang diserang ketela pohon, pepaya diserang ambruk semua, pokoknya semua palawija. Untuk mencari berkilo-kilo uret sekarang mudah," kata Wahana.
Minah, petani Desa Blimbing, Kecamatan Karangnongko, mengatakan uret membuat petani pusing dan ketakutan. Ukurannya sebesar ibu jari orang dewasa, bahkan bisa lebih besar.
"Besarnya segini (ibu jari) bisa lebih besar lagi. Saya cangkul banyak sekali, mau cari berapa kilo sekarang cepat, tapi untuk pakan ternak tidak doyan," ungkap Minah di lokasi.
Menurut Minah, yang diserang bagian batang tanaman, akar, dan buah ketela. Mencari satu ember uret dengan beberapa cangkulan sudah dapat.
"Cari satu ember mudah. Sampai pusing, mau tanam saya beri obat, tanah saya beri obat, masih saya pupuk campuran obat juga tidak mati," ungkap Minah.
![]() |
Uret itu, sebut Minah, awalnya dari ampal (menyerupai wang-wung kelapa) yang terbang. Setelah itu bertelur di lahan dan menyebar ke mana-mana.
"Awalnya ampal terbang, kemarin banyak banget. Setelah itu biasanya bertelur dan menjadi uret, petani memang biasa menggunakan pupuk kandang untuk tanaman," imbuh Minah.
Sulami (60) petani lainnya mengatakan dugaan awal penyebab marak uret dua tahun terakhir karena pupuk basah dari kandang. Pupuk tanpa dikeringkan biasanya langsung ke lahan.
"Mungkin karena basah pupuk kandangnya yang digunakan. Kalau orang dulu, pupuk dikeringkan dulu tidak ditaruh sembarangan sehingga tidak ada ampal," ungkap Sulami.
Seperti diberitakan, hama uret atau gayas meresahkan petani di beberapa desa Kecamatan Karangnongko dan Jatinom, Klaten. Hama tersebut membuat petani terancam gagal panen kali kedua.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.
"Gagal panen ini menurut hitungan saya. Sebab sudah saya ganti dua kali pohon baru," kata petani ketela pohon Desa Blimbing, Kecamatan Karangnongko, Minah (61) kepada detikJateng di lahannya, Jumat (3/3).
Diceritakan Minah, serangan uret itu terjadi dua tahun terakhir ini. Awalnya yang diserang wilayah desa di Kecamatan Jatinom dan meluas.
"Awalnya itu di desa sebelah Kecamatan Jatinom tapi menular ke desa lain. Yang dimakan hama itu tidak hanya kulit pohon tapi juga ketela dan akarnya, sampai judeg (pusing)," papar Minah.