Ilmuwan Ungkap Kondisi 'Gletser Kiamat' yang Bikin Cemas

Ilmuwan Ungkap Kondisi 'Gletser Kiamat' yang Bikin Cemas

Tim detikINET - detikJateng
Rabu, 22 Feb 2023 07:10 WIB
Gletser Kiamat
Gletser Kiamat. Foto: NBC News
Solo -

Perlu detikers tahu Glatser Thwaites berada di Antartika, sering menjadi objek penelitian para ilmuwan handal. Penelitian terbaru mengenai Gletser Thwaites dilakukan dengan melibatkan alat robot bawah air, untuk memberikan wawasan baru mengenai misteri gletser menipis dari bawah.

Dikutip dari detikINET, NBC News melansir Gletser Thwaites dinamakan 'Gletser Kiamat' karena menyusut sangat cepat di tengah kondisi Bumi yang makin hangat. Lelehan dari Gletser Thwaites dapat meningkatkan air permukaan laut secara signifikan, sehingga saat ini para ilmuwan dipenuhi kecemasan dalam menghandle Gletser Thwaites.

Ilmuwan-ilmuwan terdahulu menghasilkan teori mengenai Gletser Thwaites. Teori tersebut mengungkapkan bahwa gletser ini dapat runtuh dalam kurun waktu 100 tahun, dan air lelehan dari massa es Gletser Thwaites bisa sebesar satu provinsi, sehingga dapat menaikkan permukaan laut global hingga 0,6 meter.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Proses melelehnya Gletser Thwaites perlu dipelajari oleh ilmuwan-ilmuwan handal. Dengan begitu ilmuwan dapat mengetahui secara detail bagaimana air hangat disalurkan ke retakan dan ceruk Gletser dan melakukan pengukuran penting di mana es bertemu dengan lautan.

Teori-teori mengenai temuan dilaporkan dalam dua makalah terpisah yang diterbitkan di jurnal Nature. Alhasil temuan ini dapat membantu para ilmuwan sekarang untuk memperkirakan langkah yang lebih baik saat terjadinya penipisan glteser, dan dapat menggambarkan bagaimana Thwaites berubah secara keseluruhan dan rinci.

ADVERTISEMENT

"Tidak satupun dari ini mengubah tren yang telah kami amati tentang disintegrasi lapisan es yang cepat," kata seorang profesor ilmu Bumi dan atmosfer di Cornell University dan penulis utama salah satu studi tersebut, Britney Schmidt.

"Temuan ini juga tak hanya memberi tahu berapa banyak pencairan yang terjadi tetapi di mana dan bagaimana itu terjadi di bawah Thwaites di bagian yang sangat penting dari sistem ini," ujarnya.

Pemanfaatan robot bawah air telah dilakukan oleh Schmidt dan rekannya dari Cornell University, Pennsylvania State University dan British Antartic Survey. Robot bawah air ini dijuluki Icefin dan dioperasikan melalui lubang bor sedalam hampir 600 meter di lapisan es.

Robot bawah air ini berbentuk drone silinder yang berguna untuk memata-matai celah di dasar es tempat air hangat menembus gletser bagian bawah dan menyebabkan pencairan gletser jauh lebih lebih cepat.

Celah yang dimaksud adalah retakan yang biasanya terbentuk akibat tekanan pada es saat gletser bergerak di atas tanah atau menjorok ke laut dan melemah. Para ilmuwan mengamati celah-celah tersebut yang terisi air hangat. Bahkan mereka mengamati di garis landasan gletser, tempat es pertama kali bertemu lautan.

"Celah-celah ini pada dasarnya mengalirkan air hangat lebih cepat daripada bagian lain dari sistem gletser. Jadi, celah-celah itu bukan hanya kelemahan dalam retakan di es, tapi juga menjadi fitur raksasa ini, dan proses itu dimulai tepat di garis landasan," jelasnya.

Icefin juga berhasil merekam bagian yang berbentuk tangga panjang, dikenal sebagai teras di dasar es. Lokasi itu menjadi tempat pencairan es yang signifikan terjadi pada setiap sudut yang berbeda.

Lalu ditemukan pula pelebaran ceruk yang melubangi rak es dari bawah hingga melemahkan gletser di titik-titik yang sudah rentan runtuh.

Dalam studi terpisah yang dipimpin oleh Peter Davis dari British Antarctic Survey, menemukan bahwa lapisan air tawar yang berada di antara dasar es dan lautan berpengaruh dalam menstabilkan bagian darat dari lapisan es.

"Gletser masih berubah sangat cepat, tapi ini membantu kita memahami mengapa beberapa bagian gletser bergerak ke satu arah dan bagian lain bertindak ke arah lain," kata Schmidt.

Davis dan rekan-rekannya tetap melakukan penelitian dengan menghitung tingkat pencairan yang lebih lambat di bawah es, temuan tersebut dapat menambah pandangan yang mengkhawatirkan Kesehatan Gletser Thwaites. Zona landasan Thwaites sendiri yang berpapasan tepat dengan dasar laut, telah mundur hampir 14 km sejak akhir 1990-an.

"Hasil kami mengejutkan tetapi gletser masih bermasalah. Jika rak es dan gletser seimbang, es yang keluar dari benua akan menyamai jumlah es yang hilang melalui pencairan dan pembentukan gunung es. Apa yang kami temukan adalah bahwa meskipun sedikit pencairan, masih ada penurunan gletser yang cepat. Tampaknya tidak perlu banyak pencairan untuk mendorong gletser keluar dari keseimbangan ini," tutupnya.

Artikel ini sebelumnya ditayangkan di detikINET dan ditulis ulang oleh Agustin Tri Wardani peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(sip/aku)


Hide Ads