Terowongan kuno era kolonial Belanda ditemukan di Dusun Cokro Kembang, Desa Daleman, Kecamatan Tulung, Klaten, tiga tahun silam. Terowongan kuno tersebut saat ini masih terpelihara dengan baik.
Saat detikJateng mengunjungi terowongan itu, suasana sepi tidak ada pengunjung. Di halaman rumah milik Danang Heri Subiantoro (55) yang dijadikan pintu masuk sementara ke terowongan tidak ada papan nama terpasang.
Anak tangga semen dan pagar pengaman besi dibuat untuk jalan masuk ke terowongan. Begitu masuk dan menuruni tangga sedalam sekitar empat meter udara dingin menerpa pori-pori.
Setelah melewati dasar tangga akan tembus ke terowongan dengan tinggi sekitar dua meter dan lebar 1,5 meter. Saat menyusuri terowongan kaki akan menapak di lantai terowongan tanah yang dingin.
Tembok dinding terowongan yang terbuat dari batu bata merah bisa dilihat dengan mata telanjang karena tidak diplester. Meskipun tidak ada cerobong atau ventilasi ruangan, terowongan tidak terasa pengap.
Setelah berjalan ke selatan menyusuri lorong pertama sepanjang sekitar tiga meter, lorong yang lebih luas ditemukan. Lorong tersebut lebarnya sekitar 2,5 meter dengan tinggi tiga meter.
Di beberapa titik air rembes melalui dinding batu bata. Dua lampu yang dipasang untuk menerangi dua lorong tidak bisa menjangkau semua sudutnya.
Di ujung akhir terowongan yang merupakan tebing sungai dipasang jeruji besi penutup. Udara dari Sungai Pusur bisa masuk dari sela jeruji itu setiap saat.
Selain dua lorong utama, terdapat dua lorong lainnya yang masih belum dijamah. Satu lorong ke arah utara masih gelap dan satu lorong ke timur tertutup tembok.
Penemu terowongan, Danang Heri Subiantoro menjelaskan panjang terowongan itu diperkirakan mencapai 900 meter. Perkiraan tersebut didapatkan saat ada tim dari Undip Semarang melakukan pengukuran.
"Saya pernah minta tolong sama Undip mengukur dengan geo listrik. Diperkirakan 900 meter ada saluran," kata Danang, Kamis (12/1/2023).
Halaman selanjutnya, akan dikelola untuk pariwisata.
(rih/aku)