Terowongan kuno era penjajahan Belanda ditemukan di Dusun Cokro Kembang, Desa Daleman, Kecamatan Tulung, Klaten, Jawa Tengah. Terowongan kuno ini sudah ditemukan sejak tiga tahun silam. Sampai sekarang bangunan yang berada di bawah permukiman padat penduduk itu masih utuh belum dialihfungsikan.
Terowongan ini berada di halaman rumah milik Danang Heri Subiantoro (55). Di tempat itu juga dijadikan pintu masuk. Sementara terowongan tidak ada papan nama yang terpasang.
Danang yang juga penemu terowongan menyatakan kondisi terowongan masih seperti dulu. Hanya ujung akhir terowongan ditutup jeruji besi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya tutup yang sana (ujung sungai) dengan jeruji besi agar tidak semua orang bisa masuk. Pintu masuk sebenarnya bisa dari sini dan sana," tutur Danang kepada detikJateng, Kamis (12/1/2023) siang.
Menurut Danang, terowongan itu belum ada kelanjutannya untuk apa. Termasuk untuk objek wisata kuno belum ada rencana.
"Belum ada rencana untuk apa, biar begini saja dulu. Saya konsentrasi di pelestarian sungai dulu, tapi kalau ada warga mau melihat silakan," lanjut Danang.
Setelah awal ditemukan, ucap Danang, terowongan itu pernah dicek oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) saat itu. Dinas Kebudayaan Pemuda Olahraga dan Pariwisata juga mengeceknya.
"Sudah di-support dari daerah, dari dinas pariwisata tapi masih perlu izin. Survei layak ndak untuk wisata belum dilakukan kemudian ada pandemi COVID-19," tutur Danang.
![]() |
Meski belum jadi objek wisata, imbuh Danang, satu atau dua pengunjung kadang datang melihat. Pengunjung tetap dipersilakan untuk melihat-lihat terowongan itu.
"Sering ada rombongan ke sini tapi untuk masuk bareng belum saya perbolehkan. Di dalam saya pasang lampu-lampu penerangan," imbuh Danang.
Sebagai informasi terowongan kuno ini diduga peninggalan masa kolonial Belanda ditemukan di bawah permukiman padat penduduk di Dusun Cokro Kembang, Desa Daleman, Kecamatan Tulung, Klaten. Terowongan itu diperkirakan dibangun bersama dengan Pabrik Gula Cokro Tulung atau tahun 1840.
"Dari pengamatan sementara itu memang struktur bangunan kolonial. Diperkirakan pendiriannya sama dengan PG Cokro," kata anggota tim Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jateng Deny Wahyu Hidayat pada detikJateng, Sabtu (18/1/2020).
(apl/sip)