Jumlah kasus penyakit kencing tikus atau leptospirosis di Klaten saat ini tertinggi di Jawa Tengah. Dinas Kesehatan Pemkab Klaten membenarkan kabar tersebut.
"Iya (tertinggi di Jawa Tengah). Jumlah kasus leptospirosis sampai saat ini 2022 ada 78 kasus dengan 6 kasus berakhir kematian," kata Sub Koordinator Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, Bidang P2P Dinas Kesehatan Pemkab Klaten, Wahyuning Nugraheni, kepada detikJateng, Rabu (23/11/2022) siang.
Wahyuning mengatakan, angka kasus leptospirosis secara tahunan juga mengalami kenaikan. Tahun ini sudah ada 78 kasus, padahal tahun 2021 hanya ada 22 kasus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tahun 2021 hanya ada 22 kasus dengan lima kematian. Di Klaten ada 10 kecamatan yang dua tahun terakhir ditemukan kasus," ujar Wahyuning.
Menurut Wahyuning, persebaran leptospirosis di 10 kecamatan itu terbilang merata, dari Kecamatan Gantiwarno sampai Polanharjo di wilayah utara.
"Kecamatan yang 2020-2022 ada kasus (lepstospirosis) ada 10. Yaitu Kecamatan Bayat, Gantiwarno, Wedi, Kalikotes, Trucuk, Klaten Selatan, Ngawen, Karanganom, Jogonalan, dan Polanharjo," papar Wahyuning.
Wahyuning menambahkan, penderita leptospirosis itu pada umumnya beraktivitas di sawah. "Mulai petani, pencari rumput, sampai petani sayur kangkung bisa. Tapi di luar itu juga bisa, sebab semua tikus bisa menularkan, tidak hanya tikus sawah," lanjut dia.
Kepala Dinas Kesehatan Pemkab Klaten, dokter Cahyono Widodo mengatakan, kasus leptospirosis di Klaten saat ini tertinggi di Jawa Tengah.
"Biasanya kita (Klaten) bersama Demak dan Semarang bergantian. Kita tertinggi karena memang ada daerah endemis," kata Cahyono kepada detikJateng di Pemkab Klaten.
"Mungkin daerah lain ada tapi tidak terdeteksi. Sedangkan kita deteksinya bagus, peralatan ada dan SDM kita punya," imbuh Cahyono.
Sebagai antisipasi, Cahyono menambahkan, semua fasilitas kesehatan dan klinik di Klaten terus memberikan sosialisasi. Sebab, penyakit oleh bakteri leptospira dari kencing tikus itu gejalanya hampir sama dengan penyakit pada umumnya.
"Gejalanya hampir sama dengan penyakit lainnya. SDM kita minta menegakkan diagnosis sekaligus pengobatannya, tidak lupa jaga kebersihan dan kesehatan," pungkas Cahyono.
(dil/ams)