Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jateng mencatat adanya 389 warga yang terjangkit Leptospirosis selama 2022 ini. Dari jumlah tersebut 55 di antaranya meninggal dunia.
Leptospirosis ini juga sering dikaitkan dengan binatang pengerat, tikus. Sebenarnya, apa penyebab penyakit yang cukup mematikan ini?
Dikutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan, Rabu (26/10/2022), leptospirosis merupakan salah satu penyakit yang perlu diwaspadai pada musim hujan. Penyakit ini erat kaitannya dengan binatang tikus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Leptospirosis ditularkan melalui kencing tikus berupa bakteri yang masuk melalui kulit yang lecet atau selaput lendir pada saat kontak dengan banjir atau genangan air sungai hingga selokan dan lumpur.
Hal ini menyebabkan masyarakat yang memiliki lingkungan dan perilaku kesehatan buruk sangat rawan terkena penyakit ini.
Gejala Leptospirosis
Seseorang yang terinfeksi penyakit ini rata-rata menunjukkan gejala berupa:
- Demam mendadak
- Lemah
- Mata merah
- Kekuningan pada kulit
- Sakit kepala
- Nyeri otot betis
Dikutip dari artikel berjudul Epidemiologi, Diagnosis,dan Pencegahan Leptospirosis (Jurnal JHECDs Vol 5 No 2 Tahun 2019), Wening Widjajanti menulis ada gejala lain dari penyakit ini, di antaranya adalah:
- Kencing berwarna seperti teh
- Batuk berdarah
- Pendarahan pada kulit.
Penyakit ini dapat menimbulkan kerusakan beberapa organ berupa kegagalan hati akut, kegagalan ginjal akut, perdarahan pada paru-paru, miokarditis dan meningoencephalitis yang berakhir pada kematian.
Pencegahan Leptospirosis
Dalam jurnal tersebut, Wening menulis bahwa WHO telah menyarankan tiga hal dalam upaya pencegahan berkembangnya leptospirosis. Pencegahan dilakukan baik di sisi sumber infeksi, jalur penularan dan manusianya.
Salah satu yang penting dilakukan adalah menghilangkan jalur penularan dengan membersihkan lingkungan sehingga tidak menjadi sarang hewan penyebab penyakit leptospirosis.
Selain itu, masyarakat harus terus disadarkan untuk selalu menjaga kebersihan diri terutama setelah beraktivitas di tempat yang rawan terpapar bakteri penyebab leptospirosis.
Kasus Leptospirosis di Jateng
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Yunita Dyah Suminar mengatakan, dari catatan Dinkes Jateng dari bulan Januari 2022 hingga September 2022 ada 55 pasien yang meninggal setelah mengidap Leptospirosis.
"Kalau sampai September yang meninggal 55 orang dan kasusnya 389," kata Yunita lewat pesan singkat, Rabu (26/10/2022).
Ia mengatakan pasien tersebut tersebar di berbagai daerah di Jawa Tengah. Menurutnya yang paling banyak ada di Klaten, namun Yunita tidak menyebutkan jumlahnya.
"(Paling banyak) Klaten," ujarnya.
(ahr/ams)