Bubur Samin khas Masjid Darussalam, Jayengan, Serengan, Solo, turut 'menghangatkan' Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah ke-48 di Solo. Sebanyak 1.000 porsi bubur Samin disiapkan untuk menjamu peserta dan penggembira muktamar.
"Ini bubur Samin khas Banjar pesanan Pak H Yusuf untuk muktamar. Jumlahnya 1.000 paket bubur," kata pembuat bubur Samin, Siti Munasaroh (57), saat ditemui detikJateng di dapur Masjid Darussalam, Sabtu (19/11/2022) pagi.
Wanita yang akrab disapa Saroh itu mengatakan, bubur Samin ini akan dibagikan kepada para peserta dan penggembira muktamar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nanti setelah salat zuhur peserta diajak ke sini untuk makan. Bubur Samin hanya untuk satu hari ini saja," ujar Saroh.
Seribu porsi 1.000 bubur Samin itu dibuat dari 25 kilogram beras pilihan dan bumbu dapur serta minyak Samin secukupnya.
"Bubur Samin ini sudah lama sekali di sini, dibawa perantau dari Banjar. Sejak saya kecil bubur Samin ini sudah dibuat di sini, " ucap Saroh.
Pembuat bubur Samin lainnya, Subadi, menyatakan bubur khas Banjar itu dulunya dibuat secara tradisional.
"Dulu awalnya dengan kayu bakar, lalu dengan minyak tanah, sekarang pakai gas. Bubur biasanya dibuat cuma setahun 3 kali," kata Subadi kepada detikJateng.
Bubur Samin biasanya dibuat dan dibagikan kepada para jemaah Masjid Darussalam pada bulan Ramadan, Muharam dan Syaban.
"Biasanya Ramadhan, Muharam saat Asyura dan Syakban saja untuk jemaah masjid. Hari ini spesial untuk peserta muktamar," terang Subadi.
"Butuh waktu minimal empat jam oleh tiga orang (pengaduk bubur). Kalau pas puasa bisa lebih (orang yang terlibat), karena sebentar saja sudah lelah," imbuh Subadi.
Pantauan detikJateng di lokasi, ada enam orang yang membuat bubur. Tiga wanita membuat bumbu dan tiga pria mengaduk bubur tanpa henti.
Bubur itu berbahan beras, santan, wortel, daging sapi, bumbu dapur lengkap, dan lainnya. Bubur berwarna kecoklatan itu menebarkan aroma sedap dan segar ke sekitar lokasi.
(dil/ams)