Duduk Perkara Siswi SMAN 1 Sumberlawang Dimarahi Guru gegara Jilbab

Duduk Perkara Siswi SMAN 1 Sumberlawang Dimarahi Guru gegara Jilbab

Tim detikJateng - detikJateng
Jumat, 11 Nov 2022 11:29 WIB
Agung Purnomo ortu siswa yang diduga ditegur guru Gegera jilbab.
Agung Purnomo ortu siswi SMAN di Sragen yang diduga ditegur guru gegara jilbab. Foto: Tara Wahyu NV/detikJateng
Solo -

Wali murid siswi SMAN 1 Sumberlawang, Sragen, Agung Purnomo (47), mengadu ke polisi usai putrinya dimarahi di depan kelas karena tak memakai jilbab. Begini duduk perkara tersebut sejauh ini.

Agung mengadu ke Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polres Sragen pada Rabu (9/11/2022). Agung saat itu mengatakan keputusannya untuk mengadu ke polisi lantaran pihak sekolah dinilainya tak memberikan penyelesaian secara konkret.

"Bukan masalah mau melakukan penegakan atau penindakan hukum minta polisi seperti itu, tidak. Polisi sahabat masyarakat yang selalu melayani kapan pun dan di mana pun berada. Dari sisi situ saya masuk. Semoga nantinya kepolisian jadi mediator di tengah," kata Agung saat dihubungi detikJateng, Rabu (9/11).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Anak saya di sana kebetulan tidak berkerudung. Ada (oknum) guru yang memarahi dia, dan cenderung ke arah bullying," lanjutnya.

ADVERTISEMENT

Agung tak mempersoalkan jika anaknya dimarahi ataupun dinasihati karena melakukan kesalahan atau melanggar aturan sekolah. Namun, menurutnya guru yang memarahi anaknya di depan kelas sudah melakukan perundungan terhadap putrinya.

"Pada dasarnya kalau seorang guru, edukasinya harusnya memang takaran etika dan normanya kan objektif. Tapi edukasi yang diberikan sudah menyisipkan subjektivitas seorang guru di situ," ucapnya.

Agung pun menyesalkan tindakan oknum guru tersebut. Terlebih, menurutnya tidak ada aturan bagi siswi untuk berjilbab di sekolah negeri.

"Sekolah negeri yang harusnya aturannya, dan saya yakin idealnya itu sudah diatur dalam perundangan, bahwa sekolah menyediakan ruang kebhinnekaan seluas-luasnya. Toleransi, dan perbedaan tinggi, sebagai budaya kita," ucapnya.

Pihaknya mengaku sudah menghubungi pihak sekolah untuk menyelesaikan masalah ini. Namun solusi yang ditawarkan belum merujuk pada inti permasalahan yang menimpa anaknya.

"Informasi (dari) anak saya, di sekolah ada jeda tercipta antara anak yang berkerudung dan tidak, itu diperparah dengan ketidaksiapan pendidik. Saya yakin arahan yang diberikan kepada anak saya itu arahan yang baik sesuai dengan syariat yang dianut oleh anak kami, kebetulan kami juga muslim," ujar Agung.

"(Ditegur) Oleh seorang guru matematika. Yang saya sayangkan adalah saat guru matematika itu justru memberikan statemen di pelajaran yang dia ampu, bahwa matematika itu tidak penting," ujar Agung.

Ditegur di depan kelas begitu rupa, lanjut Agung, anaknya ketakutan. Ironisnya saat minta izin pulang, anaknya justru mendapat teguran oleh guru yang lain.

"Terus akhirnya anak saya sampai ketakutan sampai gemetar, waktu mau minta izin pulang, anak saya satunya ditanyai oleh guru lain cewek, ditanyain 'agamanya apa? kenapa nggak berjilbab? berarti belum dapat hidayah dong'," ujar Agung.

Agung mengaku tidak masalah jika anaknya ditegur terkait pemakaian jilbab. Namun menurutnya ada cara-cara yang lebih tepat untuk menyampaikannya, bukan dengan memarahi dan di depan teman-teman sekelas.

"Hal-hal seperti ini sebenarnya (disampaikan) saat pelajaran agama kami oke, atau anak kami dipanggil secara personal monggo. Tapi yang terjadi di sini adalah pendidik memasukkan satu subjektivitas pribadi yang harusnya edukasi itu berpedoman kepada obyektivitas norma dan etik, itu yang kami merasa harus dievaluasi," tegasnya.

Simak lebih lengkap di halaman berikutnya...

Permintaan Maaf Guru Matematika SMAN 1 Sumberlawang Sragen

Guru Matematika SMAN 1 Sumberlawang, Suwarno (54), yang diadukan Agung orang tua salah satu muridnya ke Polres Sragen karena diduga melakukan perundungan.

Masalah ini muncul ketika Suwarno disebut meminta salah satu siswinya yang masih duduk di kelas X untuk memakai jilbab. Dia menyampaikan itu saat jam pelajarannya di depan kelas pada Kamis (3/11).

"Saya sampaikan secara umum di kelas supaya anak yang lain tahu. Memakai jilbab bukan karena pakaian budaya atau patut-patutan. Tapi memakai jilbab itu karena perintah Allah. Jadi memakai jilbab itu perintah Allah, bukan karena perintah gurunya, saya ingin anak-anak memakai jilbab dengan kesadaran diri, dengan ikhlas, tidak dipaksa dan tidak ditekan. Saya menyampaikannya seperti itu," kata dia saat ditemui di SMAN 1 Sumeberlawang, Kamis (10/11).

Kapolres Sragen Angkat Bicara

Saat dimintai konfirmasi soal aduan itu, Kapolres Sragen AKBP Piter Yanottama menjelaskan, sesuai aturan, aduan itu nanti akan diproses oleh anggotanya. Aduan tersebut akan dilihat pelanggaran hukum dan proses penyelesaiannya.

"Alurnya, begitu pengaduan, nanti diasesmen Reskrim. Nanti seperti apa. Apakah ada pelanggaran hukum atau restorative justice," kata Piter kepada wartawan, Kamis (10/11).

Siswi yang Dirundung gegara Jilbab Mogok Sekolah

Sementara itu, ayah siswi mengaku anaknya itu kini enggan masuk sekolah.

"Habis kejadian itu tak rayu-rayu mau masuk lagi. Terus dibully kakak kelasnya. Terus WhatsApp saya minta dijemput, sampai sekarang nggak mau sekolah," kata Agung, Jumat (11/11).

Agung mengungkapkan anaknya yang berada di sekolah tersebut ada dua dan duduk sebangku. Karena juga merasa takut, saudara S juga tidak ikut masuk sekolah.

"Nggak berani juga, karena mereka dianggap keluarga ya," ucapnya.

Halaman 2 dari 2
(sip/rih)


Hide Ads