Ancaman penurunan tanah menyebabkan Kota Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan terancam tenggelam, kian nyata. Buktinya, dari data patok BM (Benchmark) yang dipasang di sejumlah tempat oleh Badan Geologi, menunjukan fakta ada penurunan tanah.
Di setiap daerah yang terpasang patok ukur ini memang berbeda-beda hasilnya. Patok BM ini dipasang untuk mendeteksi terjadinya penurunan tanah.
Kondisi Kabupaten Pekalongan
Sekda Pekalongan M Yulian Akbar, Senin (7/11) menjelaskan di Kabupaten Pekalongan, dipasang sebanyak 12 patok yang tersebar di empat titik lokasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Empat titik lokasi tersebut yakni di Kecamatan Wiradesa, Balai Desa Depok, Kecamatan Siwalan dan Kecamatan Wonokerto. Di mana di setiap titik tersebut di pasangan patok dengan kedalaman yang berbeda-beda.
"Untuk mengetahui seberapa jauh angka penurunan tanah, di Kabupaten Pekalongan juga dipasang patok oleh Badan Geologi. Di pasang di lokasi yang menurut pertimbangan diperlukan yakni di Wiradesa, Siwalan, Wonokerto dan Depok," kata Yulian Akbar.
Patok-patok tersebut setiap bulannya menunjukkan angka-angka penurunan tanah.
Menurut Yulian Akbar, penurunan tanah terparah di Kabupaten Pekalongan terjadi di wilayah Wonokerto di mana di bulan Oktober ini terjadi penurunan tanah 45,64 milimeter di patok dengan kedalaman 124 meter.
Berikut Lokasi dan Angka Penurunan Patok di Kabupaten Pekalongan:
Desa Wiradesa
Di Kecamatan Wiradesa dipasang patok tiga dengan kedalaman masing-masing 26 meter, 60 meter dan 110 meter.
Pada patok dengan kedalaman 26 meter angka penurunan tertinggi di Bulan Mei yakni 0,37 mm sedangkan pada bulan Oktober 0,00 mm.
Pada patok kedalaman 60 meter, pada bulan Januari 3,49 mm dan angka penurunan tertinggi di bulan Oktober 21,34 mm.
Pada patok dengan kedalaman 110 meter, dari Januari hingga April tidak ada penurunan atau 0,00 mm. Sedangkan di Mei hingga Oktober terjadi penurunan tertinggi di angka 12,41 yang terjadi pada bulan Oktober.
Balai Desa Depok
Balai Desa Depok di pasang tiga patok dengan kedalaman masing-masing, 28 meter, 92 meter dan 125 meter.
Pada patok dengan kedalaman 28 meter, angka penurunan tertinggi di bulan Juni yang mencapai 0,13 mm, sedangkan di bulan Oktober 0,01 mm.
Pada patok dengan kedalaman 29 meter, dari Januari hingga Oktober, penurunan tertinggi di bulan Oktober mencapai 9,50 mm.
Pada Patok di kedalaman 125 meter, penurunan tertinggi yakni 1,15 mm pada bulan April sedangkan di bulan Oktober 0,01 mm.
Kecamatan Siwalan
Di Kecamatan Siwalan dilakukan pemasangan patok tiga dengan kedalaman masing-masing 23 meter, 77 meter dan 125 meter.
Pada patok dengan kedalaman 23 meter, penurunan angka tertinggi terjadi pada bulan Oktober yang mencapai 2,50 mm dan terendah di bulan Juli 0,08 mm.
Pada patok dengan kedalaman 77 meter, pada Januari yang penurunannya mencapai 0,83 mm, penurunan tertinggi di angka 6,03 mm di bulan Oktober.
Pada patok dengan kedalaman 125 meter, angka penurunan tertinggi pada bulan oktober mencapai angka 31,34 mm dan terendah pada dua bulan yakni Januari dan Februari di angka 2,81 mm.
Kecamatan Wonokerto
Kecamatan Wonokerto dipasang tiga patok dengan kedalaman masing-masing 12 meter, 87 meter dan 124 meter.
Pada patok dengan kedalaman 12 meter, pada bulan Juli dan Agustus tidak ada penurunan sedangkan penurunan angka tertinggi yakni 01,02 mm pada bulan Mei.
Pada patok dengan kedalaman 87 meter, di bulan Januari mengalami penurunan 13,00 mm dan tertinggi di angka 44,97 mm di bulan Oktober.
Pada patok di kedalaman 124 meter, penurunan tertinggi di angka 45,64 di Bulan Oktober sedangkan di Januari 11,79 mm.
Kondisi di Kota Pekalongan ada di halaman selanjutnya
Kondisi di Kota Pekalongan
Sementara itu di Kota Pekalongan, dari patok yang telah di pasang di sejumlah tempat, menunjukkan angka yang cukup mengagetkan. Terparah, penurunan tanah yang cepat berada di Wilayah Kecamatan Pekalongan Barat.
Hal tersebut seperti apa yang dikatakan Walikota Pekalongan, H A Afzan Arslan Djunaid, pada detikJateng, Senin (7/11) saat dihubungi via telepon.
"Penurunan tanah dari alat ukur yang dipasang bermacam-macam hasilnya, ada setahun yang 6 cm atau 2 cm. Kalau yang paling parah ya di Pekalongan Barat ya patok di Stadion Hoegeng itu," kata Aap sapaan akrabnya.
Menurut Aap banyak faktor pemicu adanya penurunan tanah. Namun selain memang krisis iklim yang berjalan juga karena aktivitas masyarakat yakni penggunaan air tanah.
"Kalau penurunan tanah faktor utama itu pengambilan air bawah tanah. Izinnya sudah kita stop itu. Ya, itu juga seperti hotel perkantoran pasti pakai air sumur juga karena PDAM juga belum bisa mencukupi kebutuhan air bersih," ungkapnya.
Namun dikatakan Aap penanganan penurunan tanah tetap dilakukan oleh Pemkot Pekalongan.
"Secara prinsip nalar kita ya, kita tidak bisa melawan alam. Kita tidak bisa menahan lama- tetapi kita bisa mencegah sejak dini kita harus gerak terus," ucapnya.
Di Kota Pekalongan sendiri dipasang 16 patok ukur yang tersebar di 7 titik lokasi dengan hasil yang berbeda-beda.
Stadion Hoegeng
Di Stadion Hoegeng dipasang patok dengan kedalaman 100 m dan 45 meter.
Pada patok di kedalaman 100 meter dari catatan bulan per bulan dari Januari hingga Oktober, di Januari penurunan 102,79 mm, pada Mei 119 mm dan tertinggi di Bulan Oktober mencapai 140,01 mm.
Pada patok di kedalaman 45 meter di bulan Januari hingga Oktober, angka penurunan yang besar pada bulan Juni yakni 74 mm, sedangkan di bulan Oktober 63,50 mm.
Kelurahan Kandang Panjang
Kelurahan Kandang Panjang di pasang patok dengan kedalaman 16 m, 60 m dan 102 meter.
Pada patok dengan kedalaman 16 meter, Bulan Januari sampai Oktober tidak ada penurunan tanah, kecuali di bulan September 0,3 mm.
Pada patok dengan kedalaman 60 meter, hampir di setiap bulan mengalami kenaikan angka terakhir di bulan Oktober mencapai 21, 39 mm.
Pada patok dengan kedalaman 102 meter anehnya dari bulan Januari hingga Oktober tidak mengalami penurunan atau 0,00 mm.
TPA Degayu
TPA Degayu patok dipasang dengan kedalaman 24 meter, 68 meter dan 125 meter.
Pada patok dengan kedalaman 24 meter, dari bulan ke bulan mengalami penurunan yang bertambah dari Januari hingga Oktober. Di bulan Oktober 6,73 mm.
Pada patok kedalaman 68 meter juga demikian mengalami penurunan dari bulan ke bulan. Di bulan Januari 4,15 mm dan terakhir di bulan Oktober mencapai 21,51 mm.
Pada Patok 125 meter mengalami hal yang sama kenaikan angka penurunan dari Januari 5,91 mm hingga Oktober mencapai angka 29,12 mm.
Kelurahan Setono
Kelurahan Setono dipasang tiga patok dengan kedalaman 27 meter, 50 meter dan 100 meter.
Pada Patok kedalaman 27 meter, ada angka penurunan tanah tertinggi di bulan September yang mencapai 15,43 mm dan di bulan Oktober 13,15 mm.
Pada patok kedalaman 50 meter, juga mengalami kenaikan angka penurunan di bulan September yang mencapai 19,16 mm dan 18, 67 mm.
Pada patok kedalaman 100 meter, tidak ada perubahan yang berarti dari Januari sampai September yang berkisar 0,00 mm hingga 0,03 mm. Namun di bulan Oktober menunjukan penurunan tanah 10.55 mm.
Kecamatan Pekalongan Selatan
Kecamatan Pekalongan Selatan di pasang satu patok dengan kedalaman 70 meter. Dari Januari hingga Oktober penurunan tertinggi di bulan Agustus yakni 28, 79 mm sedangkan di bulan Oktober 25,34 mm.
Kelurahan Tirto
Kelurahan Tirto di pasang tiga patok dengan masing-masing kedalaman 16 meter, 65 eter dan 122 meter.
Pada Patok 16 meter, angka terjadinya penurunan tertinggi di bulan September yang mencapai 4,24 mm dan di bulan Oktober 3,45 mm.
Pada patok kedalaman 65 meter, dari Januari yang mengalami penurunan 5,25 hingga bulan Oktober terus mengalami kenaikan angka penurunan tertinggi yakni 29,93 mm.
Pada patok di kedalaman 122 meter, angka penurunannya justru sedikit. Dari bulan Januari 0,22 mm dan bulan Oktober 0,05 mm.
Sapuro
Sapuro di pasang satu patok dengan kedalaman 16,83 meter, mengalami angka penurunan yang tinggi pada bulan Juni yang mencapai 26,19 mm dan di bulan Oktober 26,63 mm.