Candi Bata di KIT Batang, Kades Cerita Soal Permukiman Kuno yang Maju

Candi Bata di KIT Batang, Kades Cerita Soal Permukiman Kuno yang Maju

Robby Bernardi - detikJateng
Senin, 31 Okt 2022 13:05 WIB
Situs Candi Bata di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang
Situs Candi Bata di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang. Foto: dok. Desa Sawangan, Batang
Batang -

Ada situs Candi Bata di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, tepatnya di Kawasan Industri Terpadu (KIT), Desa Sawangan, Kecamatan Gringsing. Situs Candi Bata yang diduga peninggalan masa Kerajaan Kalingga dari abad ke-7 ini ditemukan sejak tahun 2019.

Diperkirakan, Candi Bata berukuran 16x16 meter ini memiliki satu pintu masuk. Saat ini Pemerintah Kabupaten Batang berupaya mencari dana untuk ekskavasi situs candi batu tersebut.

Saat dihubungi detikJateng via telepon, Senin (31/10), Kepala Desa Sawangan, Ali Hafidz mengatakan situs itu ditemukan sejak 2019.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Lokasinya tidak jauh dari Situs Bale Kambang, hanya sekitar 50 meter. Kita dulu sudah melaporkan ke pihak Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang, karena itu termasuk wilayah KIT Batang, tapi belum ada respons," kata Ali.

Ali mengatakan, situs itu ditemukan bersamaan dengan proses pembukaan lahan untuk proyek strategi nasional KIT Batang.

ADVERTISEMENT

"Dari cerita-cerita leluhur, itu termasuk leluhur kami. Di situ yang sebelumnya hutan, memang diceritakan sebagai pemukiman kuno yang maju, cerita turun-temurun nenek moyang kita," ujar Ali.

"Batu bata yang ditemukan ketebalannya 25 sentimeter, panjang 60 sentimeter. Berbeda dengan batu bata saat ini," imbuh dia.

Ali berharap agar proses ekskavasi segera dilakukan untuk mengungkap hal ihwal Situs Candi Bata.

Ekskavasi Situs Candi Bata Tunggu Dana

Terpisah, Kabid Kebudayaan, Afi Kusmoyorini, mengatakan pihaknya masih berupaya mencari pendanaan untuk ekskavasi Situs Candi Bata. Pihaknya juga menunggu Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) yang akan melakukan survei dalam waktu dekat.

"Kita menunggu dari BPCB itu, siapa tahu dari sana ada dana untuk ekskavasi. Karena sebelum kita paparan kemarin kan, sebenarnya kita sudah koordinasi ke BRIN, menyatakan tidak ada anggaran," kata Afi.

"Kalau tidak ada anggaran, saya akan mencoba ke Kementerian PUPR. Dulu katanya karena Batang itu sebagai kota pusaka, dulu katanya ada anggaran yang disediakan untuk kota pusaka itu, dana Rp 1 miliar satu tahunnya," sambung Afi.

Menurut Afi, ekskavasi itu membutuhkan anggaran sekitar Rp 200 juta, belum termasuk biaya perawatan dan penjagaannya.

"Kemarin saya membuat nota dinas ke Ibu PJ (Bupati) sekitar 400 juta (ekskavasi dan keamanan). Itu pun keamanan yang sederhana, sangat sederhana, biar tidak terjamah pihak lain atau orang yang tidak bertanggung jawab," kata Afi.

"Sebelumnya saya sudah koordinasi ke mana-mana, jalannya buntu," tambahnya.

Afi mengungkapkan, sebagian batu bata itu ada yang diambil orang.

"Iya diambilin warga, sebenarnya ada juru pelihara di sana, tapi untuk yang situs Bale Kambang. Itu kan berdekatan, hanya dibatasi sungai kecil, sungai kering. Sejak tahu diambilin warga itu saya pesan dengan juru peliharanya untuk tetap diamankan," ungkapnya.

"Dulunya, lokasi tanah setempat, ditanami warga jagung dan lain-lain," imbuh Afi.

Penjelasan dari Tim Arkeologi BRIN ada di halaman berikutnya...

Dalam rillis Humas Pemkab Batang, Tim Arkeologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menemukan situs candi yang kemungkinan sudah ada pada masa Kalingga yang dibahas Cina disebut holing diperkirakan ada pada abad Ke-7.

Arkeolog yang menemukan bernama Veronique de Groot, warga Prancis. Candi itu ditemukan di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang atau tepatnya di Desa Sawangan Kecamatan Gringsing pada tahun 2019, saat PT Perkebunan Nusantara IX melakukan pembersihan lahan untuk pembukaan KIT Batang.

BRIN bersama Veronique de Groot melakukan pemaparan di hadapan PJ Bupati Bupati Batang, Lani Dwi Rejeki di Ruang Abirawa Bupati, Kabupaten Batang, Jumat (28/10) pekan lalu.

Menurut Lani, berdasarkan pemaparan itu, Situs Candi Bata merupakan peninggalan dari sebelum kerajaan Mataram kuno yang bisa menjadi situs sejarah tertua di Jawa Tengah.

"Dari temuan ini kita akan berkomunikasi dengan instansi terkait dan KIT Batang untuk melakukan tindak lanjutnya," terangnya.

Ketua Tim Arkeologi BRIN Agusti Janto Indrajaya mengatakan, penemuan situs Candi Bata merupakan surprise bagi masyarakat Indonesia.

"Karena ternyata Candi Bata yang di sana dibangun sebelum Mataram kuno pada abad Ke-7. Jadi bisa dibilang yang tertua di Jawa Tengah. Perkiraan kita, Candi Bata berukuran 16x16 meter dengan satu pintu masuk," jelasnya.

Agusti menyebutkan, indikasi dari temuan situs tersebut pada saat tanaman di lahan dicabut ada sisa runtuhan bata.

"Itu menjadi indikasi awal kita untuk menggali. Candinya tidak terlalu dalam dan tidak ada satu meter," katanya. Dari temuan itu, Arkeolog BRIN akan melakukan pemetaan untuk menggali dan mencari situs penyerta lainya.

Halaman 2 dari 2
(dil/ams)


Hide Ads