Resahnya Emak-emak Semarang gegara Kasus Gagal Ginjal Akut Misterius

Resahnya Emak-emak Semarang gegara Kasus Gagal Ginjal Akut Misterius

Angling Adhitya Purbaya - detikJateng
Kamis, 20 Okt 2022 18:46 WIB
Human kidney in hands isolated on blue background
Ilustrasi. (Foto: Getty Images/iStockphoto/pepifoto)
Semarang -

Susanti (33), ibu rumah tangga warga Jaten, Kota Semarang, nampak sibuk memperhatikan dua layar ponselnya. Dari dua ponsel itu tersiar podcast dan webinar soal isu gagal ginjal pada anak yang banyak dibicarakan beberapa waktu terakhir.

Ibu dua anak itu termasuk yang sangat khawatir dengan kabar gagal ginjal anak yang disebut menelan banyak korban jiwa. Sejak beberapa hari lalu dia berupaya mencari informasi dengan memantau berita, mengikuti webinar, hingga menonton podcast soal itu.

Susanti mengatakan dua anaknya yang masih berusia 4 dan 5 tahun sering sekali sakit demam, batuk, dan pilek sejak Juli 2022. Beberapa kali dia ke klinik, bahkan anak yang paling kecil sempat dirawat di rumah sakit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Obat sirup parasetamol sudah pasti selalu ada (stok di rumah). Terus ada kabar gagal ginjal anak kemudian apotek tidak boleh jual obat sirup. Terus gimana kalau anak demam," ujar Susanti ditemui di rumahnya, Kamis (20/10/2022).

Dia berusaha mengumpulkan informasi mengatasi anak demam tanpa menggunakan obat. Ia juga berusaha mencari tahu soal kabar 15 obat sirup yang mengandung etilen glikol (EG) yang disebut berbahaya.

ADVERTISEMENT

"Dari webinar-webinar itu tahu bagaimana langkah menangani demam. Terus saya juga berusaha cari tahu soal obat yang katanya mengandung bahan berbahaya. Tapi ternyata hoax," ujarnya.

Anak-anaknya yang masih taman kanak-kanak itu sudah hampir sebulan tidak sekolah karena disarankan dokter. Ternyata justru ada kabar beredar soal gagal ginjal misterius.

"Ya sebagai ibu tetap khawatir. Semoga semua bisa tertangani," tegasnya.

Sementara itu, Amanda warga Gunungpati, Semarang, mengatakan dia sempat panik dan bingung ketika beredar kabar penyebab gagal ginjal adalah parasetamol. Padahal obat itu wajib ada di rumah karena anaknya yang berusia 6 tahun akhir-akhir ini juga sering sakit.

"Ramainya berita gagal ginjal akut yang dialami oleh anak dan diduga karena mengonsumsi obat sirup, khususnya parasetamol, sempat membuat saya panik dan bingung. Pasalnya, saya memiliki anak usia 4 tahun yang nyaris setiap bulan mengalami sakit, entah sekadar demam atau batuk-pilek yang juga disertai demam," ujar Amanda.

Ia juga menjelaskan obat sirup untuk anak menjadi andalan untuk penanganan pertama karena rumahnya jauh dari fasilitas kesehatan. Sehingga ketika apotek tidak boleh menjual obat sirup, hal itu cukup meresahkan.

Ia kini juga menyiapkan obat penurun demam yang diberikan lewat dubur karena pengalaman anaknya pernah kejang akibat demam.

"Parasetamol menjadi obat wajib di rumah kami karena anak pernah mengalami kejang saat demam. Demam yang awalnya di suhu yang 37,5 mendadak menjadi 39 dan kemudian langsung kejang. Mengingat rumah kami jauh dari fasilitas kesehatan mumpuni seperti rumah sakit, parasetamol menjadi solusi sementara, sembari melihat perkembangan demam anak, apakah sudah menurun atau justru semakin parah," kata Amanda.

"Hari ini anak saya mendadak panas tinggi sepulang sekolah, dan saya tetap memberikan parasetamol karena klinik BPJS kami sedang disteril. Stok parasetamol akan selalu ada dan sementara kami konsumsi," imbuhnya.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya...

Ibu rumah tangga lainnya, Puji, juga mengatakan hal serupa. Ia masih menyetok parasetamol untuk anaknya yang berusia 1 dan 7 tahun.

Namun keresahan menghantui soal kabar gagal ginjal akut yang diderita sejumlah anak di Indonesia. Ia berharap segera dipastikan penyebab dan penanganannya.

"Harus dijelaskan detail sih itu karena apa, karena kan katanya juga sangkut pautnya sama COVID, jadi pemberitaan dan sosialisasi juga harus jelas. Kalau pengaruh ke COVID juga, harus diperketat juga dong prokes, nah saat ini kan prokes dan nggak dipedulikan lagi," tegas Puji.

Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Abdul Hakam, menyebut memang belum ada kasus gagal ginjal akut pada anak di Semarang. Dinkes Kota Semarang juga sosialisasi lewat Instagram @dkksemarang.

Berikut penjelasan dari Dinas Kesehatan Kota Semarang seperti dikutip dari akun Instagramnya:

  • Gagal ginjal akut misterius pada anak disebut juga Acute Kidney Injury (AKI). Di mana terjadinya penurunan yang cepat dan tiba-tiba pada fungsi ginjal. Ditandai dengan penurunan volume buang air kecil hingga tidak buang air kecil sama sekali.
  • Gejalanya: Demam, batuk pilek, diare dan muntah, warna urine berubah menjadi cokelat.
  • BPOM juga melarang peredaran obat sirup untuk anak hingga orang dewasa yang mengandung dietil glikol (DEG) dan etil glikol (EG).

Ada juga imbauan yang diberikan yaitu:

  • Segera bawa anak ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut apabila mengalami gejala khas yaitu penurunan jumlah dan frekuensi buang air kecil (BAK) atau tidak ada urine selama 12 jam
  • Pastikan anak mendapatkan cairan yang cukup selama sakit.
Halaman 2 dari 2
(aku/rih)


Hide Ads