"Di Karesidenan Surakarta belum ada temuan, walaupun di Jogja dan Jawa Barat saya dengar ada laporan," kata Hari.
Seperti diketahui, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) masih menyelidiki kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal pada anak yang terjadi di Indonesia.
Oleh karena itu, IDAI Kota Solo belum bisa memberikan langkah antisipasi pencegahan kasus gagal ginjal akut progresif atipikal pada anak. IDAI Kota Solo mendukung langkah Kemenkes untuk menghentikan sementara penjualan obat sirup, sebagai langkah antisipatif.
"Memang tidak ada obat (yang mengandung zat dietilen glikol dan etilen glikol) yang masuk atau beredar di Indonesia, yang terbukti berasal dari empat pabrik dari India itu. Karena memang tidak ada impor dari sana. Ini untuk antisipasi biar tidak menambah jumlah kasusnya," ujar Hari.
Dia hanya memberikan tips kepada orangtua untuk lebih proaktif mengawasi anaknya, yaitu dengan mengenali gejala gagal ginjal pada anak.
"Jadi kalau anak ada gejala infeksi seperti demam disertai dengan penurunan jumlah pipis atau BAK (buang air kecil) atau bahkan tidak pipis sama sekali, itu yang harus diwaspadai. Dia yang sehari misalnya pipis lima kali, lalu menjadi hanya sekali dan sangat sedikit, harus segera dibawa ke rumah sakit," terang Hari.
Apakah gagal ginjal akut progresif atipikal berkaitan dengan makanan atau minuman yang dikonsumsi anak, Hari belum bisa menjelaskan. Sebab, kasus penyakit ini masih belum diketahui penyebabnya.
"Itu kita belum tahu penyebabnya. Makanya kami dari IDAI belum bisa kasih pernyataan. Karena, terus terang kami juga belum tahu penyebab pastinya. Kami tidak mau menambah keresahan di masyarakat," kata dia.
Hari kemudian menyarankan agar sementara waktu penggunaan obat sirup diganti dengan obat tablet atau puyer terlebih dahulu.
(dil/apl)