Mengenang Prof Samekto UGM, Rintis Ponpes-Berencana Bangun Klinik

Achmad Hussein Syauqi - detikJateng
Minggu, 25 Sep 2022 19:13 WIB
Jenazah Prof Samekto Wibowo Guru Besar UGM dimakamkan di Klaten, Minggu (25/9/2022). Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng
Klaten -

Guru besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Samekto Wibowo, yang meninggal terseret ombak di pantai Gunungkidul, dimakamkan siang tadi di Klaten. Keluarga, ratusan santri, dan masyarakat menggiring prosesi pemakamannya. Seperti apa sosok Prof Samekto semasa hidup?

"Beliau itu seorang humoris tapi semangat belajarnya tinggi. Tidak pernah memandang orang dari jabatannya, semua orang memiliki harkat martabat yang sama sehingga harus diperlakukan sama," kata menantu Prof Samekto, Arif Sukmo Nugroho, kepada wartawan di sela pemakaman di Dusun Doyo, Desa Ngawonggo, Kecamatan Ceper, Klaten, Minggu (25/9/2022).

Arif menjelaskan Prof Samekto selain seorang akademisi dan dokter, juga menjadi pendiri dan pembina lembaga Pusat Pendidikan Islam (PPI) Muharrikun Najah, Desa Ngawonggo. Prof Samekto memiliki dua orang anak.

"Putranya dua, satu putra dan satu putri, cucu ada delapan. Satu dokter, istri saya dokter spesialis tapi bukan dosen," papar Arif yang juga pimpinan PPI Muharrikun Najah.

Menurut Arif, Prof Samekto adalah adik dari budayawan dan dosen UGM, almarhum Prof Kuntowijoyo.

"Beliau putra ketiga, Pak Yudo Paripurno, Pak Kuntowijoyo yang ketiga beliau. Beliau dari sembilan bersaudara, tapi Pak Kunto makamnya bukan di sini tapi di kompleks makam dosen UGM," terang Arif.

Sementara itu, tetangga rumah Prof Samekto, Hadi Warsito, mengatakan sosok Prof Samekto semasa hidup adalah orang yang baik dan dari keluarga yang pandai. Kesehariannya sabar dan merakyat meskipun jadi orang penting.

"Orang baik, pinter, sabar dan merakyat. Sekeluarga itu jadi orang semua, perintis pondok pesantren di tanah neneknya," ungkap Hadi Warsito kepada wartawan.

Dari tanah leluhurnya itu, jelas Hadi, Samekto merintis PPI Muharrikun Najah. Dirinya juga sempat menjadi pembina pondok.

"Tanah dibagi dan dibikin pondok, tapi karena kurang luas dari teras sampai imaman wakaf dari keluarga saya. Ya waktu itu pembina," ujar Hadi.

Sebelum meninggal, lanjut Hadi, Prof Samekto punya satu niat yang belum terlaksana. Yaitu mendirikan klinik di kampung.

"Pak Samekto punya cita-cita mau buat RS. Sudah beli tanah itu di dekat masjid Al Manar tidak jauh dari pondok," ujar Hadi.

Selengkapnya di halaman selanjutnya...



Simak Video "Video Mendiktisaintek Cabut Status ASN Guru Besar UGM Bila Terbukti Lakukan Pelecehan"


(rih/rih)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork