Prof Priyono Suryanto, S Hut, MP, Ph D dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Agroforestri, Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) di Balai Senat UGM, ada Kamis (24/7/2025). Momen ini menjadi proses perjalanan yang panjang mengingat dirinya tumbuh dari keluarga petani di desa.
Prof Prie, biasa ia disapa, lahir di Desa Pranan, Kab Sukoharjo, Jawa Tengah. Ia merupakan anak dari seorang petani di desa yang semasa sekolahnya berjualan es lilin.
"Saya tidak pernah membayangkan semua ini. Saya hanya menjalaninya, dari kecil memang hidup di desa. Seperti anak kampung pada umumnya, saya biasa ke sawah, menggembala kambing, main layangan, petak umpet," katanya kepada detikEdu, ditulis Rabu (30/7/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Semasa sekolah menengah atas (SMA), Prie muda pindah ke Sragen bersama kakaknya. Di tempat baru itulah, dia membantu kakaknya untuk membuat dan berjualan es lilin di sekolah.
Ia berjualan es dengan menitipkannya ke kantin-kantin sekolah, mulai dari SD, SMP, hingga SMA.
"Setiap sore saya bantu kakak membuat adonan es lilin, menuangnya dalam plastik es lilin. Dan pagi-pagi, sebelum matahari terbit, saya mengayuh sepeda mengantar es lilin ke kantin sekolah-sekolah yaitu SD, SMP, SMA dan SMEA," kisahnya.
Belajar dari Es Lilin
Prof Prie mengaku, ia tak malu meski harus berjualan es lilin semasa sekolah. Ia justru mendapatkan pelajaran selama berjualan es lilin.
Misalnya, saat tangannya membeku di pagi hari lantaran menggenggam termos yang sangat dingin. Ia mempertanyakan, kenapa es lilin harus beku dulu baru bisa dinikmati orang lain.
Ia pun menyimpulkan, es lilin memang bisa menyegarkan orang lain ketika melalui beku. Ia pun melihat tangannya, dan berujar, bahwa dengan menahan dingin, mungkin ia juga bisa memberi kesejukan buat orang lain.
"Sejak saat itu saya tidak pernah lagi melihat es lilin sebagai sekadar barang dagangan. Ia jadi guru diam yang mengajarkan saya: untuk bisa bermakna, seseorang harus rela melewati proses yang dingin, gelap, dan sabar," ungkap Prof Prie.
Baginya, es lilin telah mengajarkan tiga hal yaitu konsistensi, kesabaran, dan kerendahan hati. Termasuk pelajar saat musim hujan, yang berarti es lilin dingin menjadi kurang diminati.
"Sangat ingat. Justru itulah momen paling berat. Saya pernah mengambil termos-termos itu tidak berkurang banyak, uang yang terkumpul di bawah lima ribu per termos. Tapi ya besoknya tetap jualan, meskipun musim penghujan biasanya kalau jam olahraga banyak laku (tersenyum)," imbuhnya.
Anak Desa yang Akhirnya Menjadi Profesor dan Guru Besar di UGM
Pelajaran berharga sejak remaja, mengantarkan Prof Prie untuk menempuh pendidikan tinggi. Ia berhasil masuk Kehutanan UGM 1995, sebuah pencapaian tinggi bagi anak desa yang bisa masuk kampus besar.
Sampai akhirnya menyandang gelar profesor, ia masih teringat momen berjualan es lilin. Menurutnya, gelar bukan hanya hasil otak, melainkan keteguhan hati.
"Saya teringat pagi-pagi dingin saat mengantar es lilin dulu. Teringat aroma es lilin, rasa tangan beku menggenggam stang sepeda. Saya menangis dalam diam. Gelar ini bukan hanya hasil kerja otak, tapi juga keteguhan hati yang sudah dilatih sejak kecil. Proses beku itulah yang menguatkan saya," paparnya.
Apa yang dia dapatkan, turut ia bagikan untuk mahasiswanya. Kepada mahasiswanya, ia mengatakan untuk tidak bangga hanya dengan nilai IPK atau prestasi, melainkan seberapa tangguh dan sabar mereka berproses dalam diam.
"Dunia ini tidak kekurangan orang pintar. Yang langka adalah orang tangguh, sabar, dan mau berproses dalam diam, seperti es lilin," katanya.
Prof Prie juga menegaskan, kepada siapa pun yang berasal dari desa, untuk tidak malu. Kuncinya yaitu jangan pernah berhenti belajar.
"Jangan malu jadi anak desa. Jangan takut dengan kesederhanaan. Kadang, yang terlihat kecil dan dingin hari ini-seperti es lilin-justru bisa membawa kita ke tempat yang tinggi dan hangat. Jangan berhenti belajar, dan jangan menyerah walau proses terasa membeku," tuturnya.
"Saya hanya seorang penjual es lilin yang terus belajar. Kalau saya bisa sampai ke sini, saya yakin anak-anak muda di luar sana pun bisa, asalkan jangan takut berproses," pungkasnya.
(faz/pal)