Pertempuran Ambarawa, Sapit Urang dan Laskar Pemberontakan Rakyat Mataram

Pertempuran Ambarawa, Sapit Urang dan Laskar Pemberontakan Rakyat Mataram

Tim detikJateng - detikJateng
Kamis, 15 Sep 2022 05:05 WIB
Museum di Ambarawa.
Museum di Ambarawa. Foto: (Humas Kawisata)
Solo -

Dalam pertempuran Ambarawa yang berlangsung sekitar tiga pekan, sejak 20 November 1945, ada sejumlah badan kelaskaran yang turut berjuang bersama Tentara Keamanan Rakyat (TKR) melawan serdadu Sekutu. Salah satunya ialah laskar Pemberontakan Rakyat Indonesia (PRI) Mataram. Berikut kisahnya.

Dikutip dari jurnal Perjuangan Laskar Rakyat Pemberontak Rakyat Indonesia Mataram (PRI MATARAM) Dalam Penyerangan Kota Ambarawa (Pawiyatan Vol 28 No 1, 2021), PRI Mataram didirikan di Jogja pada 12 Oktober 1945. Salah satu tokoh pendirinya Soetardjo Reksokario atau Bung Tardjo, penyiar di Radio MAVRO yang dinaungi Sultan Hamengkubuwono VIII.

Disadur dari jurnal karya Bintang Adi Kuncoro dkk, peneliti dari Universitas Kristen Widya Wacana, berikut kiprah laskar PRI Mataram dalam pertempuran Ambarawa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Awal Pertempuran Ambarawa

Setelah berita kemerdekaan Indonesia terdengar sampai di Ambarawa melalui siaran radio, segenap rakyat serentak membentuk BKR (Badan Keamanan Rakyat). Pasukan BKR Ambarawa beserta laksar rakyat lainnya bersiap mempertahankan Ambarawa dari pasukan Sekutu.

Pada 20 November 1945, terjadi insiden air di daerah Ngampon Ambarawa yang memicu terjadinya penyerangan kota Ambarawa. Hal ini bermula ketika pasukan Gurka marah dan menembak ke udara untuk mengusir petani yang membendung aliran air menuju camp mereka untuk irigasi. Insiden air itu mengobarkan pertempuran antara pasukan BKR dan laskar rakyat.

ADVERTISEMENT

Strategi Supit Urang

Sementara itu, pasukan Sekutu yang dikejar pasukan TKR dan laskar-laskar termasuk pasukan PRI Mataram mundur dari Magelang ke Ambarawa. Pada 11 Desember 1945, para komandan sektor dan komandan kelaskaran berkumpul dan mendengarkan instruksi tentang strategi Supit Urang dari Kolonel Sudirman.

Strategi Supit Urang adalah serangan cepat di segala sektor dan pada waktu serentak. Komando penyerangan dipegang oleh komandan-komandan sektor TKR, sedang pasukan-pasukan dari badan perjuangan kelaskaran di barisan belakang.

Serangan Supit Urang dilakukan subuh 12 Desember 1945. Pasukan PRI Mataram bertugas di sektor barat, bersama pasukan TKR. Ditandai dengan letusan tembakan, pasukan langsung menyerbu Ambarawa.

Sekitar 1,5 jam dari awal pertempuran Ambarawa, pasukan TKR berhasil mengepung musuh di dalam kota Ambarawa. Sekutu pun terdesak dan hanya tinggal satu jalan keluar, yaitu melalui jalan besar Ambarawa-Semarang.

Pada 13 Desember, pertempuran makin sengit. Pasukan Sekutu terkepung, pertahanannya kian melemah. Serangan dari Bedono yang juga dilakukan PRI Mataram mendesak pasukan Sekutu yang bermarkas di Gereja Jago hingga mundur ke Benteng Willem I.

Pagi 15 Desember 1945, pasukan PRI Mataram berhasil memasuki benteng Ambarawa. Pasukan Sekutu pun kocar-kacir. Sisa logistik dan senjata mereka tak dibawa mundur ke Semarang.

Dengan jatuhnya Benteng Willem I sebagai pusat pertahanan Sekutu terakhir di Ambarawa, terbukalah penguasaan kota Ambarawa oleh pasukan Indonesia.




(dil/apl)


Hide Ads