Sejarah Pertempuran 3 Oktober 1945, Rakyat Pekalongan Melawan Jepang

Sejarah Pertempuran 3 Oktober 1945, Rakyat Pekalongan Melawan Jepang

Najma Alya Jasmine - detikJateng
Kamis, 03 Okt 2024 13:48 WIB
Ilustrasi perang
Ilustrasi Pertempuran 3 Oktober 1945 di Pekalongan. (Foto: Freepik/freepik)
Solo -

Pada tanggal 3 Oktober pernah terjadi pertempuran besar di Pekalongan. Peristiwa ini dikenal juga dengan Tragedi Kebon Rojo. Pada masa itu, rakyat Indonesia berusaha mengusir pihak Jepang yang enggan meninggalkan Indonesia.

Pertempuran 3 Oktober terjadi pada tahun 1945, beberapa bulan pasca proklamasi kemerdekaan. Dicatat dalam artikel jurnal Peristiwa 03 Oktober 1945 di Kota Pekalongan (Analisis Dampak Sosial & Dampak Politik) oleh Adhi Wahyu Nugraha dan Cahyo Budi Utomo, ini adalah pertempuran pertama yang meletus dalam rangka mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.

Kini, 74 tahun telah berlalu. Tanggal 3 Oktober menjadi momentum yang tepat untuk mengenang kembali peristiwa ini dan memaknai kembali perjuangan para pahlawan. Salah satu caranya dengan mengetahui sejarah yang terjadi. Berikut penjelasan lengkap mengenai sejarah Pertempuran 3 Oktober 1945 dan dampaknya yang bisa kamu simak.

Sejarah Pertempuran 3 Oktober 1945

Dikutip dari artikel jurnal The Kebon Rojo Incident on 3 October 1945 in Pekalongan yang ditulis Lidya Dwi Jayanti, sejarah Pertempuran 3 Oktober berawal dari berita tentang penyerahan diri Jepang. Kabar itu sampai di Pekalongan pada 14 Agustus 1945 sekitar pukul 21.00 melalui radio.

Pasca mendapat informasi tersebut, pemuda Pekalongan berinisiatif menemui pihak Jepang di Pekalongan untuk melaksanakan pemindahan kekuasaan dan gencatan senjata. Namun, Jepang tidak langsung setuju. Kedua pihak akhirnya berencana melakukan perundingan pada 1 Oktober 1945.

Dijelaskan dalam artikel karya Adhi Wahyu Nugraha dan Cahyo Budi Utomo, situasi Pekalongan saat itu sudah memanas sehingga tidak jadi terlaksana. Pihak Jepang meminta pengunduran jadwal dan mengajukan beberapa tuntutan.

  1. Perundingan dilaksanakan pada tanggal 03 Oktober 1945 pukul 10.00 pagi di Markas Kempetai Jepang.
  2. Para anggota delegasi Indonesia atau perwakilan pemuda Pekalongan terdiri dari Mr. Besar dan anggota Eksekutif KNI.
  3. Ketua delegasi atau perwakilan ditentukan oleh Dr. Sumbaji.
  4. Tuntutan dari pihak pemuda Pekalongan.

Pemuda Pekalongan juga melayangkan tuntutan sejumlah tiga pasal kepada Jepang.

  1. Pemindahan kekuasaan pemerintahan dari Jepang kepada pihak Pemuda Pekalongan dilaksanakan damai dan secepatnya.
  2. Penyerahan senjata yang dimiliki Jepang baik yang ada di Markas Kempetai, Keibitai maupun yang ada di tangan Jepang Sakura kepada pihak Indonesia dalam hal ini pemuda Pekalongan.
  3. Memberi jaminan kepada pihak Jepang bahwa mereka akan dilindungi, diperlakukan dengan baik dan dikumpulkan di Merkas Keibitai.

Perundingan baru terlaksana pada 3 Oktober 1945 pukul 10 pagi di kantor markas Jepang di Pekalongan (Kempetai). Perundingan antara pemuda dengan pihak Jepang ini memakan waktu lama.

Saat pertemuan masih berlangsung, tiba-tiba terdengar suara tembakan dari luar. Suasana menjadi sangat ramai dan terjadi bentrok antara pemuda dengan tentara Jepang.

Di tengah kekacauan itu, dua pejuang Indonesia bernama Rahayu dan Bismo berusaha menurunkan bendera Jepang dan menggantinya dengan bendera Merah Putih di atap kantor Kempetai. Perundingan tersebut tidak berjalan sesuai rencana bahkan dapat dikatakan gagal.

Ada banyak banyak korban luka, meninggal, dan beberapa pemuda Indonesia berpura-pura mati agar tidak diserang tentara Jepang. Seluruh korban baru bisa dievakuasi setelah dua hari pasca kejadian, karena pihak Jepang tidak memperbolehkan pihak Indonesia untuk membawa korban selain dokter dan perempuan.

Pasca Pertempuran 3 Oktober, rakyat Pekalongan meminta bantuan kepada tokoh bangsa Sudirman di Purwokerto untuk membantu dan berunding kembali dengan pihak Jepang. Sudirman membawa kabar baik pada 5 Oktober 1945.

Hasil perundingannya dengan Jepang dapat dikatakan hampir sama dengan tuntutan rakyat Pekalongan pada pemerintah Jepang pada 3 Oktober 1945. Berikut hasil perundingan tersebut.

  1. Seluruh bala tentara Jepang dan masyarakat sipil Jepang akan dijemput oleh utusan Butaicho dari Purwokerto dan akan diangkut dengan truk ke Purwokerto.
  2. Semua peralatan perang Jepang akan ditinggalkan dan diserahkan kepada eks Daidancho di Pekalongan.
  3. Pemerintahan dipindahkan kepada pejabat Indonesia secara geruisloos atau tanpa upacara dan serah terima.
  4. Tanggung jawab keamanan dan ketenteraman menjadi tanggung jawab orang Indonesia.
  5. Eks Daidancho Pekalongan supaya menjemput utusan Butaicho dari Purwokerto di Tegal. Perjalanan dan pulangnya mengangkut orang-orang Jepang jangan sampai terganggu atau mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari golongan muda Pekalongan.
  6. Penyerahan senjata seperti disebut pada nomor 2, dilaksanakan setelah sampai Tegal secara geruisloos.

Ketentuan-ketentuan itu dapat diterima oleh rakyat Pekalongan dengan terbuka. Pelaksanaannya pun berjalan dengan baik, aman, tertib, dan lancar. Pekalongan resmi bersih dari tentara dan pemerintahan Jepang pada 7 Oktober 1945.

Dampak Pertempuran 3 Oktober

Pertempuran 3 Oktober memberikan pengaruh besar terhadap rakyat Pekalongan. Pertama, dampak psikologis-sosial. Rakyat Pekalongan mengalami trauma dan ketakutan serta luka atau cacat fisik. Tercatat ada 35 korban meninggal dan 12 orang yang mengalami cacat pada peristiwa tersebut. Selain itu, banyak orang kehilangan pekerjaan akibat situasi sosial yang tidak kondusif.

Kedua, dampak politik. Pada saat itu, sambungan telepon sempat terputus sehingga menyulitkan komunikasi. Namun, hal ini tidak berlangsung lama hingga pihak Pekalongan bisa berkomunikasi dengan tentara Indonesia di wilayah lainnya. Selain itu, pasca pertempuran, seluruh persenjataan Jepang yang tersisa akhirnya diberikan kepada Daidancho Pekalongan untuk melawan sekutu dan membantu Semarang dalam Pertempuran Lima Hari di Semarang.

Demikian penjelasan mengenai sejarah dan dampak Pertempuran 3 Oktober 1945. Semoga bisa menambah rasa cinta Tanah Air dan kebanggaanmu terhadap para pahlawan ya, Dab!




(sto/aku)


Hide Ads