Benteng Loji selalu disebut-sebut dan dikaitkan dengan hari jadi Kabupaten Klaten setiap tanggal 28 Juli. Bahkan di Perda nomor 12 tahun 2017 ditegaskan pendirian benteng tersebut menjadi pijakan penetapan hari jadi kabupaten.
"Dari beberapa alternatif hari jadi Kabupaten Klaten, maka dipilih tanggal 28 Juli 1804 surya sengkala Catur llang Estining Budi dengan beberapa argumentasi, tanggal pendirian beteng (loji) Klaten merupakan tanggal tertua sejauh yang dapat ditemukan oleh tim peneliti, Khususnya dengan munculnya nama Klaten...," bunyi Perda sebagaimana dikutip detikJateng, Kamis (28/7). Lalu di mana letak benteng itu ?
"Benteng Loji (Engelenburg Fort) letaknya di masjid Raya Klaten dan sebagian plaza Klaten saat ini. Bangunannya sudah tidak ada," ungkap Analis Cagar Budaya dan Museum Dinas Kebudayaan Pemuda Olahraga dan Pariwisata Pemkab Klaten, Wiyan Ari Tunjung kepada detikJateng, Kamis (28/7) siang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Benteng tersebut, jelas Wiyan Ari, didirikan kolonial Belanda untuk administrasi pemerintahan dan militer. Namun seiring kebutuhan zaman, benteng dihilangkan.
"Di lokasi dibangun masjid raya dan plaza (tahun 1980-an) sehingga benteng sudah tidak ada jejaknya. Dulu belum ada UU Cagar Budaya, UU itu pertama UU 5 tahun 1992 dan diperbaiki dengan UU 11 tahun 2010," papar Wiyan Ari.
Dengan kondisi tersebut, imbuh Wiyan Ari, benteng Loji tidak masuk catatan sebagai Cagar Budaya. Penyebabnya sisa bangunan sudah tidak ada.
"Tidak masuk sebagai Cagar Budaya karena sudah tidak ada bekasnya. Kita belum cek tapi yang ada sudah bangunan baru semua," lanjut Wiyan Ari.
detikJateng yang mencoba menelusuri jejak benteng tersebut tidak menemukan bekasnya. Sisa batu bata pun tidak ada karena sudah dipenuhi bangunan baru masjid raya, sekolah, tempat parkir, dan plaza Klaten.
Di Utara masjid sedang dibangun Pasar Klaten. Di timur masjid ada jalan dan sekolah, di selatan ada alun- alun Klaten dan di barat lahan parkir Plaza Klaten.
Marsimin (73), warga Kampung Skalekan di selatan alun-alun menuturkan benteng saat ini tidak ada lagi. Di atasnya sudah berdiri masjid, sekolah dan Plaza. Benteng dulunya dikepung tembok besar.
"Temboknya besar tingginya 3 meter lebih tapi bangunan di dalamnya sudah tidak ada. Tinggal temboknya tidak terawat, tidak dicat, saya kadang main di situ," ungkap Marsimin kepada detikJateng.
Menurut Marsimin, karena tidak terawat sempat digunakan untuk latihan panahan, di selatan dibangun SD negeri. Di baratnya pernah jadi terminal dan toko- toko, setelah itu dibangun masjid.
"Saat dibangun masjid digali untuk pondasinya ditemukan tulang belulang. Tidak tahu dari mana," ucap Marsimin.
Poniyem (61) warga Mojayan, Klaten Tengah menceritakan tembok benteng Loji masih utuh saat dirinya berumur sekitar 10 tahun. Dirinya sering bermain di benteng tersebut.
"Saat ada pentas ketoprak, saya sering bersembunyi di benteng itu saat bermain. Pintu benteng menghadap ke barat seingat saya," tutur Poniyem kepada detikJateng.
Menurut Poniyem selain tembok benteng ada SD di selatannya dan di timurnya ada sekolah STM. Benteng tidak terlalu besar ukurannya.
"Tidak besar ukuran bentengnya, lebih besar masjidnya. Di dalam benteng sudah tidak ada bangunan, cuma kotak tembok," ucap Poniyem.
Menurut encyclopaedie van Nederlandsch Indie tahun 1918, benteng yang dilengkapi 4 Bastion itu diresmikan tahun 1807. Pada tahun-tahun berikutnya Klaten dipilih sebagai tempat kedudukan pos tundhan pada 12 Oktober 1840, menjadi Kabupaten Gunung polisi pada tanggal 5 Juni 1847 (berdasar Staatsblad 30 tahun 1847, Staatsblad 32 tahun 1854 dan Staatsblad 209 tahun 1874) dan menjadi Kabupaten Pangreh Praja tanggal 12 Oktober 1918 berdasar rijksblad Surakarta 23 tahun 1918. (klatenqta. wordpress.com).
(apl/ahr)