Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dimulai di Universitas Negeri Semarang (Unnes) hari ini. Total ada 12.957 peserta yang akan mengikuti UTBK di Unnes.
Rektor Unnes, Fathur Rokhman mengatakan pelaksanaan UTBK di Unnes dilakukan dalam 18 sesi yang berlangsung mulai hari ini Selasa, 17 Mei sampai Minggu 29 Mei. Lokasinya di gedung Perpustakaan lantai 2 dan lantai 3 serta Gedung Unnes Digital Center.
"Sebanyak 12.957 peserta UTBK akan mengikuti ujian di UNNES. Pada hari pertama ini ada sekitar 1.500 peserta mengikuti ujian. Semoga dalam pelaksanaan tidak ada kendala jaringan dan pemadaman listrik di lokasi ujian, kita sudah mengirimkan surat ke pihak PLN. Semoga tidak terjadi. UNNES sudah menyiapkan genset apabila ada pemadaman listrik agar permasalahan bisa segera diatasi," kata Fathur dalam keterangannya, Selasa (17/5/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menjelaskan pelaksanaan UTBK dilakukan dengan protokol kesehatan. Selain masker, para peserta tes juga diukur suhu tubuh, dan tes digelar dua sesi setiap harinya agar tidak terjadi kerumunan.
"Agar tidak terjadi kerumunan, UNNES membagi UTBK menjadi dua sesi. Setiap harinya ujian dilakukan dalam 2 sesi yakni sesi 1 dilaksanakan pukul 06.45-10.30 WIB dan sesi 2 dilakukan pukul 13.00-16.35 WIB," ujarnya.
![]() |
Salah satu peserta ujian Unnes adalah atlet difabel cabang olahraga Boccia yang menyabet medali perak pada Pekan Olahraga Nasional (PON) di Papua. Dia adalah Riko Wahyu Diyanto yang ingin masuk jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Unnes.
"Mimpi saya ingin menjadi mahasiswa jurusan Psikologi FIP UNNES, untuk itu saya bersemangat untuk mengikuti UTBK di UNNES," kata Riko.
Riko menjelaskan orang tuanya sempat khawatir ketika dia ingin ikut UTBK dan kuliah karena keterbatasan fisik. Namun ia tetap kukuh dan meyakinkan orang tuanya.
"Jujur respons orang tua sedikit tidak menyetujui karena keterbatasan fisik, namun saya tetap bersikukuh untuk ikut dan ini menjadi usaha saya dalam mengangkat derajat martabat orang tua saya," ujar Riko.
"Walaupun sebagai anak difabel harus bisa kuliah meski jalan rintangan yang dihadapi berat, saya harus tetap berjuang," imbuhnya.
(rih/ams)