Belasan Sapi Boyolali yang Terjangkit Penyakit Mulut-Kuku Membaik

Belasan Sapi Boyolali yang Terjangkit Penyakit Mulut-Kuku Membaik

Jarmaji - detikJateng
Kamis, 12 Mei 2022 17:55 WIB
Petugas Disnakan Boyolali memeriksa sapi yang terjangkit penyakit mulut dan kuku, Kamis (12/5/2022).
Petugas Disnakan Boyolali memeriksa sapi yang terjangkit penyakit mulut dan kuku. (Foto: Jarmaji/detikJateng)
Boyolali - Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Boyolali menyebut kondisi belasan sapi milik warga Desa Singosari, Kecamatan Mojosongo, yang terjangkit penyakit mulut dan kuku (PMK) sudah membaik. Setiap hari para sapi itu diberi asupan vitamin untuk menjaga daya tahan tubuhnya.

"Perkembangannya luar biasa, (dua ekor sapi) yang hari Sabtu disuntik, hari Minggu sudah membaik. Begitu juga saat ini yang 13 ekor sapi sudah membaik. Nafsu makannya sudah membaik," ujar Kepala Disnakan Boyolali, Lusia Dyah Suciati, Kamis (12/5/2022).

Lusia menyebut dari 15 ekor sapi itu, hanya dua ekor yang kondisinya masih butuh perhatian serius. Sebab, nafsu makan kedua sapi itu masih belum pulih.

"Yang dua ekor memang belum begitu (membaik), perubahannya kurang signifikan seperti yang 13 ekor lainnya. Mungkin 2 ekor ini yang tertular terakhir," kata Lusia.

Lusia menerangkan penyakit mulut dan kuku di Boyolali sejauh ini baru ditemukan di Desa Singosari. Itu pun, kata dia, baru di satu kandang milik warga setempat yang berjumlah 15 ekor sapi.

Saat ini pihaknya terus melakukan pencegahan agar virus penyebab penyakit mulut dan kuku ini tidak menyebar ke wilayah lain di Boyolali. Dari hasil pengecekan di wilayah yang menjadi sentra peternakan sapi, seperti di Kecamatan Musuk dan Cepogo, tidak ditemukan sapi yang terjangkit PMK.

"Sekarang ini kita sifatnya pencegahan ke wilayah lain, sehingga tidak menyebar. Tetapi kemarin kami cek-cek ke wilayah yang populasinya (sapi) banyak, tetapi aman. Aman semuanya, yang di Musuk, Cepogo kemarin teman-teman cek yang di kandang-kandang aman semuanya (tidak ada yang terkena penyakit PMK)," jelasnya.

Pihaknya mengimbau kepada pedagang dan masyarakat untuk sementara tidak membeli dulu sapi dari wilayah Jawa Timur. Sebab, penyakit mulut dan kuku saat ini sedang mewabah di sejumlah wilayah di sana.

"Kita tetap waspada. Kita dari pemerintah tetap melakukan penyemprotan (disinfektan) di pasar-pasar sapi. Kami juga melakukan edukasi dan sosialisasi bagi seluruh peternak untuk melakukan penyemprotan disinfektan dua kali sehari, pagi dari sore. Tidak keluar masuk kandang, pulang dari pasar sapi harus mandi keramas. Jadi seperti COVID itu," terang dia.

Lusia mengatakan penyakit mulut dan kuku pada hewan ternak ini tidak mematikan asal segera tertangani.

"Tapi ini (PMK) tidak mematikan, kecuali memang tidak tertangani. Kalau tertangani tidak banyak kematian, yang mati mungkin telat penanganan," pungkasnya.




(ams/rih)


Hide Ads