Merasakan Islam Nusantara Saat Idul Fitri di Jerman

Merasakan Islam Nusantara Saat Idul Fitri di Jerman

Angling Adhitya Purbaya - detikJateng
Selasa, 03 Mei 2022 15:59 WIB
WNI berlebaran di Jerman, Selasa (3/5/2022).
WNI merayakan Lebaran di Jerman, Selasa (3/5/2022). (Foto: dok Wahid Abdulrahman/mahasiswa Indonesia di Jerman)
Semarang - Tradisi masyarakat Indonesia setiap Lebaran Idul Fitri yaitu makan opor dan hidangan khas juga dirasakan warga Negara Indonesia yang sedang berada di Jerman. Menyantap opor saat Lebaran menjadi obat rindu kampung halaman saat di Jerman.

Mahasiswa Progam Doktoral di Goethe UniversitΓ€t Frankfurt, Wahid Abdulrahman, membagikan kisahnya menjalankan Lebaran Idul Fitri 1443 H tahun ini. Ia mengatakan kebijakan pemerintah Jerman dalam mengatasi COVID-19 yang lebih longgar membuat ibadah dan tradisi Ramadan seperti salat tarawih dan buka bersama di masjid dapat dilakukan dengan lebih meriah.

"Demikian halnya pada saat perayaan Idul Fitri 1 Syawal yang jatuh pada 2 Mei 2022. Meskipun Idul Fitri belum ditetapkan sebagai hari libur, namun masyarakat Muslim di Frankfurt dapat melaksanakan salat Idul Fitri secara khidmat, aman dan semarak di berbagai tepat baik di masjid maupun di lapangan yang tersebar di Kota Frankfurt," kata Wahid membagikan kisahnya kepada detikjateng, Selasa (3/5/2022).

Salah satu tempat yang digunakan komunitas muslim di Frankfurt untuk salat Idul Fitri yaitu Sportanlage Dornbusch yang dihadiri ratusan umat Islam dari Frankfurt maupun kota-kota di sekitarnya. Khotbah Idul Fitri yang disampaikan dalam Bahasa Jerman.

"Salat Idul Fitri dilaksanakan dalam dua gelombang, pertama pukul 08.00 dan kedua pukul 09.00 sehingga mampu mengakomodasi jumlah umat Islam yang cukup besar dari berbagai bangsa yang tinggal di Jerman," ujarnya.

Tidak ada kesulitan dalam melaksanakan salat Idul Fitri di Jerman meski tidak ditetapkan sebagai hari libur. Menurutnya pemerintah setempat menghormati hak umat muslim yang minoritas untuk menjalankan ajaran agamanya.

"Bagi para pegawai yang harus masuk kantor dan anak yang harus sekolah maka menyampaikan izin libur dan cuti menjadi alternatif untuk bisa merayakan Idul Fitri atau izin sesaat untuk melaksanakan salat Idul Fitri dan kemudian kembali lagi ke kantor," terangnya.

Tradisi bermaaf-maafan seperti di Indonesia dilakukan usai Salat Idul Fitri. Makanan khas Lebaran pun disajikan mengobati kerinduan suasana di tanah air.

"Tidak ketinggalan berbagai makanan khas Nusantara secara khusus dihidangkan untuk mengobati rasa rindu tanah air seperti opor, sambal goreng ati, rendang, dan bakso. Sulitnya mencari dan membuat ketupat di Jerman, sebagian besar disiasati dengan lontong sebagai gantinya. Itupun sebagian besar dibuat dengan pembungkus plastik tetapi tidak kehilangan makna esensinya sebagai 'kupat' 'laku papat': lebar (setelah puasa), lebur (melebur dosa-dosa), luber (berkah yang melimpah), dan labur (kembali putih)," ujarnya.

Tidak hanya muslim asal Indonesia yang menjalankan tradisi itu. Rekan-rekan dari berbagai negara pun ikut berbagi bahagia di hari kemenangan di negeri orang.

"Tradisi ini dinikmati juga oleh orang-orang dari luar Indonesia seperti dari Jerman, Amerika, Pakistan, Palestina, Turki dan Syiria karena hubungan pertemanan maupun kekeluargaan yang telah terjalin," kata Wahid.

Ia juga menjelaskan ada kegiatan Konsulat Jenderal RI di Frankfurt dengan pembagian paket makanan khas Lebaran. Hal itu juga menjadi penawar kerinduan bagi pelajar dan mahasiswa yang tidak bisa mudik.

"Demikian halnya halal bi halal yang diselenggarakan oleh berbagai komunitas muslim Indonesia yang berada di Jerman. Inilah bentuk Islam Nusantara yang tetap eksis meski di negeri orang," tutup Wahid.


(alg/sip)


Hide Ads