Momen mudik ke kampung halaman tentu tidak asyik jika tidak sekaligus menuntaskan kerinduan pada kulinernya. Nah, kawasan Pemancingan Janti di Desa Janti, Kecamatan Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah bisa menjadi alternatif untuk bernostalgia para penghobi kuliner serba ikan.
Kawasan Pemancingan Janti pernah menjadi kawasan wisata kuliner favorit di era 1980- 1990-an. Tidak hanya bagi warga Klaten saja, tapi juga bagi warga daerah sekitarnya, termasuk Solo dan Yogyakarta.
Menempati kawasan seluas sekitar 20 hektare, Pemancingan Janti awalnya berada di permukiman padat Dusun Mangun Suparnan, Desa Janti. Kawasan wisata kuliner legendaris itu sempat sepi dihantam krisis ekonomi 1997-1998.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun mulai tahun 2005, kawasan kuliner itu bangkit kembali dan melebar ke luar dusun dengan berbagai inovasi fasilitas. Semisal penambahan taman bermain, kolam renang dan sarana hiburan.
Meskipun pemancingan kini sudah berkembang, di Dusun Mangun Suparnan masih ditemukan beberapa arena kuliner ikan seperti masa 1990an. Di kanan dan kiri jalan kampung, papan nama pemancingan masih setia terpasang menunggu wisatawan.
Ada pemancingan yang diberi nama tetapi ada yang sekadar nomor angka. Pemancingan itu jamaknya berupa kolam ikan di sekitar rumah penduduk dengan tempat makan di sekelilingnya.
Baca juga: Gempa M 4,6 Guncang Perairan Selatan Cilacap |
Di lokasi pemancingan, pengunjung bisa memancing dan bercengkrama. Pengunjung bisa juga sekadar menikmati pemandangan kolam sambil memesan menu kesukaan.
Jenis menu yang ditawarkan bervariasi tetapi semua berbasis ikan air tawar, baik goreng maupun bakar dengan cocolan sambal. Mulai nila, lele, mujahir, bawal dan lainnya.
Budiman (56) pemilik pemancingan 22 menjelaskan meskipun tidak seramai era 1980- 1990 an tetapi beberapa pemancingan masih bertahan. Pemancingan lama yang masih buka itu berbasis pelanggan lama.
"Sekarang banyak pemancingan lama hampir mati tapi ada beberapa yang masih bertahan. Itu karena kesetiaan pelanggan lama dan dasarnya pesanan," ucap Budiman pada detikJateng, pagi tadi.
Di masa kejayaan pemancingan Janti, kenang Budiman, ada sekitar 60-70 lokasi pemancingan. Sejak krisis ekonomi 1998 jumlahnya terus berkurang dan saat ini hanya tinggal sekitar 10 lokasi yang melayani wisatawan.
"Sekarang tinggal 6-10 yang beroperasi tapi masih siap melayani. Ada yang dimakan di sini, bernostalgia, tapi ada juga pesanan atau dibawa pulang," jelas Budiman.
Warga lain, Sri Nuryati (44) menjelaskan saat ini pengelola pemancingan sudah generasi kedua. Pemancingan lama semakin sepi karena pengunjung pindah ke pemancingan baru berkonsep resto serta wisata air di luar dusun.
"Pemancingan lama di Dusun Mangun Suparnan ya masih ada beberapa yang dikunjungi. Tapi wisatawan banyak tersedot ke pemancingan baru yang besar dan ada kolam renang, taman dan sarana mainannya," ucap Sri pada detikJateng.
Sepinya kawasan Janti lama, sebut Sri, terutama karena perkembangan jaman. Lokasinya yang berupa permukiman menyebabkan akses jalan dan wisatawan sempit.
"Karena di tengah kampung, jalannya sempit, parkiran tidak luas, tidak ada kolam renang atau taman bermain. Padahal orang sekarang banyak punya mobil sehingga mencari yang lokasinya luas," terang Sri.
Namun demikian, imbuh Sri Nuryati, beberapa pemancingan lama di Dusun Mangun Suparnan masih beroperasi. Wisatawan biasanya generasi lama.
"Pengunjung masih ada tapi tidak sebanyak yang pemancingan baru. Biasanya yang datang pelanggan lama yang pernah kesini di masa jayanya tahun 1980- 1990 an," pungkas Sri Nurhayati.
(sip/sip)