Minat masyarakat Boyolali untuk melaksanakan ibadah umrah jelang bulan Ramadan ini mengalami peningkatan. Data bulan ini, sedikitnya ada 3.000 jamaah umrah asal Boyolali akan berangkat ke Tanah Suci.
"Peningkatannya ya sekitar 25 persen," kata Staf Pusat Layanan Haji dan Umrah Terpadu (PLHUT) Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Boyolali, Nur Rochman, di kantornya Kamis (31/3/2022).
Nur Rochman mengatakan, terjadi lonjakan pendaftar ibadah umrah jelang Ramadan ini. Peningkatan jumlah pendaftar itu mencapai 25 persen. Namun Nur tidak menyebutkan angkanya.
Ibadah umrah sendiri baru digelar kembali mulai Januari 2022 lalu. Setelah sebelumnya dihentikan akibat pandemi COVID-19. Jamaah yang berangkat saat ini merupakan penumpukan dari pendaftar 2020.
"Pandemi kan umrah dan haji ditiadakan. Sehingga begitu dibuka, antrian umrah juga menumpuk dari 2020. Setiap biro umrah pasti memberangkatkan 100 jamaah lebih," jelas Nur.
Nur menyebut, di Boyolali ada sekitar 189 biro. Setiap kali memberangkatkan saat ini, setiap biro lebih dari 100 jamaah, bahkan ada yang 200 jamaah.
"Awal Ramadan ini yang berangkat (umrah) sekitar 3.000 jamaah dari 189 biro. Kata biro, ada yang Sabtu ada yang Minggu (berangkat)," imbuh Nur.
Pihaknya mengimbau kepada masyarakat yang ingin mendaftar ibadah umrah untuk berhati-hati dan memastikan bahwa biro merupakan biro travel dan umrah resmi dan berizin dari Kemenang.
Karena sebelumnya, Kemenag telah merilis empat biro umrah bodong yang perlu diwaspadai masyarakat. Meski di Boyolali tidak ada, namun masyarakat diminta berhati-hati.
"Kalau di Boyolali ada satu biro umrah. Di sini yang banyak itu cabang-cabang biro umrah besar yang pusatnya di luar kota seperti Jakarta. Tapi sudah resmi," katanya.
Kemudian, jamaah memastikan tiket penerbangan, menyesuaikan kemampuan sendiri mengenai harga dan layanan dari biro, memastikan akomodasi di Arab Saudi aman dan visa. "Masyarakat yang mau ibadah umrah dan haji harus sudah vaksin (COVID-19)," terang dia.
Menurut dia, pendaftar umrah dan haji di Boyolali kebanyakan justru dari masyarakat pedesaan. Paling banyak dari Kecamatan Ngemplak. Kemudian Nogosari, lalu Cepogo dan Selo.
(aku/mbr)