Acara Jogja Mengaji di Malioboro menuai pro dan kontra. Pihak penyelenggara, Badan Wakaf Al-Qur'an (BWA) Cabang Jogja, mengaku pihaknya sudah memprediksi acara itu bakal viral dan menuai pro dan kontra.
"Sudah kita prediksikan lah. Ada yang senang, ada yang nggak," kata Kepala BWA Cabang Jogja Narko A Fikri kepada detikJateng, Kamis (31/3/2022).
Mengenai sikap kontra sebagian masyarakat terhadap acara Jogja Mengaji di Malioboro, Narko berpendapat tidak ada yang dilanggar dalam kegiatan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Semua itu bermula dari niat baik kita untuk mengajak masyarakat Jogja menyambut Ramadan dengan riang gembira dan dekat dengan Al-Qur'an," kata Narko yang akrab dipanggil dengan sapaan abah itu.
Narko menambahkan, Ramadan tahun ini berbeda dengan tahun lalu. Menurutnya, pandemi COVID-19 kini sudah melandai. Dia juga menyebut pemerintah telah mulai melonggarkan masalah ini.
"Kan pandemi sudah mulai (melandai) tidak seperti tahun lalu. Sehingga diharapkan menyambut Ramadan ini bisa kembali bercengkerama dengan Al-Qur'an," katanya.
Sebelumnya, video yang memperlihatkan sekumpulan orang yang mengaji bersama di Jalan Malioboro, Jogja, menyebar di media sosial. Selain mengaji, sebagian lainnya juga berbaris sembari membaca selawat.
Dalam video tersebut, sebagian peserta duduk di kursi-kursi yang ada di pinggir Jalan Malioboro sembari membaca kitab. Sedangkan kelompok yang membaca selawat berdiri mengenakan kaus hijau di tepi jalan.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kawasan Cagar Budaya Malioboro, Ekwanto menegaskan bahwa penyelenggara acara itu tidak meminta izin kepadanya sebagai pengelola.
"Tidak ada izin. Kalau mengajukan izin justru tidak kami perbolehkan," kata dia saat dimintai konfirmasi, Rabu (30/3).
Ekwanto menjelaskan, secara fungsi, Jalan Malioboro adalah milik semua masyarakat. Hal itu membuat pihaknya tidak mengizinkan jalan itu digunakan untuk kegiatan yang digelar oleh satu kelompok agama.
(dil/ams)