Cerita 'Tanah Terbang' di Dieng Lenyapkan Dusun Legetang dalam Semalam

Cerita 'Tanah Terbang' di Dieng Lenyapkan Dusun Legetang dalam Semalam

Uje Hartono - detikJateng
Sabtu, 26 Mar 2022 14:46 WIB
Lokasi Dusun Legetang di dataran tinggi Dieng yang hilang dalam semalam, JUmat (25/3/2022).
Lokasi Dusun Legetang yang lenyap dalam semalam bersama seluruh penduduknya. (Foto: Uje Hartono/detikJateng)
Banjarnegara -

Bencana longsornya Gunung Pengamun-amun yang menewaskan sedikitnya 450 warga Dusun Legetang di dataran tinggi Dieng, 67 tahun silam, masih menyisakan tanda tanya di benak sebagian orang.

Pasalnya, Dusun Legetang dan Gunung Pengamun-amun itu terpisah jarak ratusan meter. Selain itu, parit yang berada tepat di bawah lereng gunung justru tidak terkena longsoran tanah.

Maka itu, tak heran jika warga sekitar pada saat itu mewariskan kisah tentang 'tanah terbang' dari Gunung Pengamun-amun yang menimbun Dusun Legetang kepada anak cucunya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk diketahui, bencana tanah longsor yang melenyapkan Dusun Legetang dalam semalam itu terjadi pada 17 April 1955. Namun, berbagai keanehan akan musibah tersebut masih sering menjadi bahan perbincangan hingga kini.

Lokasi Dusun Legetang di dataran tinggi Dieng yang 'hilang' dalam semalam, JUmat (25/3/2022).Lokasi Dusun Legetang di dataran tinggi Dieng yang 'hilang' dalam semalam, JUmat (25/3/2022). Foto: Uje Hartono/detikJateng

Salah satu tokoh masyarakat Desa Pekasiran, Kecamatan Batur, Banjarnegara, Isnurhadi, menuturkan warga pada masa itu sebenarnya sudah mencium tanda-tanda alam sebelum longsor 'menghilangkan' Dusun Legetang.

ADVERTISEMENT

"Sebenarnya warga sudah pada tahu dengan tanda-tanda alam. Seperti burung-burung yang di gunung itu pada turun. Setelah itu ada warga yang mengecek ke gunung, dan memang sudah ada retakan tanah," kata Isnurhadi saat ditemui detikJateng di lokasi bekas Dusun Legetang, Jumat (25/3/2022).

Isnurhadi menambahkan, setelah mengetahui adanya retakan tanah yang berpotensi longsor, warga saat itu sudah mengantisipasi dengan melebarkan parit yang berada tepat di bawah lereng Gunung Pengamun-amun.

Tujuannya, Isnurhadi menerangkan, jika nantinya terjadi longsor, maka material tanahnya akan tertahan di parit tersebut.

"Sampai sekarang paritnya masih ada. Jadi, dulu ada parit kecil lalu dilebarkan oleh warga. Harapannya kalau longsor tidak sampai ke pemukiman," terangnya.

Namun, alam berkata lain. Meski terpisah jarak sekitar 600-700 meter, material tanah longsor dari Gunung Pengamun-amun itu tetap saja mengubur Dusun Legetang dan seisinya. Sedangkan parit yang telah dilebarkan justru tak tersentuh tanah longsor.

"Jaraknya jauh, antara permukiman Legetang dengan gunung Pangamun-amun itu sekitar 600 meter sampai 700 meter. Anehnya, tanah itu seperti terbang. Sebab, paritnya tidak terkena longsoran," terang Isnurhadi.




(dil/rih)


Hide Ads