Tak Hanya IKN, Gumpalan Tanah Penjuru Nusantara Juga Ada di Solo

Tak Hanya IKN, Gumpalan Tanah Penjuru Nusantara Juga Ada di Solo

Bayu Ardi Isnanto - detikJateng
Senin, 14 Mar 2022 14:20 WIB
Tugu Kebangkitan Nasional, Solo, Kamis (28/10/2021).
Tugu Kebangkitan Nasional, Solo, Kamis (28/10/2021). (Foto: Bayu Ardi Isnanto/detikJateng)
Solo -

Presiden Joko Widodo melakukan prosesi Kendi Nusantara untuk memulai pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Prosesi semacam ini rupanya pernah dilakukan dalam masa kebangkitan pergerakan nasional 1933.

Para pemuda dari berbagai penjuru Nusantara membawa tanah dari daerah masing-masing untuk dibawa ke Solo. Gumpalan tanah itu dipakai untuk membangun sebuah tugu.

Tugu berbentuk lilin tersebut letaknya di kawasan Penumping, Kecamatan Laweyan, Solo, Jawa Tengah. Tugu setinggi 9 meter ini disebut sebagai Tugu Kebangkitan Nasional.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Para anggota PPPKI yang tersebar di seluruh Nusantara itu datang ke Solo dengan membawa gumpalan tanah dari daerah mereka masing-masing. Pada tahun 1948 Tugu Lilin dijadikan simbol peringatan Kebangunan Nasional (yang kemudian disebut Kebangkitan Nasional) yang pertama," demikian keterangan dalam situs resmi cagarbudaya.kemdikbud.go.id yang diakses detikJateng, Senin (14/3/2022).

Tampak pada bagian bawahnya, tertulis namanya Tugu Kebangkitan Nasional. Tertulis pula keterangan bahwa tugu dibangun sebagai peringatan pergerakan kebangsaan Indonesia.

ADVERTISEMENT

Tugu Kebangkitan Nasional berhubungan erat dengan berdirinya organisasi Budi Utomo pada 20 Mei 1908. Berdasarkan data Pemkot Solo, tugu dibangun tepat 25 tahun setelah berdirinya Budi Utomo, yakni 20 Mei 1933.

Lokasinya berada di titik persimpangan dua jalan, yakni Jalan Kebangkitan Nasional dan Jalan dr Wahidin. Wahidin Sudirohusodo sendiri merupakan tokoh Budi Utomo.

Dalam perjalanan 25 tahun sejak berdirinya Budi Utomo, muncul sejumlah pergerakan pemuda yang di kemudian hari membawa Indonesia merdeka. Di antaranya mulai berdiri organisasi-organisasi kepemudaan lain, seperti Tri Koro Dharmo dan organisasi kesukuan, seperti Jong Java, Jong Celebes, Jong Batak dan lain-lain.

Mereka kemudian disatukan dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Pada tahun 1931, dalam Kongres Indonesia Raya I di Surabaya, para peserta berencana mendirikan Tugu Kebangkitan Nasional di Solo yang terealisasi pada 1933.

Sejarawan Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Waskito Widi, menyebut bahwa Tugu Kebangkitan Nasional sebetulnya tidak hanya berkaitan tentang Budi Utomo, namun juga sejarah panjang pergerakan nasional. Akan tetapi tidak dipungkiri bahwa kemunculan Budi Utomo memantik pergerakan pemuda di Nusantara.

"Sebetulnya sudah ada organisasi yang kuat, yaitu Sarekat Dagang Islam di tahun 1905 yang anggotanya jutaan orang. Ada juga Indische Veereniging atau Perhimpunan Hindia yang juga berdiri pada 1908 di Belanda, anggotanya seperti Moh Hatta, Sjahrir, Ali Sastroamidjojo," kata Widi saat dihubungi detikJateng beberapa waktu lalu.

"Kalau Budi Utomo itu anggotanya para priyayi. Memang setelah berdirinya Budi Utomo, muncul berbagai organisasi kedaerahan, baru kemudian ada Sumpah Pemuda itu," imbuhnya.

Menurutnya, pembangunan tugu dipimpin oleh menantu Raja Keraton Kasunanan Surakarta, Pakubuwono X, yakni Wuryoningrat. "Wuryoningrat memang aktif dalam pergerakan," pungkas dia.




(sip/mbr)


Hide Ads