Sebuah makam berukuran kecil membujur di trotoar jalan penghubung Solo-Sukoharjo. Makam tersebut konon kuburan salah satu kucing kesayangan Raja Keraton Kasunanan Surakarta, Pakubuwono (PB) X.
Makam itu berada di trotoar kawasan Tanjunganom, Sukoharjo, Jateng. Seperti makam manusia pada umumnya, makam ini membujur ke utara-selatan. Makam ini juga ditandai dengan aksara Jawa di sisi selatannya.
Pemilik rumah di sebelah makam, Yudi, mengaku sudah mengetahui keberadaan makam itu sejak kecil. Berdasarkan cerita orang tuanya, jalan di depan rumahnya saat itu masih berupa perkampungan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dulu masih kampung di sini, baru berubah menjadi jalan itu tahun 1980-an. Ceritanya dulu memang di sini makam binatang peliharaan keraton, kalau yang ini makam kucing PB X," kata Yudi saat ditemui detikJateng beberapa waktu lalu.
Keberadaan makam kucing itu, menurut Yudi, hanya sebagai penanda sejarah. Dengan adanya makam ini diharapkan masyarakat juga mencintai binatang.
"Kalau bagi saya ini semacam tetenger (penanda) kalau dulu PB X suka dengan kucing. Selain itu kan binatang dari keraton juga dimakamkan semua. Belajar dari situ, kita juga harusnya juga sayang binatang," kata dia.
Sejarawan menyebut kucing kesayangan PB X tersebut berjenis persia. Komunitas sejarah Kota Solo, Solo Societeit, pernah membuat kajian mengenai makam kucing tersebut.
"Dari sejumlah dokumen yang saya baca, PB X memiliki tiga kucing, dua berjenis persia, satunya siam. Kucing persia ini pada zaman dahulu sangat jarang dimiliki," kata Ketua Solo Societeit, Dani Saptoni, saat dihubungi.
![]() |
Menurutnya, kucing persia milik PB X itu juga disebut sebagai jenis candramawa. Penamaan candramawa diambil dari cerita dalam kitab karya pujangga kenamaan R Ng Ronggowarsito.
"Candramawa sendiri istilah untuk menggambarkan kucing hitam dengan corak putih di kepala dan kaki. Ada legenda dalam Serat Pustaka Raja Purwa karya Ronggowarsito yang menceritakan Dewa Candra atau dewa bulan yang pernah menjelma sebagai kucing. Kucing ini juga memiliki mata setajam bulan purnama," ujarnya.
Sedangkan nama kucing yang dimakamkan itu, kata Dani, adalah Nyai Sembro, seekor kucing betina. Nama tersebut sesuai dengan tulisan aksara Jawa di bagian selatan kijing.
"Tulisannya ini bacanya 'klangenandalem Nyai Sembro'. Maksudnya ialah binatang peliharaan kesayangan dari raja, kucing betina ini namanya Nyai Sembro," kata Dani.
Terkait keberadaan makam di trotoar jalan kawasan Tanjunganom, Dani menyebut zaman dahulu lokasi tersebut adalah makam khusus hewan peliharaan Keraton Kasunanan Surakarta. Namun, hanya kucing tersebut yang dimakamkan dengan nisan atau kijing.
"Dulu di situ ada makam hewan-hewan kesayangan keraton. Tapi yang dikijing (ditandai nisan) cuma kucing itu," katanya.
Kerabat Keraton Surakarta, KGPH Puger, membenarkan bahwa kijing di Tanjunganom merupakan makam kucing klangenan atau kesayangan PB X. Kucing tersebut menurutnya berjenis persia.
"Memang setiap raja punya klangenan masing-masing. Sinuhun PB X memang suka kucing, jenisnya khusus, yaitu persia," kata Puger saat dihubungi beberapa waktu lalu.
Jenis persia tersebut juga disebut sebagai candramawa. Selain memiliki mata yang cerah, kucing candramawa dia sebut memiliki kemampuan khusus.
"Memang candramawa milik PB X ini konon punya kemampuan. Misal kalau melihat cicak itu bisa jatuh sendiri cicaknya," kata dia.
Terkait keberadaan makam tersebut, Puger meyakini bahwa dahulu banyak kuburan kucing dan hewan lainnya di kawasan itu. Namun dia tidak tahu saat ini hanya satu makam yang tersisa.
"Di situ sebetulnya banyak makam. Setelah ada pembangunan jalan itu nggak tahu kok tinggal satu itu," katanya.
(rih/dil)