Meski mobilnya mudah dikenali karena berpelat nomor cantik, K 141 KU (dibaca 'KIAIKU'), KH Ahmad Mustofa Bisri alias Gus Mus tetaplah ulama yang rendah hati. Tak terbilang berapa kali ditawari pengawalan khusus agar perjalanannya mulus, namun beliau memilih menolak secara halus.
Polisi mana yang tak kenal Gus Mus, pengasuh Pondok Pesantren Roudlatuth Tholibin atau Taman Pelajar Islam? Namun demikian, kiai kondang yang juga sahabat kental Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur itu justru 'bersembunyi' saat mobilnya pernah ditilang di Ngawi karena sopir melanggar garis marka jalan.
Gus Mus enggan menampakkan diri bukan lantaran takut, tapi agar polisi itu tak rikuh menegakkan hukum kepada sopirnya yang saat itu memang agak ngebut.
"Gus Mus enggan menampakkan dirinya. Saya diminta ambil surat tilang, kemudian melanjutkan perjalanan ke Ponorogo," kata sopir pribadi Gus Mus, Khoirul Umam, kepada detikJateng, Sabtu (26/2/2022).
Namanya juga kiai. Dakwahnya tak sebatas di layar kaca, tapi justru lebih banyak lewat laku hidup sehari-harinya yang bersahaja. Bahkan, pelat nomor 'KIAIKU' itu juga bukan Gus Mus yang meminta.
"Kalau tidak salah, pelat itu dulu milik KH Muadz Thohir dan mobil beliau dibeli oleh Gus Mus," kata Irul, sapaan akrab Khoirul.
"Sebelum saya menjadi sopir pribadi Abah (panggilan Gus Mus), pelat nomor tersebut sudah tertempel di mobilnya," kata Irul yang menjadi sopir Gus Mus sejak 2012.
![]() |
Kiai Menurut Gus Mus
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi online, kiai memiliki sejumlah arti. Arti pertama yaitu sebutan bagi alim ulama (cerdik pandai dalam agama Islam). Namun, menurut Gus Mus, arti kiai lebih dari itu.
Gus Mus pernah mengutarakan bahwa kiai bukanlah terjemahan dari lafadz ulama yang merupakan kata dari Bahasa Arab. Sebab, kata kiai adalah produk asli budaya Jawa (Jawa Tengah dan Jawa Timur).
Saat berceramah di Pondok Al Asnawi Magelang pada 2017, disadur dari gusmus.net, Gus Mus menerangkan bahwa ulama bukanlah padanan kata daripada kiai. Sebab, ulama artinya adalah orang yang memiliki ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu-ilmu lainnya.
Sedangkan kiai artinya orang yang memiliki ilmu, khususnya ilmu agama, tapi juga mewakafkan dirinya untuk umat, mau mengurus umat tanpa imbalan, dan memperlakukan umat dengan kasih sayang.
"Ono seng bodho dikei ngelmu, nganakno pengajian, anake wong diulang, dididik (ada orang yang bodoh kemudian dia kasih ilmu, mengadakan pengajian, anaknya orang diajar, dididik)," kata Gus Mus.
"Karena tidak menemukan (sinonim paling tepat untuk kata kiai) ya dicarikan padanan kata paling dekat, yakni ulama atau wong alim (orang pintar). Ulama merupakan bentuk jamaknya (kata) alim. Pintar dalam apa aja, bukan hanya soal agama," terang Gus Mus.
Baca juga: Saat PT RUM Kembali Menebar 'Teror' Polusi |
(dil/rih)