5 Fakta Yayak Yatmaka, Seniman-Aktivis Pendamping Warga Wadas

Round-Up

5 Fakta Yayak Yatmaka, Seniman-Aktivis Pendamping Warga Wadas

Jalu Rahman Dewantara - detikJateng
Senin, 21 Feb 2022 08:46 WIB
Yayak Yatmaka di Desa Wadas, Purworejo, Sabtu (19/2/2020).
Yayak Yatmaka di Desa Wadas, Purworejo, Sabtu (19/2/2020). Foto: Jalu Rahman Dewantara/detikJateng
Purworejo - Seniman Yayak Yatmaka menjadi salah satu yang sempat ditangkap aparat keamanan dalam konflik agraria di Desa Wadas, Bener, Purworejo, Jawa Tengah, beberapa pekan lalu.

Ia dikenal sebagai aktivis yang lantang menolak kekejaman rezim orde baru yang menyengsarakan rakyat serta kaum marginal.

1. Seniman sekaligus Aktivis Sosial

Nama aslinya Bambang Adyatmata, tetapi biasa disapa Yayak Yatmaka. Pria kelahiran Yogyakarta 66 tahun silam ini merupakan alumni Fakultas Senirupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (ITB). Ia juga seorang aktivis yang telah aktif dalam gerakan sosial sejak tahun 1978.

"Selama mahasiswa, aku kuliah di ITB pada tahun 1977, dan saat itu sudah mulai dewan mahasiswa ITB gencar mengkritisi Pemerintahan Orba Soeharto," ungkap Yayak saat membuka obrolan dengan detikJateng, di salah satu rumah warga di Wadas, Sabtu (19/2/2022).

Ia terlibat dalam demo besar-besaran yang digelar mahasiswa dan muda mudi Bandung di depan kampus ITB dalam Gerakan Mahasiswa 1977/1978. Demo ini untuk menuntut Soeharto lengser dari jabatannya sebagai presiden kala itu.

Aksi ini jadi awal kiprah Yayak dalam dunia aktivis. Sejak aksi tersebut, hingga berujung pembubaran dewan mahasiswa, Yayak memutuskan untuk bergabung dalam Non Governmental Organisation (NGO) atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Ia memilih LSM yang fokus pada upaya mencerdaskan bangsa dan gerakan anti kebodohan.

Yayak aktif membela kaum marginal terutama yang jadi korban konflik agraria. Tercatat ia ikut dalam sejumlah aksi mulai dari kasus Kedung Ombo, Pembangunan Bandara YIA, Kulon Progo dan yang terbaru adalah penolakan tambang andesit di Wadas.

2. Melawan Rezim Orba Lewat Gambar

Selain pendampingan anak-anak dan warga korban konflik, Yayak juga menyuarakan aksinya lewat karya gambar. Yang paling diingat adalah ketika Yayak membuat kalender -berformat poster berjudul: Tanah Untuk Rakyat untuk memprotes Orde Baru. Karyanya ini muncul pada tahun 1991.

Dalam kalender poster itu Yayak menggambarkan 14 dosa Orde Baru yang seenaknya memaksa rakyat meninggalkan lahannya. Mulai pembangunan peternakan dan kandang kuda di Gunung Salak, pembangunan lapangan golf di Cimacan, Jawa Barat sampai kasus Talangsari di Lampung.
Gambar itu membuat panas pemerintah orde baru karena dibuat vulgar dan berani.

Salah satunya terdapat gambar pejabat sedang membawa pundi harta sembari menginjak puluhan rakyat kecil. Lalu tentara berwajah monyet, babi dan serigala membunuh anak-anak dan warga.

Terdapat pula gambar laki-laki seperti Soeharto, sedang memangku perempuan seksi. Sosok itu menduduki kaum jelata bertubuh kurus kering. Di depan sosok tersebut, Yayak menggambar seorang perempuan mirip Ibu Tien, istri Soeharto tengah mengenakan bikini dan bermain golf.

Poster sindiran itu dicetak sebanyak 25 ribu lembar untuk kemudian didistribusikan ke kelompok-kelompok pergerakan. Namun tak lama setelah poster ini mencuat, Kejaksan Agung menyatakan bahwa karya bikinan Yayak adalah subversif dan dilarang. Yayak pun diburu aparat, dan akhirnya memutuskan tinggal di Jerman.

Ancaman yang menyertai hidup Yayak tak membuatnya bungkam. Ia tetap melawan lewat lukisan bernada kritik yang konsisten dibuatnya hingga kini.

3. Tinggal di Wadas

Yayak acap kali terlibat setiap konflik yang menyangkut ranah agraria. Salah satunya adalah penolakan warga di Wadas, Bener, Purworejo terhadap rencana penambangan batu andesit di wilayah mereka.

Ia bahkan tinggal di Wadas untuk bisa maksimal dalam upaya advokasi warga. Kehadirannya juga untuk membantu anak-anak di Wadas yang mengalami trauma imbas konflik tersebut.

"Kita undang psikolog melakukan trauma healing di sana. Ini juga berhubungan dengan kegiatan kami yaitu anak merdeka yang kita lakukan. Pendekatan anak merdeka ini terbukti dalam setiap bencana maupun konflik kaya begini, jadi anak-anak enggak terlalu masuk dalam persoalan orang-orang dewasa. Biar terjaga perkembangan jiwanya," ucapnya.

4. Ditangkap di Wadas

Aksi sosial Yayak di Wadas membuatnya berurusan dengan aparat kepolisian. Ia ikut ditangkap bersama 63 warga Wadas yang hendak mempertahankan tanah leluhurnya.

Penangkapan itu berlangsung pada Selasa (8/2/2022) pagi menjelang siang di sekitar Masjid Al-Huda, Kompleks Madrasah Diniyah Hidayatul Islamiyah (MHI) Wadas. Pemicunya adalah penolakan warga terhadap rencana pengukuran oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) Purworejo terhadap lahan seluas 146 hektar milik warga yang akan dibebaskan untuk penambangan batu andesit.

Yayak digiring ke Polsek Bener untuk menjalani interogasi. Proses ini berlanjut di Mapolres Purworejo. Yayak bersama tawanan lainnya akhirnya dibebaskan pada Rabu (9/2/2022).

5. Pernah jadi Timses Ganjar

Yayak ternyata pernah menjadi salah satu orang yang terlibat dalam upaya memuluskan langkah Ganjar Pranowo menduduki jabatan Gubernur Jawa Tengah.

"Aku deket sama Ganjar, karena aku membantu dia bisa menang, aku di sekitar dia pada saat proses pemilihan," ujarnya.
Namun, dalam pusaran konflik agraria di Wadas, Bener, Purworejo, Yayak memilih jadi lawan bagi sosok orang nomor satu di Jateng itu. "Tapi di posisi ini adalah bahwa dia menandatangani sesuatu (keluarnya IPL Wadas sebagai kawasan tambang) yang membuat wilayah ini menjadi perkara. Ini tindakan sewenang-wenang penguasa kepada rakyatnya, dan aku ada untuk bantu advokasi warga di sini," ucapnya.

Di mata Yayak, Ganjar merupakan sosok baik dan santun. Namun demikian untuk persoalan Wadas, ia menegaskan jadi lawan bagi Ganjar.
"Kalau di sini aku enggak ngomong pribadi. Meski begitu, dia baik dan santun. Tapi ini persoalan antara Pak Ganjar sebagai penguasa dan aku bagian dari rakyat yang ditindas dan aku tidak terima," ujarnya

"Oke membantu berkuasa, tapi di dalam penguasanya aku anggap dia melakukan suatu sikap yang berlawanan dan itu sewenang-wenang, pada saat sebetulnya ada alternatif dan lain-lain kok dia milih itu, ya mari kita berlawan aja," sambungnya.


(ahr/mbr)


Hide Ads