Kampung ini dinilai memiliki potensi wisata alam, namun terdampak gegara pandemi COVID-19. Meski begitu, para pegiat kampung berusaha untuk bangkit. Salah satunya mengoptimalkan Masyarakat Kreatif Kampoeng Tjibarani yang dibentuk pada 2020.
Kampung Cibarani merupakan pemukiman yang terletak di bantaran sungai Cikapundung. Hadirnya komunitas ini diharapkan meningkatkan optimis pengembangan potensi wilayahnya untuk maju dengan menjadikan masyarakat lokal sebagai salah satu pemegang peranan penting dalam pengembangan.
Adapun ide yang diangkat oleh Perkumpulan Relawan Masyarakat Kreatif Kampoeng Tjibarani, adalah suatu bentuk pengembangan kampung edukasi wisata dan penataan dengan menyatukan sumber daya alam, teknologi dan manusia agar menciptakan keseimbangan terhadap lingkungan.
"Dulu kesadaran masyarakat dalam hal penanggulangan sampah sangat minim, banyak masyarakat yang membuang sampah ke sungai, kita melakukan sosialisasi. Sedikit demi sedikit masyarakat sedikitnya paham tentang pentingnya menjaga kelestarian sungai," kata Erland anggota dari komunitas kepada detikJabar, belum lama ini.
Dalam prosesnya masyarakat diberikan edukasi jika partisipasi warga dalam setiap program bisa menentukan hasil disamping perencanaan yang baik seperti pelatihan dan monitoring program.
Bantaran Sungai Cikapundung menjadi tempat yang dimanfaatkan terutama untuk mengembangkan pendapatan perekonomian masyarakat dari UMKM dengan adanya urban farming yang hasilnya dikirim ke rumah makan, kafe, atau hotel melalui kerjasama dan weekly organic market.
Erland mengatakan selain itu banyak kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat maupun komunitas di Kampung Cibarani seperti pertunjukan wayang kulit, tari jaipong dan berbagai kegiatan lainnya.
Kegiatan tersebut membuat Kampung Cibarani menjadi kampung yang hangat dengan aktivitas masyarakat lokal maupun luar yang tertarik untuk berkunjung, ditambah dengan adanya penampilan kesenian tradisional.
Namun kegiatan tersebut mulai mereda gegara pandemi COVID-19 sehingga kegiatan di kampung ini diberhentikan. Meski pandemi mulai mereda, para pegiat masih kesulitan untuk kembali merealisasikan program yang telah ada sebelumnya. (iqk/iqk)