Menanti Bangkitnya Generasi Emas Sepak Bola dari Cikajang Garut

Menanti Bangkitnya Generasi Emas Sepak Bola dari Cikajang Garut

Hakim Ghani - detikJabar
Minggu, 16 Okt 2022 13:00 WIB
Cikajang, Home of Football Garut
Suasana di Cikajang, Home of Football Garut (Foto: Hakim Ghani/detikJabar)
Garut -

Tidak bisa dipungkiri, jika Cikajang, Garut menjadi daerah pemasok bibit muda pesepakbola andal di tanah air. Nama daerah ini bahkan bisa disejajarkan dengan Tulehu di Maluku, karena sama-sama melahirkan pemain muda terbaik pada masanya.

Banyak nama pemain bola bertalenta yang lahir dari Cikajang. Mulai dari Adeng Hudaya, Uut Kuswendi, sampai Zaenal Arief, Johan Juansyah dan Yandi Sofyan merupakan produk asli Cikajang.

Selain menjadi pilar di klub masing-masing yang bermain di kasta kompetisi teratas tanah air, mereka semua menjadi andalan Timnas Indonesia pada masanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun sayang, akhir-akhir ini, generasi emas pesepakbola asal Cikajang seakan mati suri. Setelah era Yandi Sofyan, belum terdengar lagi ada pemain asal Cikajang yang merumput di kompetisi tertinggi dan aksinya tersorot kamera televisi.

Yang paling terlihat setelah Yandi, adalah Wisnu Wardani. Wisnu yang lahir di Cikajang tahun 1996 itu, terakhir kali tercatat bermain untuk PSG Pati dan Persijap Jepara di Liga 2. Musim ini, Wisnu tak bermain sama sekali.

ADVERTISEMENT

Kemunduran sepak bola Cikajang memang sudah terlihat sejak beberapa tahun terakhir. Di tingkat kabupaten saja. Cikajang gagal dalam cabor sepak bola, dalam dua kali penyelenggaraan Pekan Olahraga Kabupaten (Porkab).

Dimana, pada tahun 2016, cabor sepak bola Porkab Garut dimenangkan oleh Tarogong Kaler yang saat itu dihuni generasi emasnya, serta Kecamatan Cilawu yang menjadi juara di tahun 2021.

Memang, prestasi di ajang Porkab ini, tidak bisa melegitimasi surutnya prestasi pesepakbola asal Cikajang. Namun, itu menjadi bukti jika daerah lain kini berlomba untuk menyamai torehan Cikajang yang dijuluki The Home of Football dari Garut.

Hal itu, diperkuat dengan para pemain sepak bola profesional asal Garut, yang kini bermain di liga nasional. Akbar Zakaria, Roni Fatahilah, Asep Budi hingga Fitrul Dwi Rustapa, merupakan nama-nama non-Cikajang yang kini bermain di liga nasional.

Surutnya generasi emas pesepakbola asal Cikajang itu diakui oleh Yandi Sofyan. Yandi menyorot hal tersebut, dan berharap ada adik-adiknya yang meneruskan jejaknya di dunia sepak bola.

"Sampai saat ini, belum muncul lagi generasi penerus atau generasi baru dari Cikajang," kata Yandi kepada detikJabar.

Hal yang sama, juga diungkap Oded Sutarna. Mantan pemain dan pelatih Persigar yang kini masih konsisten mencetak bibit pesepakbola muda asal Cikajang.

Yandi SofyanYandi Sofyan Foto: Official Persikabo

"Memang kebetulan dari era Yandi, sampai saat ini ada vakum untuk pemain yang dari Cikajang. Tapi pembinaan kita tetap jalan," kata Oded kepada detikJabar, belum lama ini.

Oded mengatakan, pembinaan pesepakbola muda di Cikajang, hingga saat ini terus berjalan. Untuk mengembalikan marwah Cikajang sebagai produsen pesepakbola unggul, para pupuhu Cikajang juga memutar otaknya.

Salah satu upaya yang dilakukan, adalah mendirikan klub baru yakni Roksi FC. Klub yang saat ini berlaga di Liga 3 tersebut diciptakan untuk menyalurkan bakat para pemuda Cikajang, yang tak mendapatkan klub.

"Kami juga membuka link di sini, untuk menyalurkan pemain ke luar. Mengandalkan relasi yang dimiliki para senior-senior di sini. Tujuannya supaya para pemain kami bisa mendapatkan klub," katanya.

Cikajang, Home of Football GarutCikajang, Home of Football Garut Foto: Redy Supriadi/ist

Langkah yang dilakukan Oded dan kawan-kawannya di Cikajang, sedikitnya membuahkan hasil. Hal tersebut, terbukti dari gelaran Liga 3 musim ini. Meskipun Roksi FC harus terdegradasi ke Liga 3 Seri 2, namun ada beberapa bakat yang menyita perhatian.

Salah satunya, adalah Redy Supriadi. Pemain kelahiran 10 Maret 1998 itu, menjadi salah satu pencetak gol terbanyak di Liga 3 Seri 1 Jawa Barat musim ini, dengan raihan 4 gol.

"Alhamdulillah, bisa menjadi salah satu top skor di liga kemarin. Meskipun sekarang sudah tidak bermain lagi karena tidak lolos ke babak selanjutnya," ungkap Redy.

Redy memiliki opininya sendiri terkait hilangnya generasi pesepakbola asal Cikajang yang bermain di kompetisi tertinggi. Menurutnya, pemuda Cikajang memerlukan bantuan agen yang profesional.

"Karena kalau sekarang, info-info seleksi itu akan jauh lebih mudah didapat kalau pemain ada agen," katanya.

Selain itu, Redy juga menyorot soal regulasi di Liga 3 yang dianggap memberatkan pemain muda. Sebab, ada batasan usia di Liga 3 yang menyebabkan pemain yang tengah berkembang dipaksa tak bermain lagi karena terbentur regulasi.

Regulasi yang dimaksud Redy, adalah batasan kuota pemain berusia di atas 23 tahun. Pemain yang berusia di atas 23 tahun, dikategorikan sebagai pemain senior di Liga 3 dan hanya dijatah beberapa orang saja.

Hal tersebut menyebabkan pemain berusia di atas 23 tahun, harus saling sikut untuk mendapatkan tempat di Liga 3. Di sisi lain, klub peserta Liga 3 lebih memilih untuk merekrut pemain senior berpengalaman dari Liga 1 dan Liga 2, untuk mengisi slot pemain senior di timnya.

"Jadi, harapannya ya supaya kuota itu dihilangkan. Supaya pemain yang sedang on fire bisa main. Untuk usia muda di bawah 23 tahun, sebaiknya dibentuk liga tersendiri. Karena berat juga untuk bersaing dengan pemain senior, apalagi yang sudah berpengalaman," katanya.

Publik sepak bola Garut khsusunya, saat ini menanti hadirnya kembali generasi pesepakbola andal asal Cikajang. Terlebih saat ini Garut bakal punya stadion sepak bola kualitas jempolan, yang siap menggelar pertandingan kelas nasional.

Publik berharap, agar Cikajang bisa mengembalikan marwah mereka, sebagai daerah penghasil pesepakbola terbaik di tanah air. Sebab, bagaimana pun, Cikajang adalah rumahnya pesepakbola andal dari Garut.

(yum/yum)


Hide Ads