Benih perdamaian antara kelompok suporter Viking Persib Club dan The Jakmania terus tumbuh, tidak hanya di tingkat pusat. Pintu perdamaian suporter Persib Bandung dan Persija Jakarta itu mulai muncul dari berbagai daerah.
Di Bogor, rencana perdamaian Viking dan Jakmania bahkan telah dibahas sebelum tragedi Stadion Kanjuruhan yang membuat seluruh suporter di Indonesia mulai tergerak saling merangkul satu sama lain.
Penasihat Viking Bogor Raya, Faizal Rachman mengatakan, komunikasi Viking dan Jakmania telah terjalin. Bahkan para anggota di tingkat Korwil pun sudah saling bertemu satu tongkrongan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau sekarang alhamdulilah sudah ada komunikasi. Memang belum ada secara formal tapi, beberapa kopdar (pertemuan di darat) sudah dimulai oleh korwil-korwil," kata Faizal saat dihubungi detikJabar, Sabtu (15/10/2022).
Berangkat dari hal itu, Viking Bogor Raya telah membuat gagasan untuk saling bertemu dengan skala lebih besar. Tujuannya agar perdamaian itu bukan sekadar simbolis belaka.
"Nanti untuk lebih besarnya ke depannya saya pengennya bukan sekedar simbolis, harus betul-betul. Kita nggak mau ini seperti koreng, dikorek tapi muncul lagi. Kita maunya sudah dengan ketulusan dan kesungguhan, jangan hanya di permukaan saja," ungkapnya.
Menurutnya pembahasan seputar perdamaian tersebut telah dilakukan sebelum tragedi Stadion Kanjuruhan. Ketika itu, kata Faizal, Viking bertemu dengan Kabo Mania, untuk membahas kedatangan Bobotoh ke Bogor saat Persib main lawan Persikabo 1973.
"Jadi kita kebetulan sebelum di Kanjuruhan itu, Viking Bandung ke Bogor terkait pertandingan Persikabo dengan Persib. Mereka sowan ke Kabo Mania untuk membicarakan teknis apabila Bobotoh datang ke Pakansari," jelasnya.
"Di situ pun disinggung dengan Jakmania juga, karena saat Persija main di Bogor nggak ada masalah karena kita (Viking) saling menjaga biar suasana di Bogor aman," sambungnya.
Tak mau sekadar perdamaian simbolis. Simak di halaman selanjutnya.
"Sudah ada, kitapun melalui korwil di Bogor ketika Persija main lawan Persikabo sudah ada komunikasi, jadi ketika Persija main lawan Persikabo, kita tidak ikut campur. Jadi menjaga anggota kita sendiri. Makanya mereka mengapresiasi kami bisa menenangkan anggotanya menjaga situasi," ujar Faizal.
Namun tetap saja, meski benih-benih perdamaian semakin banyak muncul, ada saja pihak-pihak yang tetap berseteru, khususnya di tingkatan akar rumput. Untuk itu, Faizal selaku penasehat Viking Bogor Raya selalu memberi edukasi agar anggotanya tidak terus bersinggungan dengan suporter lain, khususnya Jakmania.
"Iya tidak bisa sekaligus karena masing-masing orang pemahaman beda-beda. Dengan banyaknya kejadian, saya sebagai penasehat mulai mengedukasi kenapa begini, jangan sampai bersinggungan tanpa sebab masalah. Jadi kami mengedukasi ke level bawahnya," kata dia.
Edukasi diawali dengan tidak saling ejek atau memprovokasi baik di kehidupan nyata maupun media sosial. Bahkan, Viking Bogor Raya berencana meminta bantuan pihak kepolisian melakukan patroli siber agar provokasi bisa ditekan.
"Saya sampai menyampaikan segala sesuatu itu harus dimulai dari kata-kata yang baik, kemarin juga saat pertemuan dengan Kabo Mania, saya bilang itu yang penting bukan teknis di lapangan saja, sekarang dengan medsos, kita menekankan ke kepolisian minta bantuan untuk patroli siber. Agar tidak ada provokasi di medsos," jelasnya.
Ia berharap, dengan langkah-langkah kecil yang sudah dilakukan itu, bisa mewujudkan perdamaian antara Viking dan Jakmania yang telah mengakar sejak era tahun 2000-an silam.
"Kita sebagai suporter sepakbola harus bisa menikmati sajian sepakbola jangan sampai jadi ajang permusuhan. Rivalitas ya cuma 90 menit, kita boleh ejek-ejekan cuma di stadion, di luar itu sudah cooling down lagi," tutup Faizal.