Sempat dipandang sebelah mata, sarapan kini menjadi salah satu agenda yang 'haram' rasanya jika dilewatkan oleh umat manusia. Bukan hanya menjadi 'amunisi' sebelum berperang dengan rutinitas, momen ini sekaligus memberi kehangatan bagi tubuh di tengah dinginnya udara kota.
Selain itu, masyarakat terutama dari generasi muda nyatanya juga memanfaatkan waktu fajar untuk menyantap sarapan dengan cara yang tak biasa. Buktinya, sejumlah kedai maupun restoran di kota-kota besar kini ramai bermunculan untuk menggaet pasar lewat sajian makanan maupun memiliki konsep tempat dan suasana yang unik dan estetik. Termasuk yang satu ini, yap Roemah Helena!
Baca juga: Kesetiaan Sanirah dengan Kayuhan Becaknya |
Berdiri sejak 20 Oktober 2023 lalu, kedai yang beralamat di Jalan Aceh Nomor 63, Citarum, Kecamatan Bandung Wetan ini sontak mencuri perhatian warganet usai sejumlah content creator membagikan ulasannya lewat media sosial TikTok dan Instagram. Alasannya, Roemah Helena hadir di tengah pusat Kota Kembang dengan ragam sajian makanan dan minuman khas, maupun memiliki konsep vintage alias jadul yang begitu nyentrik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warisan Sang Kakek
Saat detikJabar berkunjung, sejumlah pengunjung tengah menikmati hilir-mudik kendaraan di sebuah rumah tua berwarna putih dan merah menyala pada setiap sudut interiornya. Sembari menyantap menu sarapan, mereka mengaku takjub dengan konsep serba tempo dulu ala negeri Belanda yang menjadi 'magnet' Roemah Helena.
"Waktu itu kan muncul di FYP terus kan tentang (Roemah Helena) ini, dan yang gue liat tempat ini tuh sebenernya peninggalan (zaman) Belanda gitu. Makanya, gue excited banget waktu dateng ke sini," ujar Michael, salah seorang pengunjung asal Mekarwangi, Kota Bandung ketika ditemui oleh detikJabar.
"Kebetulan kantor aku deket-deket sini dan jujur baru ngeh kalo ada rumah (peninggalan) Belanda di tengah-tengah kota gitu di (Jalan) Aceh. Bahkan, aku nggak nyangka aja karena yang aku denger rumah ini kayak mau dijual gitu," ujar Sinta, pengunjung Roemah Helena lainnya.
Selama kurang lebih satu jam, detikJabar kemudian berbincang hangat dengan Fienna Rahmi Hasanah, salah satu pemilik Roemah Helena yang menjabarkan detail asal-muasal usahanya itu dirintis.
![]() |
Memanfaatkan media sosial TikTok, rumah tua berarsitektur khas Belanda seluas 450 meter persegi itu mulanya hendak dijual atas wasiat mendiang sang kakek, Raden A. Chalil Shabirin. Bahkan, sembari menjalankan usaha Roemah Helena, Fienna masih terus mencari tuan baru untuk menempati rumah warisan kakeknya itu.
"Tapi karena belum ada yang melirik, yaudah aku sama partnerku Intan akhirnya sepakat untuk manfaatin rumah itu buat ngejalanin bisnis Roemah Helena. Jadi, biar rumahnya juga tetep hidup sambil nunggu ada pemilik yang baru," ujar Fienna saat dihubungi oleh detikJabar melalui sambungan telepon.
Meski demikian, Fienna mengaku senang dengan tingginya animo masyarakat dari berbagai penjuru kota maupun negara untuk mengunjungi Roemah Helena. Sebab, keberadaan mereka telah berhasil menghidupkan kembali rumah yang menyimpan memori bersejarah saat dirinya masih belia.
"Tentunya aku sendiri berharap selain menjadi tempat buat orang-orang (yang ingin) sarapan, aku berharap setiap pengunjung yang dateng ke Roemah Helena bisa ngerasain suasana hangat ala-ala tempo dulu. Kayak nostalgia atau kangen-kangenan aja kalau lagi di rumah kakek-nenek," tambahnya.
Keresahan yang Berbuah Manis
Lebih jauh, Fienna mengisahkan perjalanan bersama rekannya, Intan Pratitasari merintis usaha kedai sarapan yang telah menginjak usia tujuh bulan. Berkaca dari pengalaman pribadi sebagai seorang ibu rumah tangga, Fienna dan Intan terbesit akan keresahan emak-emak yang kerap mengantar anaknya bersekolah namun tak sempat mengisi perut di pagi hari.
"Sebelum seperti sekarang, kita sempet kepikiran untuk jualan aneka macam dimsum. Tapi, setelah dipikir-pikir lagi kayaknya (akan) lebih pas kalau jualan menu-menu sarapan aja yang pasti bakal dicari sama orang-orang, kayak nasi gitu-gitu," tambah Fienna.
Tanpa berpikir panjang, mereka pun sepakat membangun Roemah Helena yang kini berhasil menjadi incaran baru masyarakat Bandung dari lintas generasi untuk menyantap sarapan pagi. Apalagi, secara bertahap menu-menu makanan dan minuman yang disajikan pun kian beragam mengikuti selera konsumen.
"Makanya di kita (Roemah Helena), saat ini menu-menunya terbagi ke dalam tiga kategori. Pertama, ada Makan Kenyang yang berisi makanan-makanan berat seperti nasi dan mie. Lalu, Kudapan untuk aneka jenis roti maupun gorengan. Sama untuk minumannya itu ada di Pelepas Dahaga," ujar Fienna.
Lebih lanjut, pengaruh masif dari media sosial juga diakui Fienna telah berdampak signifikan bagi jumlah para pengunjung yang tak pernah surut setiap harinya. Mulai dari sekedar pekerja kantoran, kini Roemah Helena juga diincar oleh para pendatang lintas kota maupun negara, entah itu selepas berolahraga maupun yang kebetulan tengah berwisata di Kota Kembang.
"Apalagi kalau pas weekend, wow antreannya bisa manjang ampe ke pinggir jalan dari sebelum (kedai) buka. Makanya daripada kita ngebiarin mereka nunggu lama, staf-staf kita selalu ngarahin mereka buat duduk dulu di kursi-kursi yang udah disediain. Baru nanti pas waktunya buka, kita mulai open serve (membuka pesanan)," ujar Fienna.
"Karena (Roemah Helena) sebelahan sama Hotel Janevalla dan Hotel Aryaduta, kadang ada juga yang milih sarapan disini karena mereka nggak ambil paket breakfast di hotelnya. Bahkan, pernah ada satu keluarga gitu ya dateng ke Roemah Helena, itu masih pake baju tidur," tambahnya.
Laku Keras
detikJabar mencoba sejumlah menu sarapan incaran setiap pengunjung Waroeng Helena. Pertama ada Mie Koeah Kental, salah satu menu andalan dari kategori Makan Kenyang yang berisikan mie rebus dengan sentuhan kuah dari campuran telur dan sedikit susu, serta ditaburi oleh irisan daun jeruk. Saat dicicipi, detikers bisa merasakan kehangatan dari semangkuk mie yang berpadu dengan kuah yang begitu creamy, apalagi jika ditambah dengan sedikit irisan cabai rawit.
![]() |
Tak hanya itu, detikJabar juga mencoba Gohyong Helena, salah satu menu baru dari kategori Kudapan yang langsung diserbu 'Toean dan Njonja.' Benar saja, makanan khas Negeri Jiran yang terbuat dari potongan daging, irisan sayuran, dan kuning telur yang dibalut dengan kulit pangsit ini sangat menggugah selera. Apalagi, jika disantap bersama dengan kuah cuko yang memiliki perpaduan rasa manis dan asin.
Terakhir, ada Es Tjokelat Helena, minuman andalan di kategori Pelepas Dahaga yang wajib untuk detikers nikmati. Rasa manis dari susu cokelat yang begitu pas terasa di lidah, semakin afdol dengan roti tawar sebagai pendamping.
Sebetulnya, ada banyak menu sarapan Roemah Helena yang menjadi favorit para pengunjung, terutama untuk aneka ragam nasi seperti Nasi Oedoek, Nasi Lemak, dan Nasi Koening. Namun sayang, hanya dalam waktu dua jam sejak kedai buka, menu-menu tersebut sudah laku keras terjual.
"Tadi tuh kesini pengen nyobain Nasi Lemaknya karena banyak yang bilang rasanya tuh rich banget, tapi pas nyampe eh udah habis," ujar Michael.
"Untungnya tadi sempet nyobain Nasi Lemak sama Oedoek Helena, dan beneran seenak itu buat sarapan. Padahal dateng kesininya udah mepet-mepet gitu, soalnya kalo buat nasi-nasi suka cepet banget habisnya," ujar Sinta.
Selaku owner Roemah Helena, Fienna yang juga tak menampik bahwa aneka ragam nasi selalu ludes terjual, meski sudah menyiapkan porsi cukup banyak. Alhasil jika sudah habis, para pengunjung memilih untuk menyantap menu-menu yang masih tersedia.
![]() |
"Karena menu-menu nasi tuh pasti selalu diincer pada (waktu) pagi (hari). Makanya, kalo menu nasi udah pada habis, pasti mereka ngincer yang lain," ujar Fienna.
Jika berkunjung pada akhir pekan, detikers juga bisa menikmati aneka ragam kue maupun gorengan berbeda setiap minggunya, yang tersaji dalam Waroeng Koedapan. Menurut Fienna, selain jumlah pengunjung yang selalu membludak, hal tersebut juga menjadi cara agar para pengunjung tidak bosan karena lama menunggu pesanan mereka datang.
"Karena traffic pengunjung di weekend tuh selalu tinggi, dan itu pasti ngaruh banget ke serve time-nya yang bakal lama, makanya kita bukalah Waroeng Koedapan itu. Jadi, sembari nunggu pesanan mereka dateng, kita sugguhin dulu sama kudapan-kudapan yang ada," pungkas Fienna.
Baca juga: Ngopi Cantik Sambil Menatap Hutan Lembang |
Sekedar informasi, Roemah Helena buka setiap hari mulai pukul 07.00-16.00 WIB, dan sangat cocok jika datang pada spagi hari. Terlebih lagi, detikers tak perlu khawatir soal harga karena masih terbilang ramah di kantong, yakni mulai dari Rp. 5.000,- sampai dengan Rp. 27.500,- saja.
(dir/dir)