Hari Bahasa Arab Sedunia 18 Desember dan Pengaruhnya di Nusantara

Dian Nugraha Ramdani - detikJabar
Rabu, 17 Des 2025 05:30 WIB
Ilustrasi (Foto: Rawan Yasser/Unsplash)
Bandung -

Kita sering mendengar kata 'jilid' (kulit/sampul), 'kitab' (buku), 'abi' (bapakku), 'ummi' (ibuku), dan banyak lagi. Kata-kata itu diserap dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia.

Selain itu, kita juga sering mendengar kutipan dari bahasa tersebut. Di antaranya ungkapan 'man jadda wajada' (siapa yang sungguh-sungguh pasti dapat), 'man qolla sidquhu qolla shadiiquhu' (siapa yang sedikit kejujurannya, sedikitlah temannya).

Bahasa Arab juga meresap ke dalam bahasa Sunda. Kata 'abdi' (saya) adalah serapan dari bahasa Arab yang berarti 'hamba'. 'Hajat' juga dari bahasa itu yang berarti 'keperluan/maksud'. Pengucapan 'Walilat' yang digunakan orang Sunda dahulu untuk Idulfitri dan Iduladha, juga merupakan serapan dari bahasa Arab, yakni 'Walillah' yang diambil dari rangkaian ucapan takbir.

Dan bahasa itu, ditetapkan sebagai salah satu bahasa resmi PBB. Setiap 18 Desember, dunia memperingati Hari Bahasa Arab Sedunia (World Arabic Language Day). Peringatan ini bukan sekadar seremoni linguistik, melainkan pengakuan internasional atas peran besar bahasa Arab dalam membentuk peradaban manusia.

Bahasa Arab memiliki pengaruh besar dalam bidang agama, ilmu pengetahuan, budaya, dan diplomasi global. Bahasa ini dituturkan oleh lebih dari 400 juta orang di dunia. Selain itu, bahasa Arab juga menempati posisi strategis sebagai bahasa resmi di lebih dari 20 negara serta menjadi salah satu dari enam bahasa resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Sejarah Penetapan Hari Bahasa Arab Sedunia

Hari Bahasa Arab Sedunia ditetapkan oleh UNESCO pada 18 Desember 2012. Tanggal ini merujuk pada keputusan Majelis Umum PBB pada 18 Desember 1973 yang menetapkan bahasa Arab sebagai bahasa resmi dan bahasa kerja PBB.

Penetapan tersebut menandai pengakuan global atas kontribusi bahasa Arab dalam komunikasi internasional, diplomasi, serta pertukaran budaya antarbangsa.

Bahasa yang Unik dan Puitis

Bahasa Arab dapat membentuk nuansa sastra yang amat tinggi. Kadar puitis bahasa ini sungguh layak untuk disimak. Struktur bahasanya yang diyakini sangat murni dan minim serapan dari bahasa lain. Faktor ini, antara lain, menjadi alasan bahasa ini ditetapkan oleh Allah SWT sebagai bahasa Al-Quran.

Sebagai contoh, dalam sejarah bangsa Arab terdapat kisah pertemuan Satih dan Syiq dengan Raja Yaman pra-Islam bernama Raja Rabiah. Di sana, jawaban Syiq atas takwil mimpi raja terasa begitu puitis, sebagaimana dikutip dari kitab Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam.

Syiq menjawab pertanyaan raja tentang mimpinya dengan jawaban yang bersyair. Ujung-ujung kalimatnya berima:

Raayta humamah
kharajat min dzulmah
fa waqa'at baina raudlah wa akmah
akalat minha kulla dzati nasmah

(Engkau bermimpi api
yang muncul dari kegelapan
lalu jatuh di antara Raudlah dan Akmah
lalu memakan semua yang punya nafas)




(iqk/iqk)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork