Pusat Informasi Kegiatan Persatuan Orang Tua Down Syndrome (PIK POTADS) di Jawa Barat tidak hanya sebuah komunitas yang memiliki peran dalam memberikan dukungan kepada orang tua yang memiliki anak down syndrome.
Namun juga sebagai tempat perkumpulan bagi orang tua dalam membentuk dan mengasah tumbuh kembang anak-anak down syndrome dengan berbagai pelatihan dan keterampilan.
Pada mulanya, komunitas ini berpusat di Jakarta yang disahkan oleh Notaris pada tanggal 28 Juli 2003. Namun, seiring berjalannya waktu, komunitas ini telah tersebar menjadi 10 cabang di seluruh Indonesia, salah satunya di Jawa Barat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mira Widiastuti (44) ketua PIK POTADS Jabar mengungkapkan jika awalnya komunitas PIK POTADS ini hanya berada di Bandung saja dengan nama PIK POTADS Bandung. Namun bertambahnya tahun, bertambah pula anggota komunitas ini dari luar Bandung. Hingga akhirnya pada tahun 2021 komunitas ini berubah nama menjadi PIK POTADS Jabar. Dengan jumlah anggota sekitar 750 orang yang tersebar di wilayah Jawa Barat.
PIK POTADS Jabar sendiri hadir akibat keterbatasannya sumber informasi mengenai down syndrome. Dengan adanya komunitas ini, mulanya sebagai langkah bagi orang tua untuk saling berbagi dan memberikan support satu sama lain.
Selain itu juga, komunitas ini hadir untuk mengetahui tumbuh kembang, membantu anak-anak down syndrome agar lebih mandiri dengan berbagai macam pelatihan dan keterampilan serta bagaimana cara penanganan pada anak down syndrome.
"Awalnya memang untuk sharing sesama orang tua bagaimana cara penanganan, tumbuh kembang, karena terus terang orang tua biasanya kalau yang mendapatkan anak down syndrome itu biasanya sedih, nah itu sama menguatkan, sampai akhirnya memang berkembang sekarang ini adalah bagaimana membantu anak-anak down syndrome itu mereka bisa mandiri," ungkap Mira pada detikJabar saat ditemui pada acara Hari Disabilitas Sedunia di Dinas Sosial (9/12/2023).
"Selain kita suka ada sharing kita juga membahas tentang tumbuh kembang dengan bekerja sama dengan pihak-pihak lain seperti Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, dan pihak perusahaan, sehingga adanya pelatihan-pelatihan sekarang itu adalah hasil anak-anak down Syndrome, ada cooking class, ada barista, ada keterampilan, ada jumputan, dan lain-lain", lanjutnya.
Kegiatan yang dilakukan oleh PIK POTADS Jabar selalu berbeda-beda. Mira mengungkapkan, pelatihan ini mampu membentuk anak-anak down syndrome untuk memberikan pelatihan dan life skill dalam menunjang kehidupan sehari-hari terutama kemandirian secara finansial seperti pelatihan cooking class, jumputan, dan barista, serta mengembangkan minat dan bakat seperti dalam pelatihan renang, jimbe, dan tari. Adanya pelatihan ini pun memberitahukan kepada masyarakat bahwa mereka ini mampu latih dan mampu didik.
![]() |
Dalam pelaksanaannya, PIK POTADS Jabar pun mendatangkan guru untuk beberapa pelatihan, seperti renang, kesenian, cooking class, hingga barista. Namun dalam kerajinan, mereka pun mendatangkan guru untuk memberikan pelatihan kepada orang tua, yang nantinya orang tua mampu memberikan pelatihan kepada anak-anak.
"Kalau yang kita memerlukan guru yang ahli seperti renang, kesenian, itu kita mendatangkan guru dari luar, tapi memang kalau seperti kerajinan biasanya itu melibatkan orang tua, jadi kita akan mendatangkan guru untuk melatih orang tua nanti orang tua akan melatih anak-anak nya. Karena memang kalau untuk pelatihan dan segala macam seperti cooking class, barista itu tidak bisa di tinggal, tidak bisa dilepas, harus memerlukan dampingan orang tua jadi orang tuanya yang kita latih supaya orang tuanya itu bisa melatih anak-anak nya, alasannya juga adalah agar anak-anak bisa mandiri untuk dirinya sendiri artinya entah itu akan membantu orang tuanya secara ekonomi atau mereka mempunyai penghasilan untuk mereka sendiri," ungkap Mira.
Pelatihan yang dilakukan oleh anak-anak down syndrome memang perlu dilaksanakan secara rutin dengan keterlibatan dari masing-masing orang tua. Sebab anak-anak down syndrome perlu mendapatkan stimulus dari orang tuanya agar perkembangan tumbuh kembang yang dihasilkan pun dapat maksimal.
"Kalau saya perhatikan memang berdasarkan melihat dari teman-teman dan memang pengalaman sendiri, perkembangan anak down syndrome itu berdasarkan penerimaan dari orang tua, semakin dini orang tua bisa menerima bahwa anaknya down syndrome, anak-anak tersebut akan optimal perkembangan karena memang anak down syndrome itu membutuhkan stimulasi dini," jelasnya.
PIK POTADS Jabar dengan tagline Aku Ada Aku Bisa ini tidak membatasi siapapun yang ingin bergabung, mereka menerima mulai dari 0 bulan dan pernah menerima usia 60 tahun. Berapapun usianya anak down syndrome membutuhkan pendampingan orang tua untuk terus menstimulasi anak-anaknya agar dapat membantu perkembangan anak tersebut.
"Biasanya balik ke stimulasi dini, biasanya anak-anak yang sudah distimulasi dini maksudnya di terapi dengan berbagai macam terapi mereka akan lebih cenderung fokusnya lebih bisa lama dibandingkan dengan anak-anak yang terapinya jangka pendek. Kedua sih memang anak-anak down syndrome itu mereka moody jadi gimana suasana hati, kalau suasana hati mereka memang tidak baik tidak kita paksa jadi memang ada kalanya mereka bisa mengerjakan suatu dengan lama adakalanya memang bosan dan gak mau mengerjakan, mereka gitu ya udah aja tidak ada paksaan sama sekali," ujarnya.
Mira pun menambahkan jika hadirnya PIK POTADS Jabar pun untuk mensosialisasikan jika di lingkungan sekitar kita terdapat anak-anak down syndrome. Mira berpesan jika adanya anak-anak down syndrome di sekitar kita mampu memberikan rasa empati dan perhatian terhadap anak-anak down syndrome. Keterlibatan semua pihak pun dapat membantu anak down syndrome mendapatkan fasilitas yang memadai untuk mendukung tumbuh kembangnya.
"Penerimaan di masyarakat karena selama ini adalah mereka memang masih belum mengerti apalagi jaman sekarang bullying masih semakin banyak ya jadi empati kalau saya sendiri perhatian empati anak-anak sekarang itu kurang, kita sih inginnya selalu mensosialisasikan bahwa di sekitar kita itu ada anak-anak disabilitas khususnya anak-anak down syndrome. Jadi mereka bisa menerima di ukuran kecil aja ya misalnya di dalam rumahnya gitu ya, selain itu juga kita sih inginnya memang pihak-pihak baik itu pemerintah baik itu swasta bisa mendukung segala kegiatan kita gitu baik itu bekerja sama maupun mengenai dana untuk menjalankan semua kegiatan kita," pungkas Mira.
PIK POTADS Jabar memiliki sekretariat yang berada di Jalan Nanas, No. 42 dengan nama Rumah Keduaku. Untuk informasi lebih lanjut dapat dilihat melalui instagram @pikpotadsjabar.
(yum/yum)